• Home
  • Download
    • Premium Version
    • Free Version
    • Downloadable
    • Link Url
      • Example Menu
      • Example Menu 1
  • Social
    • Facebook
    • Twitter
    • Googleplus
  • Features
    • Lifestyle
    • Sports Group
      • Category 1
      • Category 2
      • Category 3
      • Category 4
      • Category 5
    • Sub Menu 3
    • Sub Menu 4
  • Entertainment
  • Travel
  • Contact Us

About Me



Haloooo, saya Maria G Soemitro, seorang ambu (ibu = Bahasa Sunda) dengan 4 orang anak.
Blog ini didedikasikan khusus untuk berbagi perihal sampah. Mengenai saya selengkapnya ada disini Saya bisa dihubungi di ambu_langit@yahoo.com




Bandung Zero Waste

Gaya Hidup Nol Sampah untuk Wujudkan Indonesia Bebas Sampah




Jangankan penghargaan Adipura yang pernah diraih pada 1987, 1989, 1992, 1993, 1996 dan 1997. Kota Bandung malah pernah dinobatkan sebagai Kota Terkotor di tahun 2005.

Bagaimana rasanya tinggal di kota yang dijuluki Kota Terkotor? Duh, pingin tutup muka rasanya. Malu! Anugerah yang ngga banget jika tidak mau dikatakan menyakitkan. Penyebabnya bisa dituduh bahwa sampah gagal kirim ke Leuwigajah yang kala itu mengalami tragedy longsor dan mengakibatkan ratusan orang meninggal dunia.

Tapi sebetulnya sih salah warga Bandung juga. Seperti yang saya tulis disini, sampah yang hancur dalam waktu seminggu jangan dicampur sampah berumur ratusan tahun. Jadi deh keluar gas metan yang mencari-cari celah dibalik gundukan sampah yang kian lama kian meninggi. Hingga akhirnya duarrrrrr……, gunung sampah buatan manusiapun longsor, mengakibatkan bencana kemanusiaan.

Bencana yang dibuat manusia sendiri, seperti banjir dan tanah longsor. Karena itu sebesar apapun usaha Kota Bandung untuk kembali meraih Adipura, berakhir gagal lagi dan gagal lagi. Banyak faktor penyebab, salahsatunya adalah minimnya partisipasi warga. Warga tidak pernah dilibatkan. Hingga akhirnya Ridwan Kamil terpilih sebagai Walikota Bandung Adipuramasa jabatan 2013 – 2018. Banyak yang menaruh harapan Kota Bandung akan kembali menjadi Kota Kembang di masa kepemimpinannya.

Ya, apa sih yang kurang dari pak Emil, nama panggilan Ridwan Kamil. Sosok ini tidak hanya diganjar banyak penghargaan tapi rajin blusukan sebelum memutuskan naik panggung kontestasi pilkada Kota Bandung. Berbekal Blackberry, mengenakan jacket hijau tentara, duduk lesehan, dia mendengarkan masalah sampah yang dipaparkan Ketua Forum Hijau Bandung, Mohamad Bijaksana Junerosano (kala itu) dan menuliskannya di twitter. Khas pak Emil banget. Sehingga bisa diprediksi bahwa sosok tersebut paham masalah jauh sebelum terpilih sebagai Walikota Bandung. Kemudian merancang tujuan peningkatan indeks kebahagiaan warga. Jadi tujuan lain (meningkatnya kesehatan, pendidikan, perekonomian, lingkungan hidup) hanyalah raihan antara untuk menuju target utama yaitu meningkatnya indeks kebahagiaan.

 Jelas untuk meraih keberhasilan pak Emil ngga bisa sendirian, dia butuh pendukung. Baik komunitas yang sudah ada maupun kolaborasi yang baru muncul sehubungan dengan keberpihakan terhadap arah kemajuan yang ingin diraih. 



