• Home
  • Download
    • Premium Version
    • Free Version
    • Downloadable
    • Link Url
      • Example Menu
      • Example Menu 1
  • Social
    • Facebook
    • Twitter
    • Googleplus
  • Features
    • Lifestyle
    • Sports Group
      • Category 1
      • Category 2
      • Category 3
      • Category 4
      • Category 5
    • Sub Menu 3
    • Sub Menu 4
  • Entertainment
  • Travel
  • Contact Us

About Me



Haloooo, saya Maria G Soemitro, seorang ambu (ibu = Bahasa Sunda) dengan 4 orang anak.
Blog ini didedikasikan khusus untuk berbagi perihal sampah. Mengenai saya selengkapnya ada disini Saya bisa dihubungi di ambu_langit@yahoo.com




Bandung Zero Waste

Gaya Hidup Nol Sampah untuk Wujudkan Indonesia Bebas Sampah













Gambar di atas adalah foto kawat penghubung antar kios di belakang pasar Cihaurgeulis Kota Bandung. Dipenuhi lalat, menunjukkan betapa kumuh dan joroknya pasar yang berjarak sekitar 1 km dari Gedung Sate, Pusat Pemerintahan Provinsi Jawa-Barat. Tidak hanya lalat beterbangan, belatung mengintai dari tumpukan sampah pasar dan serakan sampah memenuhi bagian belakang pasar hingga trotoar.


sampah di trotoar sampah
Pembangunan PLTSa sebetulnya hanya teknis pengolahan sampah. Semua cara pengolahan sampah adalah baik apabila dikerjakan dengan benar dan disesuaikan dengan kondisi sosial, ekonomi, budaya dan geografis kota tersebut.

Sangatlah keliru apabila berpikir bahwa uang akan menyelesaikan segalanya. Mengapa uang proyek yang digelontorkan dari APBD tidak digunakan untuk sosialisasi berupa pelatihan-pelatihan pengelolaan sampah dan penyediaan sarana? Pengelolaan sampah harus dimulai di tingkat hulu, awal sampah berasal. Pembenahan sistem juga diperlukan agar lifestyle penduduk berubah. Sarana  disediakan sehingga tidak ada sampah seenaknya dibuang seperti ini:
13392781571547642378
sampah kemasan di jalan Dago
Atau ada yang membuang bekas kotak rokok:
13392769171322277332
sampah di jalan Dago
Pemulung yang kebetulan lewat jalan Dago Kota Bandung mungkin akan memungut sampah jenis ini:
13392769891807005297
sampah kemasan di jalan Dago
Tapi yang jelas, sampah berlapis alumunium akan terlewat begitu saja:
13392770761999355319
sampah kemasan di jalan Dago (dok. Maria Hardayanto)
atau sampah seperti ini :
13392771781339831823
sampah kemasan di jalan Dago
Hingga berakhir di saluran air:
1339277382289864437
sampah di saluran air
Atau dibakar secara perseorangan:
1339277454660154814
membangkar sampah
Ada juga yang membuat seremoni “aneh”, karena topi organis yang manis berubah menjadi topi sampah sesudah dipasang bekas kemasan plastik. Umurnyapun dipastikan hanya selama seremoni berlangsung. Sesudah itu? Ya nyampahlah …….
13392775761851397865
sampah sebagai penghias caping warga, tanya: kenapa?
Kota Bandung sebetulnya sudah mengeluarkan peraturan daerah nomor 09 tahun 2011 tentang pengelolaan sampah. Sayangnya penitik beratan tugas masih berada dipundak PD Kebersihan. Aneh memang, mengingat seharusnya ada pemerataan tugas dan kewajiban antara pemerintah , perumahan, kantor dan pihak swasta (produsen). Tanpa pembagian tugas dan sanksi yang jelas serta pelaksanaan sungguh-sungguh maka kota yang bersih dan mendukung kualitas hidup warganya , hanya sekedar angan.Penghargaan Adipura hanya mimpi belaka.
Bandung Lautan Sampah jilid 2 ditahun 2013 adalah keniscayaan. Apabila sebagaibangsa, kita tidak pernah mau belajar dari kesalahan. Raihan Adipura hanyalah targetdemi sekedar menaikkan gengsi semata. Seberapapun banyaknya uang digelontorkan untuk “membeli” Adipura tidak akan bisa menyelesaikan permasalahan sampah. Sesederhana itu kok sebetulnya …….. ^_^
**Maria G. Soemitro*
*
Wrote by Maria G Soemitro

