Senja Kala Pasar Buku Bekas Cihaurgeulis
Deretan
anak tangga kayu berderak menyedihkan. Kayu-kayunya goyah tanda gamang
ketika saya menapaki tangga demi tangga menuju pasar buku bekas Cihaurgeulis.
Letaknya di lantai atas . area bawah digunakan sebagai kios penjualan sayur
mayur, buah, daging sapi, daging ayam dan ikan.
Setiap kios sayuran seolah
berebut ingin berada di depan, memudahkan pembeli yang enggan berbelanja
dan bergulat dalam beceknya pasar tradisional.
Bursa
buku yang terletak berdampingan dengan pasar tradisional Cihaurgeulis, sejak
tahun 1987 (sumber: disini)
, memberikan tempat pada penjual buku
bekas bongkaran yang dulu berjualan di depan universitas Pajajaran. Karena area
tersebut “dibersihkan” untuk pembangunan monumen perjuangan.
Diresmikan
Gubernur Jawa Barat, R. Nuriana pada tanggal 23 Agustus 1995, Monumen
Perjuangan Rakyat Jawa Barat menggusur ribuan warga yang menempati tanah secara
illegal di depan kampus universitas Pajajaran hingga area depan Gasibu. Mereka
mendapat santunan dan berpencar ke beberapa daerah seperti jalan Cibeunying,
jalan Kopo dan kawasan Bandung Timur. Sedangkan bursa buku bekas di lokalisir
di jalan Surapati, tepatnya kawasan pasar Cihaurgeulis.
Sayang
kawasan pasar tradisional yang kumuh, kotor dan becek membuat enggan pendatang
mencari buku murah disini. Sehingga dari jumlah 61 kios buku di tahun 1987,
kini hanya tersisa 7 kios yang kembang kempis menunggu pembeli. Beberapa
pemilik kios menduga menjamurnya toko-toko buku yang memberikan diskon
besar-besaran sebagai penyebab. Tapi jika ditelisik dengan jernih, mana ada sih
calon pembeli buku yang senang belanja di kawasan menjijikkan? Penyebabnya di
depan bursa buku sering mangkal kontainer sampah penuh belatung yang
mengeluarkan bau tak sedap. Tidak hanya kios pasar tradisional yang membuang
sampahnya ke kontainer tapi juga warga penghuni di sekitar pasar Cihaurgeulis.
Seingat
saya, dulu mudah sekali menemukan buku-buku bekas dalam kondisi bagus, misalnya
serial Petualangan
Tin-tin yang terkenal. Dalam kondisi baru, buku komik tersebut harganya mahal sekali. Sehingga
keberadaan bursa buku bekas di pusat Kota Bandung ini sangat membantu. Juga
banyak buku bekas lainnya dengan mudah diketemukan disini. Tapi itu dulu,
sekarang pemilik kios hanya berujar bukunya habis dan menawarkan buku lainnya.
Akhirnya
calon pembeli harus mengalah dan mencari buku yang dimaksud ke bursa buku bekas
di jalan Palasari, kawasan bursa buku yang cukup jauh jaraknya dari pusat kota.
Atau mengalihkan tujuan ke deretan PKL buku bekas di jalan Ahmad Yani, lokasi
yang justru illegal karena menempati wilayah pedestrian.
Beberapa
pembenahan tampak dilakukan di halaman depan bursa buku Cihaurgeulis. Mungkin
karena semangat walikota Bandung untuk meraih penghargaan Adipura yang salah
satu penilaiannya menyangkut kelayakan dan kebersihan pasar tradisional.
Gerakannya masih perlahan, karena bersifat swadaya masyarakat.
Tertarik
mengunjungi pasar buku bekas Cihaurgeulis? Silakan mendatangi lapak Ibu Tati,
Bapak Bandi, Ibu Nia, Bapak Entis, Bapak Teten, Bapak Haji Flamin, Ibu Fajar
dan Bapak Didik. Setiap hari termasuk hari Minggu, mereka setia buka pukul
08.00 – pukul 17.00. atau sebelum singgah bisa hubungi dulu ibu Tati di 085222138540
agar tidak kecewa ^-^
Sumber disini
2 komentar
Nice post,Mbak...jadi obyek sasaran yg tak biasa klo pas lg ke Bandung.:)
BalasHapushehehe iya, semoga diperbaiki ya? sehingga kita bisa menikmati / berbelanja buku bekas disana :)
Hapus