"Sulit membangun
peradaban tanpa budaya tulis dan baca." TS Eliot (1888-1965)
Bangsa
yang maju adalah bangsa yang membaca buku. Sebaliknya, kian rendah daya baca
masyarakat, kian sulit bangsa itu maju.
Sayangnya
bahan baku membangun peradaban, yaitu: buku, harganya mahal nian. Terlebih seiring terpuruknya rupiah, harga bukupun
membumbung tinggi. Kelompok masyarakat berpenghasilan pas-pasan pasti lebih memilih
membeli pangan dibanding buku surat kabar dan majalah.
Dalam
situasi seperti ini, bursa buku bekas menjadi penyelamat. Setidaknya itulah
yang saya lihat selama beberapa waktu mewawancarai pedagang buku bekas di
sepanjang Ahmad Yani , di seberang balai besar keramik, menuju arah jalan
Cicadas Kota Bandung. Banyak sekali orang tua (pria dan perempuan) wara wiri
mencari buku yang diperlukan anaknya sambil membawa kertas catatan atau foto
dari kamera ponsel. Sebagian dari mereka langsung mendapat buku yang
dibutuhkan, sebagian lagi harus berjalan jauh untuk mendapatkan stok buku di
lapak lain.
Harga
buku bekas disini memang lumayan miring. Buku pelajaran baru Rp 60
ribuan, bisa dibeli disini dengan harga Rp 20 ribu saja. Buku komik dan majalah
bisa dibawa pulang dengan membayar kurang lebih Rp 2.000. Demikian pula buku fiksi
dan nonfiksi yang bisa dibeli seharga Rp 20.000 saja. Buku-buku tersebut ditumpuk bersama puluhan ribu buku lainnya di
setiap lapak. Harga buku yang murah nian sangat membantu mereka yang ingin membuka
jendela peradaban dengan membaca buku.
Pemilik
lapak umumnya mendapat buku bekas dari pengepul atau pemilik buku (pelajaran,
novel fiksi dan nonfiksi, majalah) yang datang dan ingin menjual koleksinya.
Buku-buku tersebut dihargai cukup tinggi yaitu sekitar Rp 4.000/kg. Bandingkan
jika kita menjualnya di tukang rongsokan, yang hanya dihargai Rp 800/kg. Tukang
rongsokan menghargai koleksi buku yang kita miliki dengan harga sangat murah
karena tidak mempedulikan konten buku. Mereka menghargai buku sebagai bahan
baku proses daur ulang kertas. Jadi bisa dibayangkan bahwa buku yang bernilai
tinggi hanya dianggap sebagai onggokan kertas jika kita menjual buku bekas pada
mereka.
Berbeda
halnya dengan penjual buku bekas di jalan A Yani ini. Buku bekas dalam karung yang
mereka beli kiloan, akan mereka pilah sesuai peruntukannya. Misalnya buku
pelajaran KTSP 2006, kurikulum 2013, tentunya berbeda dengan buku pelajaran
untuk kurikulum yang sudah tidak berlaku di Indonesia. Juga berbeda dengan
novel, buku nonfiksi, majalah dan komik.
Jika dirangkum, ada beberapa keunggulan
menjual buku di bursa buku bekas ini:
1. Buku bekas dihargai cukup tinggi disini yaitu Rp 4.000/kg karena akan dipilah dan dijual lagi per buku.
1. Buku bekas dihargai cukup tinggi disini yaitu Rp 4.000/kg karena akan dipilah dan dijual lagi per buku.
2. Buku bekas akan dibeli dan digunakan kembali oleh
orang yang membutuhkan. Mereka tidak harus membeli buku baru yang berdampak
pada penghematan pengeluaran. Sehingga selisih yang didapat bisa dimanfaatkan
untuk keperluan lain.
3. Berkurangnya mencetak buku baru berarti mengurangi penebangan
pohon untuk bahan baku kertas. Seiring kenaikan suhu bumi akibat penebangan
pohon dan pemborosan penggunaan energy fosil, sungguh bijak jika kita membantu
melestarikan alam dengan mengubah gaya hidup.
Dampak
gaya hidup hedonis mengakibatkan 3 R (Reduce, Reuse, recycle) mudah diucapkan
tapi sulit dilaksanakan. Barang bekas sering langsung dibuang karena lebih
mudah melakukannya dibanding harus memilah-milah dengan pertimbangan bisa
digunakan ulang. Dibutuhkan effort lebih banyak untuk menerapkan 3 R. tapi jika
kita mengetahui manfaat reduce dan reuse yang berhasil kita lakukan, aduhai
bahagia nian.
Bursa buku bekas Ahmad Yani sangat mudah ditemukan,
karena terletak berseberangan dengan Balai Besar Keramik jalan Ahmad Yani nomor
392 atau lebih tepatnya di depan jalan Ahmad Yani nomor 469. Berjualan sejak
tahun 1982, pak Edi, pak Diman, pak Masyadi, pak Gugun dan teman-temannya akan
menyapa ramah siapapun yang mencari buku bekas. Buka setiap hari termasuk hari
Minggu , pukul 08.00 pagi hingga pukul 20.00 malam, penggemar buku akan
dimanjakan dengan beragam buku tanpa takut kantongnya bolong. Tertarik?
Wrote by Maria G Soemitro