1338880328664728491
Jejaring pembuatan bekas kemasan plastik: Pengumpulan, Pemisahan, Pelatihan hingga Pameran yang dikunjungi Menteri Lingkungan Hidup. (dok. Maria G. Soemitro)

“Bisa diekspor!”
“Pahlawan lingkungan yang kreatif”
Kalimat-kalimat di atas mungkin sering kita dengar dan baca di media mainstream sehubungan limbah kemasan plastik yang kini marak dikreasikan ibu-ibu rumah tangga. Mereka dianggap telah melestarikan lingkungan dengan kiprahnya. Tulisan penulis terbarupun menyolek kisah bekas kemasan plastik ini, yaitu : “Perempuan dan Sosial Entrepreneurship” serta “Yani dan Erna, Dua Pelatih Handal Penyandang Disabilitas”.

Apabila kedua tulisan tersebut dibaca dengan seksama dapat disimpulkan bahwa tidak ada aksi heroik disitu. Yang ada adalah gerakan perubahan lifestyle sehinggabekas kemasan tidak dinamakan limbah oleh pelatih dan anggota komunitas karena selain bisa digunakan lagi, bekas kemasan diperlakukan dengan apik dalam wadah terpisah. Tidak tercampur sampah organik yang menimbulkan bau tak sedap.
Para ibu rumah tangga “terpaksa” mengambil alih tanggung jawab produsen penghasil bekas kemasan plastik yang tidak memenuhi kewajibannya sesuai pasal 15 Undang-Undang no 18 tahun 2008, yaitu :
“Produsen wajib mengelola kemasan dan/atau barang yang yang diproduksinya yang tidak dapat atau sulit terurai oleh proses alam”.
Dikatakan “terpaksa” karena pengelolaan bekas kemasan plastik tidaklah mudah. Membutuhkan waktu, tenaga dan biaya yang sering diluar kemampuan pembuat kerajinan plastik. Untuk memperjelas, penulis membagi bekas kemasan menjadi 3 macam:
  1. Bekas kemasan plastik berbagai ukuran. Biasanya dipungut pemulung/ tukang rongsok karena mudah dijual misalnya bekas tempat shampoo, sabun, kosmetik dan pewangi. Sedangkan ukuran sachetnya tidak diutak-utik mungkin malas mengurusi sampah yang kecil dan kotor. Proses membersihkan sampah sachet tidak sepadan dengan harganya. Bekas kemasan bewarna-warni ini diolah menjadi biji plastik bermutu rendah untuk kemudian diproses lagi menjadi kantung plastik hitam dan sedotan warna-warni yang murah harganya.

  2. Kemasan plastik tebal bekas minyak goreng, saus, kecap, margarine dan lain lain yang umumnya tebal dan sulit dibersihkan sehingga berakhir di tempat pembuangan sampah akhir (TPA) atau sungai. Serupa dengan nomor (1), bekas kemasan plastik ini sesungguhnya masih bisa direcycle tapi umumnya pemulung memilih mengumpulkan sampah kantung plastik (keresek) di TPA karena harganya relative lebih tinggi daripada sampah kemasan plastik. Selain itu tidak semua pengepul menerima. Penyebabnya simple banget, berhubungan dengan produsen pengolah sampah plastik yang ogah menerima karena dia harus membayar pegawai untuk membersihkannya. Bisa dibayangkan berapa lama seorang pegawai harus membersihkan sampah bekas kemasan kecap atau margarine yang berlepotan dan bau?! Please deh……… lingkaran pemulung, pengepul dan produsen plastik adalah lingkaran bisnis yang mengutamakan keuntungan …….mereka jelas nggak mau rugi dan nggak peduli urusan lingkungan. Lha wong pembuat masalah sampah adalahprodusen dan konsumen, bukan mereka. Pemikiran yang logis bukan?