Bandung Juara Bebas Sampah di BCCF, di Jalan Purnawarman 70 Bandung
Salah satunya adalah Bandung Juara Bebas Sampah (BJBS), suatu kolaborasi lintas lembaga. serta individu-individu yang peduli Kota Bandung. Mereka mengumpulkan data, berdiskusi, mencari solusi-solusi. Hasil diskusi BJBS silakan dibawa ke kesatuan kerjanya (PD Kebersihan, BPLH) atau malah anggota BJBS meminta data dari instansi yang bersangkutan. Komunikasi intens terjalin melalui grup WhatsApp (WA) dan setiap bulan bertemu di tempat yang dijanjikan. Padahal, duh dulu sulit banget mencari data, kita harus melalui beberapa meja, menerangkan panjang lebar sebelum akhirnya memperoleh informasi yang dibutuhkan. Sekarang cukup buka percakapan di WA , ^_^

Walaupun kolaborasi ini berhasil mengumpulkan sejumlah dana yang berasal dari kocek pribadi anggota serta ada 2 administrasi yang mengelola data, tidak ada buah karya yang langsung dihasilkan BJBS. Karena anggotanya sepakat membuat aksi dan mencari dana mandiri untuk membiayainya. Contohnya pembuatan peta persampahan Kota Bandung, BebasSampahID, bukan hasil karya BJBS walau dikerjakan anggota BJBS. Termasuk diantaranya GPS (Gerakan Pungut sampah), #1000tumbler dan acara nol sampah ( zero waste event) sewaktu nonton bareng Persib yang dikomandoi BDGcleanaction.



#1000tumbler pengganti air minum kemasan
Dari sini kita bisa melihat polanya bahwa BJBS mengedukasi warga agar perilakunya berubah. Karena akar masalah sampah terbesar adalah perilaku warga, sebesar apapun usaha pemerintah daerah, jika warganya ngga punya kesadaran ya mirip menebar garam ke lautan, ngga ada hasilnya. Tentu saja kampanye perubahan perilaku ini harus seiya sekata dengan gerak pemerintah kota, sehingga tak heran pak Emil mengarahkan setiap satuan kerjanya untuk melakukan gerakan pungut sampah (GPS), agar peduli akan kebersihan daerah kerjanya, lokasi tempat tinggalnya dan tidak geuleuh (jijik) pada sampahnya sendiri. Dengan harapan akan menular pada yang selama ini ngga peduli. 

Gerakan Pungut Sampah


Tidak itu saja, pemerintah kota juga aktif mengeksekusi peraturan daerah Kota Bandung K3 (Ketertiban, Kebersihan dan Keindahan) tahun 2005, ya perda tahun 2005 baru ditegakkan pada tahun 2014 salah satunya menyatakan setiap kendaraan roda 4 wajib membawa tong sampah. Nampaknya sepele, hanya tong sampah, tapi justru tanpa tong sampah maka edukasi menjadi sulit dilakukan. Contohnya ada anak yang mau buang sampah melalui jendela angkutan umum, dengan adanya tong sampah, kita bisa bilang: eits jangan buang ke jalan nak, buang kesini ya nak, sambil menunjuk tong sampah dalam angkot.



setiap kendaraan roda 4 harus menyiapkan tong sampah, termasuk angkot
Kampanye perubahan perilaku (green lifestyle) sudah dilakukan, kemudian gimana dong dengan sampah-sampah yang bertaburan di jalan-jalan dan gorong-gorong? Gerakan GPS kan ngga mungkin bisa melakukan semuanya. Membersihkan jalan dan gorong-gorong? Alamak, habis dong waktu untuk kebersihan kota. Untuk itu pak Ridwan Kamil membentuk pasukan kebersihan yang bertulisan punggung “ Bantu Kami Membuat Bandung Bersih” . Profesi ini pernah ditolak pengemis/gelandangan yang ogah diberi honor Rp 1, 3 juta per bulan, mereka menuntut Rp 5 juta. Hmmm ……  :)



 penyapu jalan di Kota Bandung
Selain armada pembersih jalan yang berasal dari SKPD terkait, setiap kecamatan dan kelurahan memiliki pasukan juga, mereka membersihkan sampah di tanah-tanah kosong/terlantar , gorong-gorong dan jalan-jalan yang menjadi lokasi kesayangan warga untuk buang sampah. Para pekerja kelurahan (10 orang) dan kecamatan (10 orang) umumnya berasal dari pengangkut sampah RT, sehingga mereka memiliki dobel penghasilan, yaitu dari warga dan kelurahan/kecamatan. Setiap RW juga memiliki sator (sepeda motor yang dimodifikasi untuk mengangkut barang) agar memudahkan pak RW membersihkan areanya. Komplit kan? 



