• Home
  • Download
    • Premium Version
    • Free Version
    • Downloadable
    • Link Url
      • Example Menu
      • Example Menu 1
  • Social
    • Facebook
    • Twitter
    • Googleplus
  • Features
    • Lifestyle
    • Sports Group
      • Category 1
      • Category 2
      • Category 3
      • Category 4
      • Category 5
    • Sub Menu 3
    • Sub Menu 4
  • Entertainment
  • Travel
  • Contact Us

About Me



Haloooo, saya Maria G Soemitro, seorang ambu (ibu = Bahasa Sunda) dengan 4 orang anak.
Blog ini didedikasikan khusus untuk berbagi perihal sampah. Mengenai saya selengkapnya ada disini Saya bisa dihubungi di ambu_langit@yahoo.com




Bandung Zero Waste

Gaya Hidup Nol Sampah untuk Wujudkan Indonesia Bebas Sampah

Pemulung melintas di jl. Taman Pramuka Bandung (dok. Maria Hardayanto)



Air banjir membawa sampah,  selokan penuh berisi sampah,  setiap sudut kota menumpuk sampah. Masalah sampah yang rumit membuat Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki T. Purnama (Ahok) mewacanakan menggaji 2.000 pemilung sebesar dua juta rupiah.

Ini usulan “ajaib” karena antara membayangkan dan mengimplemantasikan jelas dua hal berbeda. Pak Ahok membayangkan pemulung akan mengangkut sampah dan memilah sampah agar pemulung mendapat tambahan pendapatan dari hasil pemilahan sampah. Sayangnya hal tersebut hanya bisa dilakukan di tingkat RT tapi tidak di daerah sebesar DKI Jakarta yang memproduksi sampah 6.000 ton setiap harinya.

Analoginya, seorang pemilik beberapa pohon mangga akan sanggup memanen dan menyortir mangganya  sendiri sebelum dijual kepasar. Tapi pemilik ribuan pohon mangga? O dia perlu beberapa pekerja dengan pembagian tugas yang jelas: memanen, menyortir, mengepak dan mengirim. Semua harus dikerjakan pada suatu waktu agar kualitas buah tetap terjaga hingga di tangan konsumen.

Demikian pula pengerukan sampah, jika pemulung diharuskan mengeruk dan memilah sekaligus? …………… olala bisa marah-marah warga DKI Jakarta karena sampah menumpuk dimana-mana. Memilah sampah membutuhkan waktu lama lho, pak. Dilain pihak kecepatan produksi sampah oleh warga harus seimbang dengan gesitnya bagian pengerukan dan pengangkutan.

Solusinya? Pemberian target pada perusahaan yang bertanggung jawab mengangkut sampah. Apabila tidak mampu mencapai target, harus disiapkan perusahaan swasta lain yang lebih kompeten dan kompetitor tersebut sangat banyak.  Tentunya pak Ahok harus menjamin tidak adanya uang sogokan untuk menjadi rekanan Dinas Kebersihan. Karena uang pelicin menyebabkan biaya operasional menjadi bengkak.

Perusahaan swasta rekanan Dinas Kebersihan tersebut hanya mengeruk sampah. Sedangkan pemilahan dimulai dari hulu, bukan dihilir. Kerjasama dengan perusahaan swasta lainnya adalah yang terbaik. Merekalah yang kelak merekrut para pemulung karena tidak memerlukan pelatihan khusus lagi. Hanya dengan melihat selintas tumpukan sampah anorganik seorang pemulung akan dengan cepat memilah, mana yang bisa dijual untuk direcycle mana yang tidak.

Perusahaan swasta ini kelak bergerak diperumahan-perumahan yang telah mendapat sosialisasi pemisahan sampah. Mereka membagikan tempat sampah khusus ( berwarna tertentu) sesuai kategori sampah. Setiap tiga hari sekali diambil petugas, apabila pemilik rumah lalai maka silakan membuangnya di tempat pembuangan sampah sementara (TPS)  yang telah ditunjuk. Karena itulah sebaiknya penerapan dilakukan langkah demi langkah dan mulai di kawasan menengah keatas yang rapi penataan ruangnya. Sehingga warga yang jorok akan mendapat cibiran dari tetangga.