  3. Bekas kemasan plastik berlapis alumunium. Jenis kemasan ini banyak sekali dipakai produsen untuk menjamin produknya tetap kering. Misalnya camilan/snack berbagai merk, kopi (ragamnya banyak sekali) dan detergent. Bekas kemasan plastic berlapis alumunium sangat “jahat” karena biaya recyclenya amat sangat mahal. Bahkan produsen kemasan antiseptic bermerk Tetrapak, memilih merecycle menjadi atap warna warni daripada memisahkan unsur alumunium dengan plastiknya. Sebagaimana diketahui perusahaan Tetrapak adalah perusahaan internasional yang menguasai pangsa pasar kemasan antiseptik terbesar di Indonesia dan selama ini konsisten menjalankan kewajibannya menampung bekas kemasannya untuk kemudian diproses menjadi produk baru (lihat: Atap Bergaransi Seumur Hidup) Bekas Kemasan Plastik inilah yang biasanya dikreasikan ibu-ibu rumah tangga karena tidak ada pihak yang bersedia merecycle.
Jadi gimana dong? Kita kan tetap memerlukan produk-produk berkemasan plastic. Ada beberapa kiat yang penulis rangkum dari “wikipedia zero waste” ^_^, ini dia:
  1. Sebelum membeli produk berkemasan plastik, cobalah tanyakan pada diri sendiri: “Apakah produk ini memang kita butuhkan?” “Adakah produk lain yang tidak berkemasan?” “Apakah bekas kemasannya bisa didaurulang?” Sebagai contoh santan dalam kemasan antiseptik, bukankah kita bisa membeli butiran kelapa utuh atau yang telah diparut di pasar? Lebih murah, lebih segar, lebih enak santannya serta tidak menimbulkan sampah kemasan plastik. Bekas parutannyapun dapat menjadi kompos yang berguna bagi tanaman.

  2. Pilihlah kemasan beling/kaca daripada kemasan plastik. Waktu urai kaca memang cukup lama (1 juta tahun), tapi sampahnya berpeluang besar untuk di-reuse. Baik digunakan kembali oleh produsennya maupun sebagai bahan baku gelas yang artistik, bahkan pecahan gelaspun bisa disulap menjadi aneka kerajinan.

  3. Pilihlah produk berkemasan besar. Pernahkah mencoba membandingkan harga produk (misalnya shampoo) dalam kemasan besar dengan harga per sachet. Ada beberapa item dimana harga produk berukuran besar lebih murah tetapi ada juga beberapa yang hampir sama dengan produk kemasan sachet. Sebetulnya itu hanyalah kelihaian produsen memasarkan barang. Kitalah yang harus cerdas memilih mengingat kemasan sachet sangat kecil kemungkinannya direcycle sehingga akan menambah dosa ekologis kita. Coba deh hitung, misalnya kita memulai keramas dengan shampoo dalam kemasan sachet sejak usia 15 tahun hingga berumur 70 tahun, setiap minggu kita 3 x cuci rambut maka dalam setahun akan ada 156 pcs sampah sachet. Sedangkan ketika menutup mata untuk selamanya, kita akan mewariskan sampah sachet sebanyak: 55 x 156 pcs = 8.580 pcs. Belum termasuk sampah kemasan lainnya yang jumlahnya pasti buanyakkkkkk sekali dan baru akan hancur ribuan tahun kemudian.Bayangkan satu lapangan sepak bola yang berisi sampah bekas kemasan plastik kita!!

