Aksi Pertama Detektif #BebasSampahId

Kemajuan teknologi informasi sangat dirasakan manfaatnya oleh detektif #BebasSampahID. Pada tahun 2011 ketika green map bertema persampahan Kota Bandung dipetakan, surveyor hanya bisa memotret, memperkirakan titik lokasi pada google maps, sehingga sering kurang tepat.

Sekarang dengan bantuan peta koordinat yang diinstall dari play store, surveyor alias detektif #BebasSampahId dapat melaporkan titik lokasi dengan tepat.

Hari pertama, tanggal 1 Februari 2015 lokasi yang dituju adalah tempat pengepul pak Herry di jalan Cigadung Tengah 22, Kelurahan Cigadung Kecamatan Cibeunying Kaler Kota Bandung. Ini dia penampakannya. Diapit oleh banyak tempat komersial lainnya seperti tempat pangkas rambut, warung dan tempat makan.


tampak depan lapak Pak Herry


 Di area atas adalah tempat para tukang rongsok tidur sehingga setiap waktu para surveyor bisa bertanya. Hanya penjualan yang memerlukan personil tertentu karena menyangkut pembayaran.
titik lokasi pak Herry : jalan Cigadung Raya Tengah E 107° 37' 39.612"S 6° 52' 51.8448"







Lokasi pak Herry sangat mudah diketemukan. Dengan menggunakan angkutan umum Caringin - Dago yang berwarna orange-hijau, saya berhenti di depan lokasi. Tepatnya di jalan Cigadung Tengah nomor 22, sebelum jalan Pesantren. Biasanya supir angkutan umum daerah Dago sudah paham wilayah Pesantren, jadi kita cukup bertanya pada supir angkot: "lewat Pesantren?", maka di akan menunjukkan tempat yang dituju

Teman-teman lain tidak seberuntung saya, banyak yang menemukan lapak yang sudah tutup dan atau terancam digusur karena telah dijual pada pengembang untuk kawasan komersial.

Lokasi pengepul besar umumnya memang di jalan umum yang dilalui kendaraan untuk memudahkan pengangkutan ke lokasi bandar yang lebih besar atau dikirim langsung ke tempat daur ulang barang bekas, seperti plastik dan kardus.  Jika lokasi sang pengepul illegal atau menjadi incaran pengembang, siap-siap saja untuk digusur ^_^

Sedangkan pengepul kecil yang memasok pengepul besar, juga bank sampah, dan pengelolaan sampah berbasis komunitas umumnya terletak di kawasan padat penduduk. Tidak heran beberapa teman terperosok ke dalam labirin karena sulitnya menemukan lokasi.


Jumlah sampah anorganik yang beredar dari rumah tangga -->> bank sampah -->> pengepul kecil  --->> pengepul besar --->> pabrik pengolahan , sebetulnya hanya mencapai 5 - 15 % dari total sampah karena banyak sampah yang dibuang sembarangan dan dibakar. Itupun hasilnya sudah bernilai puluhan juta rupiah per harinya per lapak pengepul besar. 

Karena itu sudah menjadi tugas kami dan warga masyarakat umumnya untuk menginformasikan tumpukan sampah lainnya atau berkontribusi memisah sampah agar sampah tidak menggunung dan tidak memiliki nilai ekonomis lagi.


Berikut ini foto-foto barang bekas/rongsokan/sampah anorganik yang dibeli pak Herry untuk dijual kembali:













Apa saja dan berapa kisaran harganya?


1. Kardus Rp 1.500/kg
2. Kertas koran Rp 1.000/kg
3. Kertas duplek Rp 300 /kg
4. Plastik bekas kemasan (bersih) Rp 2.000/kg
5. Plastik bekas kemasan (emeran) Rp 1.500/kg
6. Besi AS Rp 2700/kg
7. Besi kabin Rp 1.500/kg
8. Paku bekas Rp 1.300/kg
9. Seng Rp 1.000/kg
10. Alumunium Rp 9.000/kg
11. Kuningan Rp 22.000/kg
12. Tembaga (bagian dalam kabel) Rp 40.000/kg
13. Kertas CD Rp 500/kg
14. Botol bir Rp 700/buah ; botol arak/kecap Rp 500/buah
15. Accu mobil Rp 45.000/buah ; accu sepeda motor Rp 10.000/buah

Kemana saja barang yang dikumpulkan pak Herry? Sudah ada lingkaran produksi sesuai spesifikasi produk, seperti kardus dikirim ke daerah Jawa Tengah untuk menjadi bubur kertas dan menjadi kardus baru. Demikian juga plastik seperti plastik kotak makanan yang diolah menjadi biji plastik.
Suatu perjalanan yang menimbulkan jejak ekologis.
Harga yang harus dibayar untuk semua kemudahan.

Share:

0 komentar