Bagaimanapun itulah kelebihan warga masyarakat Indonesia yaitu masih takut dicemooh tetangga. Segelintir warga yang acuh tak acuh hanyalah kasuistik.  Salah satu indikator adalah antrian di rumah makan cepat saji atau kasir supermarket. Silakan slonong boy mirip orang primitif, pasti akan banyak dahi mengernyit dan ejekan sambil menutup mulut dibelakang jemari yang dilebarkan, sehingga terdengar jelas ………:D

Penulis mendapat banyak masukan data dan kiriman foto. Salah satunya contoh kiriman rekan @Sondaryani Vagher dari Den Haag Belanda yang memotret khusus. Selain diangkut sampah basahnya setiap 3 hari, Inge (nama panggilan Sondaryani) harus memasukkan sendiri sampah anorganik berdasarkan jenis sampah ke dalam kontainer yang telah ditentukan dan berjarak kurang lebih 20 meter (berjalan kaki 2-5 menit) dari rumahnya.
1356471265284473741
kontainer sampah (dok. Sondaryani Vagher)
Kontainer-kontainer sampah tersebut parkir pada waktu-waktu tertentu selama dua minggu sebelum akhirnya diangkut truk ke markas perusahaan. Mereka jugalah yang mendistribusikan sampah anorganik ke tempat recycle sesuai  jenisnya. Pekerjaan tersebut cukup tepat dikerjakan mantan pemulung. Karena selain digaji, mereka tidak lagi mengaduk-aduk sampah yang kotor dan penuh belatung dari tempat sampah. Tentu saja dengan adanya perusahaan yang bertanggung jawab mekanisme menjadi jelas.  Baik prosedur kepegawaian, honor/gaji hingga job description-nya.

Sebetulnya tanpa diketahui “penguasa kota”, banyak warga yang melihat celah bernilai ini. Mereka menggunakan mobil-mobil tua untuk mengangkut sampah dari pemilik rumah yang tidak mempermasalahkan uang pembayaran sampah. Biasanya biaya perbulan sekitar Rp 100.000 (bisa lebih) sedangkan tukang sampah biasa hanya Rp 2.000 – Rp 15.000.
13564698971290440846
pengusaha dibidang sampah Bandung(dok. Maria Hardayanto)
Mobil sampah ini mengangkut semua sampah dan memilahnya ke dalam keranjang-keranjang bekas buah yang bisa didapat gratis di pasar. Sampahnya tentu saja dibuang ke Tempat Pembuangan Sampah (TPS) terpadu, sedangkan hasil pemilahan bisa dijual untuk menambah pendapatan.

Penyelesaian masalah sampah sebenarnya mudah dilakukan apabila pemerintah mau bertindak tegas sejak dari hulu, bekerja bersama masyarakat dengan menyosialisasikan apa yang harus dilakukan mereka. Seperti contoh Inge yang membuang semua sampah basahnya pada tempat sampah khusus, dia hanya mendapat tempah sampah basah (hijau) satu buah karena anggota keluarganya 4 orang. Ada prosedur untuk meminta lebih sehingga mau tidak mau harus  memilah-milah sampah dalam kantong plastik khusus agar memudahkan ketika waktunya harus memasukkan ke dalam container.
13564718911080216558
tempat sampah khusus yg penyediaanya dibatasi petugas kebersihan (dok. Sondaryani Vagher)
Tentu saja perlu dilakukan pula sosialisasi pengomposan dalam bentuk komposter besar yang mampu menampung dedaunan pekarangan dan sampah dapur atau mengompos dalam kotak takakura. Semua pilihan diberikan pada warga, termasuk pembayaran biaya sampah yang lebih besar apabila membuang sampah mebel, barang elektronik dan sampah berukuran besar lainnya. Sekaligus sanksi harus membuang sampah sendiri ke TPS yang letaknya cukup jauh apabila tidak mengeluarkan kotak sampah pada waktunya.