  4. Apabila kita mau menelisik lebih dalam, pembelian barang dalam kemasan sebetulnya bisa diminimalisir. Bukankah cemilan dalam kemasan sebetulnya hanya “sampah” belaka? Kacang tanah dan kacang bogor yang kita kukus lebih menyehatkan dan enak dibandingkan kacang tanah dalam kemasan apalagicemilan jadi-jadian yang hanya sekedar “menggelembungkan” tepung terigu dan menambah perasa dengan embel-embel sudah diberi tambahan vitamin. Mengapa tidak mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran saja? Lebih jelas kandungan vitamin dan mineralnya. Lebih karuan manfaatnya. Bahkan susu dalam kemasanpun sebetulnya hanya akal-akalan produsen. (Silakan baca: Susu Penyebab Penyakit Jantung Koroner)

  5. Jika tidak terhindarkan, guntinglah dengan benar, jangan asal sobek dan disimpan dengan apik agar tidak memakan tempat. Oh iya jangan lupa, bagian dalam kemasam harus disiram air panas/air sabun agar sisa-sisa isi kemasan terbuang. Karena pengelolaan bekas kemasan yang apik selain membantu meringkas penyimpanan juga tidak akan menimbulkan bau tak sedap walaupundisimpan selama berbulan-bulan. Kemudian carilah sentra-sentra pendaur-ulang bekas kemasan plastik untuk disetorkan.

  6. Ingin membuat lomba daur ulang bekas kemasan sebagai ajang Lomba 17 Agustus-an, Lomba hari Lingkungan Hidup, Lomba Hari Bumi atau sekedar ingin berkreativitas? Tekankan pada kegunaan dan lamanya produk recycle tersebut digunakan. Coret saja hasil remeh temeh seperti baju recycle atau rumbai-rumbai bekas kemasan plastik karena seusai perlombaan bisa dipastikan semuanya akan menghuni tong sampah. Tentu saja hal ini berbeda dengan kostumbeberapa peserta laga Piala Dunia yang menggunakan jersey “ramah lingkungan” , hasil recycle 13juta sampah botol plastik yang diolah menjadi polyester . Karena selain botol plastik tidak mengandung alumunium, tidak belepotan sisa makanan juga biaya pembuatannya ……….hmmm tinggi buangettt…………
13388810421371765644
kecuali sampah kertas plastik sabun mandi, berbagai bekas kemasan plastik ini dapat direcycle (dok. Maria Hardayanto)
1338881237267512526
bahan baku beraneka ragam sampah plastik dari TPA menghasilkan kerek dan sedotan murah (dok. Maria Hardayanto)

Tanggung jawab produsen terhadap bekas kemasan plastik dirasakan mutlak dan tidak bisa ditunda karena selain tingginya ongkos recycle juga  ada banyak kondisi miris yang disebabkan bekas kemasan, antara lain:
  • Sering terjadi “kecelakaan” di sentra pembuatan kerajinan bekas kemasan plastik. Salah satu contohnya ketika seorang “pakar” pembuat kerajinan di jalan Taman Sari Bandung mendapat pesanan tas bekas kemasan plastik dari seorang ekspatriat. Sayangnya dia tidak membuat jejaring untuk mengumpulkan bekas kemasan plastik seperti yang dilakukan penulis yaitu menampung dari ibu-ibu pengajian dan anak-anak sekolah. Sehingga tanpa berpikir panjang dia membeli sekitar 16 buah refill pewangi ukuran 900 ml, menuangkan isinya kedalam ember dan menjahit bekas kemasan plastiknya. Bagaimana nasib ribuan ml refill pewangi? Terpakai sedikit , sisanya dibuang karena wangi dan tekstur cairan pewangi telah berubah. Sang pakar telah salah mengartikan recycle bekas kemasan plastik. Maklum, orientasinya bisnis bukan pelestarian lingkungan hidup.
  • Yang lebih menyedihkan adalah apabila bekas kemasan plastik berakhir di TPA atau di sungai dan dimakan binatang. Binatang  besar (misalnya sapi) maupun kecil ( burung dan invertebrata). Binatang besar akan mengeluarkan sampah plastik bersamaan dengan kotorannya. Sedangkan binatang yang lebih kecil akan mati, tetapi fisik sang plastik tetap, tidak hancur. Hal ini berkaitan dengan hukum kekekalan materi dimana bekas kemasan plastik tidak akan berubah kecuali kita bakar. Dan ketika membakar sampah, biasanya kita membakarsampah lainnya juga. Sehingga racun dioksin dan furan akan melayang-layang terhisap siapapun. Menebarkan aroma bencana baru yaitu gangguan kesehatan mulai dari kanker hingga kematian.
Banyak pertimbangan seseorang membeli produk dalam kemasan kecil. Diantaranya karena praktis. Penjual minuman kopi dan minuman 3 in 1 menyukai produk kemasan ini karena mudah menghitung harga jualnya. Tetapi ……………..sesudah memahami njlimetnya masalah sampah bekas kemasan plastik ini, apakah kita akan tetap semena-mena membeli dan membuangnya? Semuanya tentu terserah kita, yang memiliki uang untuk membeli produk berkemasan plastik sekaligus menanggung dosa ekologisnya. Setuju? ^_^
**Maria G. Soemitro**
Sumber data:
  • Kompas.com
  • http://repository.ipb.ac.id/
  • Kompasiana.com
13388814241956720275
Yayasan Kontak (sub perusahaan Tetrapak) mengumpulkan kemasan dalam wadah khusus, mengolahnya menjadi atap bergaransi seumur hidup (kiri atas) dok. Yayasan Kontak

