Dalam
dunia kang-ow persampahan, (hehehe yang mungkin bingung dengan istilah kang-ow,
silakan buka-buka bukunya Kho Ping Ho tentang dunia persilatan atau disini. Saya
mengibaratkan dunia persampahan dengan dunia kang-ow yang rameee … ^_^ )
Karena
jujur deh bingung, ternyata sedikit banget yang menulis tentang lingkungan
hidup khususnya sampah ya? Beberapa waktu lalu saya mendaftar di blog keroyokan,
ternyata hanya Kompasiana yang
menyediakan kanal lingkungan hidup sedangkan media lain hanya menyisipkan di
kolom umum atau kolom lainnya seolah-olah masalah lingkungan hidup ngga
penting. Lebih penting kuliner, fashion, apalagi tekno, politik dan hukum,
wuahhh… lingkungan hidup mah apalah , ngga penting!! … ^_^
Wah
kok malah curhat ya? Hehehe biarin kali ya, toh media mereka ya suka-suka
mereka dong ya? Seperti saya juga yang asyik mengisi blog ini dengan kisah
persampahan. Jujur awalnya bingung dengan konten, sehingga cukup lama lapak ini
kosong. Lebih mudah mengisi konten di Kaisa Indonesia, barulah ketika bebassampahID mewajibkan detektifnya eh
surveyornya menulis tentang titik lokasi yang ditemui, maka penuhlah isi rumah permata dibalik limbah
ini. Ahaiii … seru !!! ^_^
Oke,
kita kembali ke dunia kang-ow persampahan dimana ada sekitar 5 titik lokasi
yang bisa ditemui untuk melakukan 3 R (reduce, reuse, recycle), yaitu Pengomposan,
Pengepul, Bank Sampah, Unit Usaha, Reparasi. 3 R sendiri sebetulnya bukan
kegiatan baru bagi rakyat Indonesia (duh rakyat ^_^ ) … karena nenek moyang
kita sudah biasa berhemat dengan membeli barang yang diperlukan saja (reduce),
menggunakan ulang barang (reuse), dan recycle (mendaur ulang barang).
Mungkin
karena gencarnya iklan, maka kita gampang banget ya tergiur barang baru? Sementara
barang lama masih bagus, berfungsi normal. Misalnya nih, ponsel kita masih bisa
untuk menelepon dan kirim pesan pendek (SMS), tapi karena ngga bisa internetan
yang berarti ngga bisa ber-WA, ber- BBM, ber-IG, dan tentu saja ngga bisa memotret
selfie secantik/setampan mungkin, jadi deh kita beli ponsel yang setiap tahun
selalu ada iming-iming lebih bagus, lebih canggih, lebih ringan, bisa masuk
kedalam air, etc… etc … yang belum tentu juga kita memerlukannya. Efeknya? Anak
kecilpun heboh banget kalo liat tablet, bangun pagi masih berpampers ria sudah
pegang gadget, ampun deh.. ^-^
Ah
.. ah, sudahlah tentang reduce, bagaimana dengan reuse yang juga diajarkan
nenek moyang pada jaman dahulu kala? Entah sih kalau terlalu jadul saya juga ngga
bisa memberi contoh. Hanya ingat semasa saya kecil, buku-buku kakak bisa
digunakan adiknya, terus turun lagi ke adiknya, begitu terus hingga bukunya
sobek. Tapi entah mengapa tradisi itu seolah menjadi tradisi tabu bagi dunia
pendidikan karena buktinya setiap tahun ada aja buku baru yang muncul.
Ah
itupun bukan urusan kita, pusinggg ^_^ … Kita membahas reuse yang bisa kita lakukan
bersama pak service atau pak reparasi yang ternyata tidak hanya ada di pinggir
jalan tapi juga di mall !!!! ……… Iya di mall, saudara-saudaraku yang baik, kita
bisa melakukan reuse tanpa harus berpanas ria, kita bisa menunggu tas, sepatu
dan jaket direparasi dalam ruangan ber-AC, sambil makan ayam goreng.
Tepatnya
di pintu masuk GFC atau Giant Fried Chicken Jl Surapati atau sekarang dikenal
dengan nama jalan PH.H. Mustofa nomor 7 Bandung. Disitu bisa ditemukan Stop
Shoe yang memberikan pelayanan reparasi tas, sepatu dan jaket. Berapa biaya
service-nya? Mengingat lokasinya yang nyaman, cukup murah juga sih, sekitar Rp
30.000, tapi jika mau service besar artinya diganti total bisa mencapai Rp
650.000, contohnya ada sepatu/tas yang rusak karena terbuat dari kulit imitasi.
Mau dibuang kok sayang, mungkin ada nostalgia tertentu, kenangan tertentu atau
apalah. Nah disini bisa banget dirombak total, beda dengan service lain yang
hanya menerima kerusakan tertentu kan?
Stop
Shoe juga menerima pengecatan ulang lho, umumnya tas/sepatu/jaket berbahan
kulit yang mulai lusuh. Berapa biayanya? Ya tergantung besar kecilnya barang. Walah iya,
masa sepatu anak kecil sama dengan sepatu boot dewasa? ^_^ …… Sekitar
Rp 250.000 untuk jaket, Rp 175.000 untuk tas dan Rp 150.000 untuk sepatu.
Nah,
sekarang mudah kan memperpanjang usia sepatu? silakan datang ke Stop Shoe karena bisa
menunggu reparasi sepatu sambil makan ayam goreng GFC yang menggoda banget
sejak masuk pelataran Giant. Sehingga
jangan heran jika sepatunya nanti berbau harum dan berasa seperti ayam goreng GFC.
^^
Wrote by Maria G Soemitro