Dengan anggaran sampah sebesar 90 milyar pertahun seharusnya DKI Jakarta bisa melakukan banyak hal dengan terencana dan mengeksekusinya tanpa menimbulkan banyak friksi. Karena warga masyarakat bisa dan mau diedukasi agar bertanggungjawab pada sampahnya. Khususnya melihat fenomena pak Jokowi -Ahok yang masih diatas angin. ……………#semoga tetap begitu.

Sudah lewat waktunya warga masyarakat berperilaku  ibarat raja yang membuang beraneka sampah didepan rumahnya dan tukang sampah dengan merunduk-runduk bagai warga kasta terendah mengumpulkan dan mengangkut sampah mereka. Gaya feodalisme di jaman digital dengan sub konten sampah.

**Maria Hardayanto**

Special thanks to Sondaryani Vagher  dan Ismail Husain yang sudah bersusah payah memotret dan memberi informasi.
1356472363595038387
3 kontainer sampah (dok. Sondaryani Vagher)
1356472440775303222
sampah khusus kaca dan poselein, kristal, lampu (dok. Sondaryani Vagher)
13564725521000464979
kontainer kedua : sampah kertas (dok. Sondaryani Vagher)
13564726401773099105
kontainer ketiga: beragam sampah plastik (dok Sondaryani Vagher
)
Wrote by Maria G Soemitro

Ibu Iriana dan recycle abg dari kertas semen (dok. Sumarti Saelan)

Usai di-publish kompasianer @Sumarti Saelan pada tanggal 19 Desember 2012 pukul 18.40, tercatat  pada 22 Desember 2012 sudah 2.641 orang yang membaca tulisan berjudul : “Ibu Jokowi dan Tas Sak Semennya”

Apa yang menarik dari tulisan berjumlah 255 kata tersebut? Ada banyak kemungkinan. Pertama karena menyangkut nama istri Gubernur DKI Jakarta yang baru dilantik dan setiap gerak langkah/ucapannya membius pembaca. Tak heran wartawan mainstream selalu setia menyajikan berita tentang Jokowi, walaupun ucapannya belum final.

Kemudian diferensiasi dari para ibu pejabat yang biasa menenteng tas branded berharga puluhan juta rupiah, ibu Iriana memilih tas sandang berbahan baku bekas sak semen. Tas tersebut dipercantik dengan syal yang sewarna baju batiknya dan tampak  pede mengikuti Seminar dan Lokakarya Peran Ibu di Era Digital yang diprakarsai ID Kita Kompasiana.

recycle bag dari bekas kemasan kopi (dok. Maria G Soemitro)


Ini sesuatu yang luar biasa. Umumnya ibu pejabat membeli atau bahkan memborong produk daur ulang di pameran yang diresmikannya kemudian seolah melupakan. Belum pernah sekalipun penulis melihat mereka menggunakan tas yang dibelinya, walau hanya sekali. Entah kemana tas dan produk recycle lainnya tersebut. Tentu saja itu hak mereka. Tetapi alangkah baiknya sebagai istri pemimpin, mereka tidak sekedar membeli.

recycle bag dari bekas minyak goreng (dok. Maria G Soemitro)


Dalam tulisannya, mbak Icoel menuturkan bahwa ibu Iriana diberi oleh ibu Veronica Basuki, istri wakil gubernur DKI Jakarta. Dan hebatnya tas tersebut ditenteng dalam pertemuan ibu-ibu pejabat nasional. Banyak manfaat yang didapat apabila seorang istri tokoh bersedia memakai tas daur ulang:
  • Produk daur ulang masih dianggap produk murahan, produk sampah yang tidak layak dijual dengan harga pantas. Calon konsumen tidak peduli bahwa produk daur ulang membutuhkan bahan pembantu mahal agar layak dijual. Pengerjaannyapun jauh lebih sulit daripada tas berbahan baku dalam bentuk lembaran. Sebagai contoh lebih sulit membuat baju bayi dari bekas daster sang ibu dibandingkan membuat baju bayi berbahan baku kain yang baru dibeli. Perlu kreativitas agar baju bayi tersebut tampak indah, perlu bahan pembantu seperti kain flannel, renda atau kancing berwarna-warni.