Wrote by Maria G Soemitro

“Yurrrr…… sayur bu ………sayurrrrr……”.

Suara pedagang sayur memecah keheningan kompleks, membuat saya bergegas  mematikan kompor dan keluar rumah. Hari ini harus masak karena kemarin si bungsu mengeluh bosan  dengan lauk-pauk yang tersaji di meja makan. Penyebabnya mungkin akhir-akhir ini saya sering membeli makanan matang, demi kepraktisan.

Pedagang sayur yang semanis gula jawa, rupanya sudah berhenti di depan rumah ibu Selsa, tetangga samping rumah. Seperti biasa ibu Selsa selalu membawa wadah sendiri untuk berbelanja. Tidak mau menerima kantung plastik (keresek). “Ah, kantung plastik sesampainya  di rumah biasanya langsung dibuang. Karena mau disimpan, menuh-menuhin rumah. Tapi kalau langsung dibuang, nambahin sampah kota, baunya itu lhoo……”, kata bu Selsa.
1347797671568324453
wadah belanja, mengurangi keresek (dok. Maria Hardayanto)
Upz, saya lupa…………….segera saya masuk ke dalam kembali untuk mengambil wadah belanjaan.  Barang  yang terlihat dan terdekat adalah panci kosong bekas merebus air, maka jadilah sang panci saya bawa untuk emm…………, belanja apa ya?

“Pagi bu Selsa, belanja apa nih? Saya bingung, mau masak yang mudah aja untuk anak-anak.  Punya ide bu? Setiap melihat barang dagangannya bu Nani ini saya selalu bingung. Semua pingin tapi ngga nyambung”.

“Sayur lodeh dengan bacem tempe gimana? Cepat kan, paling lama hanya sejam”.
“Oiya, saya punya bumbu dan santan instan untuk sayur lodeh. Boleh juga idenya, mbak Selsa”.
“Wah saya nggak pernah menggunakan bumbu dan santan instan bu Maria. Perasaan lebih enak bumbu buatan sendiri deh. Aman lagi, kita nggak tahu yang serba instant mengandung zat pengawet nggaknya. Membuat bumbu sendiri nggak nyampah, harganya juga lebih murah kan?”.

Sejenak saya termangu mendengar ucapan mbak Selsa. Duh iya yah…………Selain lebih mahal, tidak ada jaminan bumbu instan menggunakan bahan segar dan tanpa zat pengawet. 

Juga bekas kemasan bumbu instan yang pastinya akan menimbulkan sampah sulit terurai.  Apabila 30 juta ibu rumah tangga di Indonesia menggunakan bahan instan setiap harinya maka berapa jumlah sampah yang terkumpul?  Sebaliknya  bahan makanan berkemasan dihindari,  berapa timbulan sampah yang bisa dikurangi?
1347805901457892004
bumbu asli vs bumbu instant (dok. Maria Hardayanto)
Sampah bekas kemasan bahan masakanpun umumnya tidak dapat direcycle. Penanganan pasca dibuang ke TPS menjadi sulit karena sisanya mencemari bekas kemasan lainnya. Juga mudah bau. Akibatnya berantai, pengepul malas mengurusi sampah seperti ini. Produsen pembuat biji plastik enggan karena biaya produksi tidak seimbang dengan harga jual biji plastik kemasan bekas.