pasukan kebersihan di setiap kelurahan dan kecamatan
Ada beberapa kriteria penilaian fasilitas kota yang dibenahi yaitu jalan, taman kota, hutan kota, pertokoan, perkantoran, sekolah, terminal, stasiun, rumah sakit dan pasar. Nah penilaian pasar sering banget membuat Kota Bandung jatuh tanpa harapan. Ya iyalah, pasarnya seperti ini, dari jauhpun udah dicoret deh:




pasar Cihaurgeulis yang menjijikkan (before)
Ridwan Kamil merangkul pedagang pasar dengan manisnya agar mereka merasa memiliki. Diterapkan peraturan agar tidak boleh berjualan di trotoar, diberi tanaman bambu di sepanjang batas parkir. Perubahan positif pedagang pasar disambut pihak kelurahan dengan menghibahkan conblock bekas kantor kelurahan, sehingga eng ing eng ….., jadi seperti ini. Lumayanlah ……^_^



pasar Cihaurgeulis setelah bebenah (after)
Pasar Cihaurgeulis diatas hanya dipermak penampilannya, belum direvitalisasi, mungkin menunggu anggaran turun. Bisa dipahami betapa gembiranya Ridwan Kamil beserta satuan tugasnya ketika menerima anugerah Adipura.

Penghargaan pengelolaan dan pemeliharaan lingkungan hidup harus diperjuangkan bersama warga kota, tidak sekedar prestise. Jika tidak, akan menjadi bumerang. Kota kumuh nan kotor kok mendapat penghargaan? Tidak demikian halnya dengan Kota Bandung yang bergerak ke arah perubahan menjadi lebih indah dan resik. Di beberapa area memang masih terlihat sampah, tapi setahu saya kota-kota peraih Adipura lainnya masih belum terbebas sepenuhnya dari sampah. Bahkan warga kotanya tidak semilitan Kota Bandung dalam mengkampanyekan perubahan green lifestyle.

Bener ngga? ^_^
Wrote by Maria G Soemitro



Elly Wasliah, Kepala Dispertapa Kota Bandung, berjalan hilir mudik dengan gelisah. Kebaya putih yang dikenakan tak mengganggu aktivitasnya. Hari Rabu memang diwajibkan mengenakan baju tradisional dan menggunakan bahasa Sunda dalam percakapan. Tapi bukan itu yang mengundang perhatian, Elly kebingungan mendapat panggilan telepon berulang kali dari walikota Bandung Ridwan Kamil sementara sopir yang bisa mengantarnya ke balai kota, tak kunjung tiba.

Kang Emil, panggilan Ridwan Kamil, memang sering tidak sabar jika menghadapi situasi yang lelet dan muter-muter. Tidak hanya bawahan, kawan-kawannya paham betul akan kebiasaannya ini. Jangan heran ketika memutuskan larangan penggunaan styrofoam di kota Bandung, dia hanya memberikan waktu 2 minggu, atau tanggal 1 November 2016 harus sudah berlaku.

Larangan yang pastinya membuat pegiat lingkungan menarik napas lega sekaligus was-was. Apa penyebabnya?

Material beracun.
bahaya styrofoam (sumber:dreamstime.com)

Di antara 7 jenis plastik, styrofoam (PS/polystyrene) termasuk yang tidak disarankan pemakaiannya untuk wadah makanan. Senyawa styrene akan lepas dan bermigrasi pada makanan berlemak dan makanan bersuhu tinggi. Dalam jangka panjang bisa menyebabkan gangguan system syaraf pusat dan meningkatnya risiko kanker pada manusia. Dekade terakhir ini marak digunakan karena tampilannya yang putih bersih, tahan air dan harganya murah.

Ada substitusinya

alternatif styrofoam (sumber: instagurum.com)

Kang Emil tidak “ngasal” sewaktu menelurkan kebijakan pelarangan styrofoam untuk semua jenis kegiatan dan usaha di kota Bandung. Banyak alternatif bahan pengganti seperti kertas, dus/karton, plastik yang bisa didaurulang, bambu (besek). Mendapatkannya tidak semudah styrofoam tapi hukum pasar pasti akan berlaku, di mana ada permintaan di situ ada barang. Hanya soal waktu.

Mencemari lingkungan.

sampah styrofoam ( sumber: kaieteurnewsonline.com)

Mereka yang sering mengikuti kegiatan bersih-bersih pantai dan saluran air pastinya tahu, betapa ribetnya styrofoam. Bukan masalah volume, tapi jumlahnya yang banyak hanya bisa dibakar. Bahaya pembakaran styrofoam seperti kita ketahui menghasilkan CO2 dan CFC yang merusak ozon. Kalaupun ada yang mengklaim bahwa dia bisa mendaurulang, harga keekonomiannya masih terlalu tinggi dan umumnya tidak marketable.