  • Konsumen lebih memilih tas branded imitasi daripada tas daur ulang karena lebih keren. Mungkin pengaruh infotainment dan sinetron dimana pemainnya berakting sambil membawa tas branded sehingga para pengagumnya ikut membeli walau bukan produk asli. Kondisi demikian dapat digunakan istri tokoh/tokoh perempuan yang memiliki banyak pendukung untuk berkampanye dengan tas daur ulang sehingga menjadi trend fashion baru. Pemakainyapun merasa keren karena tas yang disandangnya mirip tas istri gubernur/ tas tokoh perempuan tersebut.
  • Memicu para pengrajin untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produk daur ulang agar produknya benar-benar layak pakai. Karena apabila diperhatikan tas ibu Iriana tidak sekedar tas sak semen. Bahan bakunya sudah dilaminasi, pegangan tas kuat sehingga tidak mudah jebol ketika sedang digunakan. Walau harus diakui, istri seorang gubernur tentunya tidak usah membawa bermacam-macam keperluan seperti ibu rumah tangga lainnya.

  • Sebagaimana diketahui, bahan baku tas daur ulang tidak diperuntukkan untuk tas yang berisi banyak barang. Terkecuali sak semen, umumnya bahan daur ulang berasal dari bekas kemasan plastik makanan. Seperti kemasan mie instan, cemilan, detergent dan lain-lain yang umumnya  berlapis alumunium agar isi produk tetap kering tapi berimbas sulitnya bekas kemasan tersebut didaur ulang. Selain sulit juga mahal sekali. Suatu perusahaan kopi terkenal pernah mengumpulkan bekas sachet produknya dan menyimpan sementara dalam gudangnya. Sayang, tidak melanjutkan lagi karena mengalami banyak kendala.
Tentu saja langkah seperti yang dicontohkan ibu Iriana cukup hingga regulasi diterapkan. Karena telah ada regulasi yang mengatur sampah anorganik dan ditetapkan tahun 2008. Regulasi yang menghabiskan anggaran milyaran untuk membuat  undang-undang, peraturan pemerintah dan peraturan daerah (tingkat I dan tingkat II).

Langkah berikutnya adalah pelaksanaan di lapangan. Contoh produsen kopi diatas menunjukan bahwa pihak swasta/ produsen bersedia bertanggungjawab terhadap bekas kemasan produknya. Yang diperlukan kemudian adalah kemauan baik pemerintah untuk menggandeng pihak swasta lainnya sebagai pengumpul bekas kemasan tersebut dan mencari solusi recycle. Karena proses recycle bisa dilakukan usaha mikro kecil menengah (UMKM), bukankah dengan demikian berarti pak Jokowi menciptakan lapangan kerja baru bagi warganya?

**Maria G. Soemitro**



Dineke Stam pede dengan tas recyclenya (dok. Maria G.Soemitro)
Wrote by Maria G Soemitro
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

ABOUT AUTHOR



Haloooo, saya Maria G Soemitro, seorang ambu (ibu = Bahasa Sunda) dengan 4 orang anak.
Blog ini didedikasikan khusus untuk berbagi perihal sampah. Mengenai saya selengkapnya ada disini Saya bisa dihubungi di ambu_langit@yahoo.com