“Minta resep sayur lodehnya dong mbak Selsa. Sewaktu arisan kemarin, sayur lodehnya buatan mbak Selsa kan? Ajarin dong ……”, rayu saya. Karena sayur lodeh mbak Selsa benar-benar enak. Setiap pertemuan dengan agenda makan-makan, mbak Selsa selalu didaulat untuk memasak. Rahasianya mungkin karena selalu menggunakan bahan dan bumbu segar, bukan instan.

“Lho sama dengan yang lain. Tapi kalau penasaran yuk kita masak bareng. Di rumah saya atau di rumah ibu Maria?”.
“Podo wae (sama saja) mbak. Tapi kayanya di rumah mbak Selsa aja deh.Persediaan bumbu ditempat saya nggak komplit. Kan biasanya pakai bumbu instan”, jawab saya seraya menyeringai tanda berbuat salah.

Siang itu pun kami masak bareng. Bu Selsa menunjukkan bumbu-bumbu sayur lodeh, yaitu bawang merah, bawang putih, kemiri, ketumbar, kencur :
1347798059612082127
bumbu sayur lodeh (dok. Selsa Rengganis)
Juga sayuran yang diperlukan: kacang panjang, terong, labu siam,
13477982421834997120
bahan baku sayur lodeh (dok. Selsa Rengganis)
Seperti biasa kami meracik bumbu, menggongsonya (menumis) agar harum dan tidak berbau mentah kemudian memasukkan air.  Satu persatu sayuran masuk dan yang terakhir santan hasil memarut yang ternyata tidak lama.

Hasilnya?  


Mmmm………harummmmm. Rasanya benar-benar top markotop. Sayang sayur lodeh saya belum jadi. Bedanya saya memasukkan tahu kuning ke sayur lodeh karena keluarga saya sangat menyukai tahu.

Tapi yang terpenting, hari ini saya sudah mengurangi sampah. Khususnya sampah anorganik karena sampah organik mudah terurai di tanah. Tapi sampah anorganik seperti bekas kemasan bisa dipastikan hanya akan berakhir di tempat pembuangan sampah akhir (TPA) dan baru terurai ratusan tahun kemudian. Wah, warisan untuk anak cucu dong?

Pasti anak cucu kita akan ngomel: “Warisan kok sampah!” :P

Hasil Kolaborasi Maria G. Soemitro dan Selsa Rengganis
untuk Weekly Photo Challenge: Foto Kolaborasi
Wrote by Maria G Soemitro
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

ABOUT AUTHOR



Haloooo, saya Maria G Soemitro, seorang ambu (ibu = Bahasa Sunda) dengan 4 orang anak.
Blog ini didedikasikan khusus untuk berbagi perihal sampah. Mengenai saya selengkapnya ada disini Saya bisa dihubungi di ambu_langit@yahoo.com