Dukungan regulasi.


Sudah 6 tahun yang lalu undang-undang pengelolaan sampah nomor 18 disahkan, kok belum diterapkan juga? Terlebih Kota Bandung memiliki Perda nomor 3 tahun 2005 tentang Penyelenggaraan Ketertiban, Kebersihan dan Keindahan. Undang-undang nomor 18 tahun 2008 dikuatkan dengan Perda Nomor 9 tahun 2011 tentang Pengelolaan Sampah, jelas Walikota Bandung salah besar jika tidak mematuhinya.

 Jika mudah, mengapa dipersulit? Mungkin itu slogan Kang Emil. Sebelum ini warga Kota Bandung dan pendatang sempat heboh karena penerapan keharusan adanya tempat sampah di kendaraan roda empat. Padahal undang-undangnya ada, lengkap dengan sanksi bagi mereka yang mereka melanggar.

Tak heran Jumat, 14 Oktober 2016 kemarin Kang Emil menegaskan pelarangan berlaku total. Semua jenis kegiatan dan usaha di Kota Bandung dilarang menggunakan styrofoam. Surat peringatan 3 kali berturut-turut akan dilayangkan bagi pelaku usaha yang bandel.

“Yang terakhir kita cabut izin usahanya”, kata Kang Emil.

Nah lho. Oh ya mungkin ada pertanyaan, kenapa was-was? Karena seperti biasanya anak buah sering muter-muter dulu. Larangan penggunaan styrofoam dijawab Kepala Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup (BPLHD) Kota Bandung dan Kepala Bagian Hukum Pemkot Bandung dengan rencana pemberlakuan bertahap, dimulai dari lingkungan pemerintahan dan sekolah-sekolah. Sesudah itu barulah merambah ke kegiatan usaha.

Memang tidak mudah, pelarangan styrofoam kali ini tidak dikumandangkan dengan gencar seperti halnya kantong plastik. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pastinya juga adem ayem saja jika tidak disenggol dengan petisi melalui change.org. Aneh tapi nyata, tumpukan kertas regulasi selama ini dibuat untuk apa? Milyaran rupiah lho nilainya.

Ah daripada menyalahkan lebih baik mendukung kebijakan menolak styrofoam karena kita memiliki kekuatan yang sering lupa digunakan yaitu suara konsumen. Sebagai konsumen sering terlena dengan apa yang diberikan/ditawarkan penjual dan melupakan akibatnya. Betul?




Elly Wasliah, Kepala Dispertapa Kota Bandung, berjalan hilir mudik dengan gelisah. Kebaya putih yang dikenakan tak mengganggu aktivitasnya. Hari Rabu memang diwajibkan mengenakan baju tradisional dan menggunakan bahasa Sunda dalam percakapan. Tapi bukan itu yang mengundang perhatian, Elly kebingungan mendapat panggilan telepon berulang kali dari walikota Bandung Ridwan Kamil sementara sopir yang bisa mengantarnya ke balai kota, tak kunjung tiba. Kang Emil, panggilan Ridwan Kamil, memang sering tidak sabar jika menghadapi situasi yang lelet dan muter-muter. Tidak hanya bawahan, kawan-kawannya paham betul akan kebiasaannya ini. Jangan heran ketika memutuskan larangan penggunaan styrofoam di kota Bandung, dia hanya memberikan waktu 2 minggu, atau tanggal 1 November 2016 harus sudah berlaku.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/mariahardayanto/ridwan-kamil-dan-larangan-styrofoam_5805fce3f57e61821e8b456b
Wrote by Maria G Soemitro
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

ABOUT AUTHOR



Haloooo, saya Maria G Soemitro, seorang ambu (ibu = Bahasa Sunda) dengan 4 orang anak.
Blog ini didedikasikan khusus untuk berbagi perihal sampah. Mengenai saya selengkapnya ada disini Saya bisa dihubungi di ambu_langit@yahoo.com