LATEST POSTS

  • Rumah Kompos Di Antapani
    Rumah Kompos Bina Usaha Sejahtera (dok Maria G. Soemitro) Tulisan ini merupakan sequel dari dari : “Sekali Tepuk Dua Tempat” ...
  • 5 Langkah Atasi Sampah Plastik untuk Bumi yang Berkelanjutan
           5 Langkah Atasi Sampah Plastik untuk Bumi yang Berkelanjutan “Say no to Plastics” Demikian bunyi  banner yang kerap bersliweran di ha...
  • Stop Tayangan OVJ, atau Ganti Property !
    Anak anak tertawa Ibu ibu tertawa Para bapak juga tertawa Gara gara aksi Sule, Azis, Nunung, Andre dan Parto Bercanda...
  • Belajar Dari Pak Herry, Newbie di Persampahan
      lapak pak Herry Manisnya   bisnis persampahan nampaknya menarik minat pak Herry 3 tahun silam. Sebagai newbie, dia tak segan-...
  • Yuk Bikin Bank Sampah di Lingkunganmu
    “Duh, ibu rajin sekali angkat-angkat sampah” Kalimat satire tersebut akrab didengar pengurus Bank Sampah. Maksudnya, ih ibu kok mau si...
  • International Plastic Bag Free Day, Emang Gue Pikirin........ ??
    Maukah Anda Berdiet Kantung Plastik? Hari Bebas Kantung Plastik Sedunia tahun ini akan dilaksanakan pada tanggal  3 Juli 2011 . Tah...
  • Jangan Tertipu Jargon Kantong Plastik Ramah Lingkungan
    Tas ramah lingkungan terbuat dari campuran singkong (dok. Maria G Soemitro) Yang dimaksud kantong plastik ramah lingkungan disini t...
  • Kawasan Bebas Sampah, Langkah Awal Menuju Zero Waste Cities
    source:abnamro.com Dalam 20 tahun terakhir, gerakan No Waste yang kemudian berubah menjadi Zero Waste, bergaung secara masif di A...
  • Kisah Absurd Kantong Plastik Ramah Lingkungan
    kantung plastik ramah lingkungan (dok. Maria Hardayanto) “Hai air, jangan banjir dulu ya………. Aku belum hancur nih. Waktu ur...
  • Kesejahteraan Pemulung Yang Terabaikan
    dok. Yayasan Kontak Indonesia Pemulung dinobatkan sebagai pahlawan lingkungan? Sudah sangat sering didengungkan. Khususnya karena...

Advertisement

Diberdayakan oleh Blogger.
Foto saya
Maria G Soemitro
Lihat profil lengkapku

Waspada, Gagal Paham Ecobrick!

   sumber: azocleantech.com   Waspada, Gagal Paham Ecobrick! Andai ada kasus: Masyarakat di suatu kawasan kelaparan. Namun alih-alih mengiri...