LATEST POSTS

  • Rumah Kompos Di Antapani
    Rumah Kompos Bina Usaha Sejahtera (dok Maria G. Soemitro) Tulisan ini merupakan sequel dari dari : “Sekali Tepuk Dua Tempat” ...
  • 5 Langkah Atasi Sampah Plastik untuk Bumi yang Berkelanjutan
           5 Langkah Atasi Sampah Plastik untuk Bumi yang Berkelanjutan “Say no to Plastics” Demikian bunyi  banner yang kerap bersliweran di ha...
  • Stop Tayangan OVJ, atau Ganti Property !
    Anak anak tertawa Ibu ibu tertawa Para bapak juga tertawa Gara gara aksi Sule, Azis, Nunung, Andre dan Parto Bercanda...
  • Belajar Dari Pak Herry, Newbie di Persampahan
      lapak pak Herry Manisnya   bisnis persampahan nampaknya menarik minat pak Herry 3 tahun silam. Sebagai newbie, dia tak segan-...
  • Yuk Bikin Bank Sampah di Lingkunganmu
    “Duh, ibu rajin sekali angkat-angkat sampah” Kalimat satire tersebut akrab didengar pengurus Bank Sampah. Maksudnya, ih ibu kok mau si...
  • International Plastic Bag Free Day, Emang Gue Pikirin........ ??
    Maukah Anda Berdiet Kantung Plastik? Hari Bebas Kantung Plastik Sedunia tahun ini akan dilaksanakan pada tanggal  3 Juli 2011 . Tah...
  • Jangan Tertipu Jargon Kantong Plastik Ramah Lingkungan
    Tas ramah lingkungan terbuat dari campuran singkong (dok. Maria G Soemitro) Yang dimaksud kantong plastik ramah lingkungan disini t...
  • Kawasan Bebas Sampah, Langkah Awal Menuju Zero Waste Cities
    source:abnamro.com Dalam 20 tahun terakhir, gerakan No Waste yang kemudian berubah menjadi Zero Waste, bergaung secara masif di A...
  • Kisah Absurd Kantong Plastik Ramah Lingkungan
    kantung plastik ramah lingkungan (dok. Maria Hardayanto) “Hai air, jangan banjir dulu ya………. Aku belum hancur nih. Waktu ur...
  • Kesejahteraan Pemulung Yang Terabaikan
    dok. Yayasan Kontak Indonesia Pemulung dinobatkan sebagai pahlawan lingkungan? Sudah sangat sering didengungkan. Khususnya karena...

Advertisement

Diberdayakan oleh Blogger.
Foto saya
Maria G Soemitro
Lihat profil lengkapku

Waspada, Gagal Paham Ecobrick!

   sumber: azocleantech.com   Waspada, Gagal Paham Ecobrick! Andai ada kasus: Masyarakat di suatu kawasan kelaparan. Namun alih-alih mengiri...