LATEST POSTS

  • Rumah Kompos Di Antapani
    Rumah Kompos Bina Usaha Sejahtera (dok Maria G. Soemitro) Tulisan ini merupakan sequel dari dari : “Sekali Tepuk Dua Tempat” ...
  • 5 Langkah Atasi Sampah Plastik untuk Bumi yang Berkelanjutan
           5 Langkah Atasi Sampah Plastik untuk Bumi yang Berkelanjutan “Say no to Plastics” Demikian bunyi  banner yang kerap bersliweran di ha...
  • Stop Tayangan OVJ, atau Ganti Property !
    Anak anak tertawa Ibu ibu tertawa Para bapak juga tertawa Gara gara aksi Sule, Azis, Nunung, Andre dan Parto Bercanda...
  • Belajar Dari Pak Herry, Newbie di Persampahan
      lapak pak Herry Manisnya   bisnis persampahan nampaknya menarik minat pak Herry 3 tahun silam. Sebagai newbie, dia tak segan-...
  • Yuk Bikin Bank Sampah di Lingkunganmu
    “Duh, ibu rajin sekali angkat-angkat sampah” Kalimat satire tersebut akrab didengar pengurus Bank Sampah. Maksudnya, ih ibu kok mau si...
  • International Plastic Bag Free Day, Emang Gue Pikirin........ ??
    Maukah Anda Berdiet Kantung Plastik? Hari Bebas Kantung Plastik Sedunia tahun ini akan dilaksanakan pada tanggal  3 Juli 2011 . Tah...
  • Jangan Tertipu Jargon Kantong Plastik Ramah Lingkungan
    Tas ramah lingkungan terbuat dari campuran singkong (dok. Maria G Soemitro) Yang dimaksud kantong plastik ramah lingkungan disini t...
  • Kawasan Bebas Sampah, Langkah Awal Menuju Zero Waste Cities
    source:abnamro.com Dalam 20 tahun terakhir, gerakan No Waste yang kemudian berubah menjadi Zero Waste, bergaung secara masif di A...
  • Kisah Absurd Kantong Plastik Ramah Lingkungan
    kantung plastik ramah lingkungan (dok. Maria Hardayanto) “Hai air, jangan banjir dulu ya………. Aku belum hancur nih. Waktu ur...
  • Kesejahteraan Pemulung Yang Terabaikan
    dok. Yayasan Kontak Indonesia Pemulung dinobatkan sebagai pahlawan lingkungan? Sudah sangat sering didengungkan. Khususnya karena...

Advertisement

Diberdayakan oleh Blogger.
Foto saya
Maria G Soemitro
Lihat profil lengkapku

Waspada, Gagal Paham Ecobrick!

   sumber: azocleantech.com   Waspada, Gagal Paham Ecobrick! Andai ada kasus: Masyarakat di suatu kawasan kelaparan. Namun alih-alih mengiri...