Powered By Blogger

Cari Blog Ini

Arsip Blog

  • ►  2023 (1)
    • ►  Februari (1)
      • ►  Feb 22 (1)
  • ►  2022 (1)
    • ►  November (1)
      • ►  Nov 28 (1)
  • ►  2019 (2)
    • ►  Maret (1)
      • ►  Mar 28 (1)
    • ►  Januari (1)
      • ►  Jan 10 (1)
  • ►  2018 (2)
    • ►  April (2)
      • ►  Apr 18 (1)
      • ►  Apr 09 (1)
  • ►  2017 (7)
    • ►  November (2)
      • ►  Nov 23 (1)
      • ►  Nov 17 (1)
    • ►  September (1)
      • ►  Sep 19 (1)
    • ►  Mei (3)
      • ►  Mei 20 (1)
      • ►  Mei 11 (2)
    • ►  Maret (1)
      • ►  Mar 21 (1)
  • ►  2016 (6)
    • ►  Oktober (4)
      • ►  Okt 09 (4)
    • ►  Januari (2)
      • ►  Jan 25 (2)
  • ►  2015 (61)
    • ►  Oktober (1)
      • ►  Okt 14 (1)
    • ►  September (1)
      • ►  Sep 11 (1)
    • ►  Agustus (8)
      • ►  Agu 18 (1)
      • ►  Agu 11 (2)
      • ►  Agu 09 (2)
      • ►  Agu 02 (1)
      • ►  Agu 01 (2)
    • ►  Juli (16)
      • ►  Jul 31 (1)
      • ►  Jul 28 (1)
      • ►  Jul 25 (1)
      • ►  Jul 19 (3)
      • ►  Jul 18 (2)
      • ►  Jul 15 (2)
      • ►  Jul 13 (2)
      • ►  Jul 07 (3)
      • ►  Jul 05 (1)
    • ►  Juni (16)
      • ►  Jun 30 (2)
      • ►  Jun 29 (2)
      • ►  Jun 28 (2)
      • ►  Jun 25 (2)
      • ►  Jun 24 (2)
      • ►  Jun 11 (1)
      • ►  Jun 10 (1)
      • ►  Jun 09 (1)
      • ►  Jun 06 (1)
      • ►  Jun 04 (1)
      • ►  Jun 03 (1)
    • ►  Mei (5)
      • ►  Mei 14 (2)
      • ►  Mei 03 (2)
      • ►  Mei 01 (1)
    • ►  April (1)
      • ►  Apr 24 (1)
    • ►  Maret (1)
      • ►  Mar 21 (1)
    • ►  Februari (12)
      • ►  Feb 22 (1)
      • ►  Feb 21 (1)
      • ►  Feb 16 (2)
      • ►  Feb 11 (2)
      • ►  Feb 10 (1)
      • ►  Feb 09 (1)
      • ►  Feb 06 (1)
      • ►  Feb 04 (1)
      • ►  Feb 03 (2)
  • ►  2014 (2)
    • ►  Oktober (1)
      • ►  Okt 21 (1)
    • ►  September (1)
      • ►  Sep 11 (1)
  • ▼  2012 (20)
    • ▼  Desember (2)
      • ▼  Des 29 (2)
        • Kisah Sampah Perkotaan
        • Ibu Iriana Sebagai Duta 3R
    • ►  Oktober (1)
      • ►  Okt 27 (1)
    • ►  September (5)
      • ►  Sep 21 (1)
      • ►  Sep 20 (3)
      • ►  Sep 07 (1)
    • ►  Agustus (2)
      • ►  Agu 01 (2)
    • ►  Juli (1)
      • ►  Jul 29 (1)
    • ►  Juni (1)
      • ►  Jun 25 (1)
    • ►  Mei (2)
      • ►  Mei 18 (1)
      • ►  Mei 17 (1)
    • ►  Maret (4)
      • ►  Mar 19 (2)
      • ►  Mar 17 (1)
      • ►  Mar 01 (1)
    • ►  Februari (2)
      • ►  Feb 29 (1)
      • ►  Feb 14 (1)
  • ►  2011 (15)
    • ►  Oktober (2)
      • ►  Okt 13 (2)
    • ►  Agustus (2)
      • ►  Agu 04 (2)
    • ►  Juli (2)
      • ►  Jul 28 (1)
      • ►  Jul 09 (1)
    • ►  Mei (1)
      • ►  Mei 31 (1)
    • ►  April (5)
      • ►  Apr 10 (1)
      • ►  Apr 07 (2)
      • ►  Apr 05 (1)
      • ►  Apr 03 (1)
    • ►  Februari (2)
      • ►  Feb 16 (2)
    • ►  Januari (1)
      • ►  Jan 21 (1)
  • ►  2010 (6)
    • ►  November (3)
      • ►  Nov 29 (3)
    • ►  Maret (1)
      • ►  Mar 12 (1)
    • ►  Februari (1)
      • ►  Feb 26 (1)
    • ►  Januari (1)
      • ►  Jan 05 (1)
  • ►  2009 (4)
    • ►  Desember (3)
      • ►  Des 23 (2)
      • ►  Des 04 (1)
    • ►  November (1)
      • ►  Nov 16 (1)

Label

3 R adipura B3 BandungJuaraBebasSampah bank sampah barang bekas BebasSampahId biodigester biogas debat ilmuwan ecobrick energi Environmental Sustainability Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik industri kreatif Iriana Jokowi kantong plastik kantung plastik keresek KESEJAHTERAAN lifestyle MASA DEPAN CERAH pengepul pengomposan PERENCANAAN KEUANGAN pernak pernik photography pilah sampah ramah lingkungan regulasi reparasi Reverse Vending Machine Ridwan Kamil sampah anorganik sampah organik solusi limbah sosok styrofoam SUN LIFE zero waste

Translate

Laman

  • Halaman Muka
  • green planet
  • Kaisa Indonesia

FOLLOW US @ INSTAGRAM

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Copyright © 2016 Bandung Zero Waste. Designed by OddThemes & Blogger Templates