Powered By Blogger

Cari Blog Ini

Arsip Blog

  • ►  2023 (1)
    • ►  Februari (1)
      • ►  Feb 22 (1)
  • ►  2022 (1)
    • ►  November (1)
      • ►  Nov 28 (1)
  • ►  2019 (2)
    • ►  Maret (1)
      • ►  Mar 28 (1)
    • ►  Januari (1)
      • ►  Jan 10 (1)
  • ►  2018 (2)
    • ►  April (2)
      • ►  Apr 18 (1)
      • ►  Apr 09 (1)
  • ►  2017 (7)
    • ►  November (2)
      • ►  Nov 23 (1)
      • ►  Nov 17 (1)
    • ►  September (1)
      • ►  Sep 19 (1)
    • ►  Mei (3)
      • ►  Mei 20 (1)
      • ►  Mei 11 (2)
    • ►  Maret (1)
      • ►  Mar 21 (1)
  • ►  2016 (6)
    • ►  Oktober (4)
      • ►  Okt 09 (4)
    • ►  Januari (2)
      • ►  Jan 25 (2)
  • ►  2015 (61)
    • ►  Oktober (1)
      • ►  Okt 14 (1)
    • ►  September (1)
      • ►  Sep 11 (1)
    • ►  Agustus (8)
      • ►  Agu 18 (1)
      • ►  Agu 11 (2)
      • ►  Agu 09 (2)
      • ►  Agu 02 (1)
      • ►  Agu 01 (2)
    • ►  Juli (16)
      • ►  Jul 31 (1)
      • ►  Jul 28 (1)
      • ►  Jul 25 (1)
      • ►  Jul 19 (3)
      • ►  Jul 18 (2)
      • ►  Jul 15 (2)
      • ►  Jul 13 (2)
      • ►  Jul 07 (3)
      • ►  Jul 05 (1)
    • ►  Juni (16)
      • ►  Jun 30 (2)
      • ►  Jun 29 (2)
      • ►  Jun 28 (2)
      • ►  Jun 25 (2)
      • ►  Jun 24 (2)
      • ►  Jun 11 (1)
      • ►  Jun 10 (1)
      • ►  Jun 09 (1)
      • ►  Jun 06 (1)
      • ►  Jun 04 (1)
      • ►  Jun 03 (1)
    • ►  Mei (5)
      • ►  Mei 14 (2)
      • ►  Mei 03 (2)
      • ►  Mei 01 (1)
    • ►  April (1)
      • ►  Apr 24 (1)
    • ►  Maret (1)
      • ►  Mar 21 (1)
    • ►  Februari (12)
      • ►  Feb 22 (1)
      • ►  Feb 21 (1)
      • ►  Feb 16 (2)
      • ►  Feb 11 (2)
      • ►  Feb 10 (1)
      • ►  Feb 09 (1)
      • ►  Feb 06 (1)
      • ►  Feb 04 (1)
      • ►  Feb 03 (2)
  • ►  2014 (2)
    • ►  Oktober (1)
      • ►  Okt 21 (1)
    • ►  September (1)
      • ►  Sep 11 (1)
  • ▼  2012 (20)
    • ►  Desember (2)
      • ►  Des 29 (2)
    • ►  Oktober (1)
      • ►  Okt 27 (1)
    • ▼  September (5)
      • ►  Sep 21 (1)
      • ▼  Sep 20 (3)
        • Sampah Dibalik Lensa
        • Limbah Anorganik, Sungguhkah Menguntungkan?
        • Warisan Kok Sampah ....... ^^
      • ►  Sep 07 (1)
    • ►  Agustus (2)
      • ►  Agu 01 (2)
    • ►  Juli (1)
      • ►  Jul 29 (1)
    • ►  Juni (1)
      • ►  Jun 25 (1)
    • ►  Mei (2)
      • ►  Mei 18 (1)
      • ►  Mei 17 (1)
    • ►  Maret (4)
      • ►  Mar 19 (2)
      • ►  Mar 17 (1)
      • ►  Mar 01 (1)
    • ►  Februari (2)
      • ►  Feb 29 (1)
      • ►  Feb 14 (1)
  • ►  2011 (15)
    • ►  Oktober (2)
      • ►  Okt 13 (2)
    • ►  Agustus (2)
      • ►  Agu 04 (2)
    • ►  Juli (2)
      • ►  Jul 28 (1)
      • ►  Jul 09 (1)
    • ►  Mei (1)
      • ►  Mei 31 (1)
    • ►  April (5)
      • ►  Apr 10 (1)
      • ►  Apr 07 (2)
      • ►  Apr 05 (1)
      • ►  Apr 03 (1)
    • ►  Februari (2)
      • ►  Feb 16 (2)
    • ►  Januari (1)
      • ►  Jan 21 (1)
  • ►  2010 (6)
    • ►  November (3)
      • ►  Nov 29 (3)
    • ►  Maret (1)
      • ►  Mar 12 (1)
    • ►  Februari (1)
      • ►  Feb 26 (1)
    • ►  Januari (1)
      • ►  Jan 05 (1)
  • ►  2009 (4)
    • ►  Desember (3)
      • ►  Des 23 (2)
      • ►  Des 04 (1)
    • ►  November (1)
      • ►  Nov 16 (1)

Label

3 R adipura B3 BandungJuaraBebasSampah bank sampah barang bekas BebasSampahId biodigester biogas debat ilmuwan ecobrick energi Environmental Sustainability Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik industri kreatif Iriana Jokowi kantong plastik kantung plastik keresek KESEJAHTERAAN lifestyle MASA DEPAN CERAH pengepul pengomposan PERENCANAAN KEUANGAN pernak pernik photography pilah sampah ramah lingkungan regulasi reparasi Reverse Vending Machine Ridwan Kamil sampah anorganik sampah organik solusi limbah sosok styrofoam SUN LIFE zero waste

Translate

Laman

  • Halaman Muka
  • green planet
  • Kaisa Indonesia

FOLLOW US @ INSTAGRAM

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Copyright © 2016 Bandung Zero Waste. Designed by OddThemes & Blogger Templates