Powered By Blogger

Cari Blog Ini

Arsip Blog

  • ►  2023 (1)
    • ►  Februari (1)
      • ►  Feb 22 (1)
  • ►  2022 (1)
    • ►  November (1)
      • ►  Nov 28 (1)
  • ►  2019 (2)
    • ►  Maret (1)
      • ►  Mar 28 (1)
    • ►  Januari (1)
      • ►  Jan 10 (1)
  • ►  2018 (2)
    • ►  April (2)
      • ►  Apr 18 (1)
      • ►  Apr 09 (1)
  • ▼  2017 (7)
    • ►  November (2)
      • ►  Nov 23 (1)
      • ►  Nov 17 (1)
    • ►  September (1)
      • ►  Sep 19 (1)
    • ▼  Mei (3)
      • ►  Mei 20 (1)
      • ▼  Mei 11 (2)
        • Adipura, dan Lika-Liku Meraihnya
        • Mengapa Ridwan Kamil Melarang Penggunaan Styrofoam?
    • ►  Maret (1)
      • ►  Mar 21 (1)
  • ►  2016 (6)
    • ►  Oktober (4)
      • ►  Okt 09 (4)
    • ►  Januari (2)
      • ►  Jan 25 (2)
  • ►  2015 (61)
    • ►  Oktober (1)
      • ►  Okt 14 (1)
    • ►  September (1)
      • ►  Sep 11 (1)
    • ►  Agustus (8)
      • ►  Agu 18 (1)
      • ►  Agu 11 (2)
      • ►  Agu 09 (2)
      • ►  Agu 02 (1)
      • ►  Agu 01 (2)
    • ►  Juli (16)
      • ►  Jul 31 (1)
      • ►  Jul 28 (1)
      • ►  Jul 25 (1)
      • ►  Jul 19 (3)
      • ►  Jul 18 (2)
      • ►  Jul 15 (2)
      • ►  Jul 13 (2)
      • ►  Jul 07 (3)
      • ►  Jul 05 (1)
    • ►  Juni (16)
      • ►  Jun 30 (2)
      • ►  Jun 29 (2)
      • ►  Jun 28 (2)
      • ►  Jun 25 (2)
      • ►  Jun 24 (2)
      • ►  Jun 11 (1)
      • ►  Jun 10 (1)
      • ►  Jun 09 (1)
      • ►  Jun 06 (1)
      • ►  Jun 04 (1)
      • ►  Jun 03 (1)
    • ►  Mei (5)
      • ►  Mei 14 (2)
      • ►  Mei 03 (2)
      • ►  Mei 01 (1)
    • ►  April (1)
      • ►  Apr 24 (1)
    • ►  Maret (1)
      • ►  Mar 21 (1)
    • ►  Februari (12)
      • ►  Feb 22 (1)
      • ►  Feb 21 (1)
      • ►  Feb 16 (2)
      • ►  Feb 11 (2)
      • ►  Feb 10 (1)
      • ►  Feb 09 (1)
      • ►  Feb 06 (1)
      • ►  Feb 04 (1)
      • ►  Feb 03 (2)
  • ►  2014 (2)
    • ►  Oktober (1)
      • ►  Okt 21 (1)
    • ►  September (1)
      • ►  Sep 11 (1)
  • ►  2012 (20)
    • ►  Desember (2)
      • ►  Des 29 (2)
    • ►  Oktober (1)
      • ►  Okt 27 (1)
    • ►  September (5)
      • ►  Sep 21 (1)
      • ►  Sep 20 (3)
      • ►  Sep 07 (1)
    • ►  Agustus (2)
      • ►  Agu 01 (2)
    • ►  Juli (1)
      • ►  Jul 29 (1)
    • ►  Juni (1)
      • ►  Jun 25 (1)
    • ►  Mei (2)
      • ►  Mei 18 (1)
      • ►  Mei 17 (1)
    • ►  Maret (4)
      • ►  Mar 19 (2)
      • ►  Mar 17 (1)
      • ►  Mar 01 (1)
    • ►  Februari (2)
      • ►  Feb 29 (1)
      • ►  Feb 14 (1)
  • ►  2011 (15)
    • ►  Oktober (2)
      • ►  Okt 13 (2)
    • ►  Agustus (2)
      • ►  Agu 04 (2)
    • ►  Juli (2)
      • ►  Jul 28 (1)
      • ►  Jul 09 (1)
    • ►  Mei (1)
      • ►  Mei 31 (1)
    • ►  April (5)
      • ►  Apr 10 (1)
      • ►  Apr 07 (2)
      • ►  Apr 05 (1)
      • ►  Apr 03 (1)
    • ►  Februari (2)
      • ►  Feb 16 (2)
    • ►  Januari (1)
      • ►  Jan 21 (1)
  • ►  2010 (6)
    • ►  November (3)
      • ►  Nov 29 (3)
    • ►  Maret (1)
      • ►  Mar 12 (1)
    • ►  Februari (1)
      • ►  Feb 26 (1)
    • ►  Januari (1)
      • ►  Jan 05 (1)
  • ►  2009 (4)
    • ►  Desember (3)
      • ►  Des 23 (2)
      • ►  Des 04 (1)
    • ►  November (1)
      • ►  Nov 16 (1)

Label

3 R adipura B3 BandungJuaraBebasSampah bank sampah barang bekas BebasSampahId biodigester biogas debat ilmuwan ecobrick energi Environmental Sustainability Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik industri kreatif Iriana Jokowi kantong plastik kantung plastik keresek KESEJAHTERAAN lifestyle MASA DEPAN CERAH pengepul pengomposan PERENCANAAN KEUANGAN pernak pernik photography pilah sampah ramah lingkungan regulasi reparasi Reverse Vending Machine Ridwan Kamil sampah anorganik sampah organik solusi limbah sosok styrofoam SUN LIFE zero waste

Translate

Laman

  • Halaman Muka
  • green planet
  • Kaisa Indonesia

FOLLOW US @ INSTAGRAM

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Copyright © 2016 Bandung Zero Waste. Designed by OddThemes & Blogger Templates