Program Biodigester Sampah di Bandung Mangkrak? Ini Sebabnya!
![]() |
biodigester di perumahan GCA Bandung (dok Maria G Soemitro) |
Biodigester sampah? Betul, merupakan instalasi
tempat bakteri metanogen bersemayam yang dengan senang hati akan mengolah
sampah organik menjadi biogas. Bisa dibayangkan berapa banyak
masalah perkotaan dapat terselesaikan dengan adanya biodigester sampah?
Sampah berserakan hilang, kota bersih dan resik. Diganti biogas untuk memasak
makanan di dapur serta slurry untuk pupuk berkebun.
Baca juga: Mengapa Ridwan Kamil Melarang Penggunaan Styrofoam?
Baca juga: Mengapa Ridwan Kamil Melarang Penggunaan Styrofoam?
Terlebih bagi Kota Bandung, kota yang
pernah mendapat julukan Bandung Lautan Sampah dan mendapat predikat Kota
Terkotor pada tahun 2006. Sungguh tepat sasaran ketika pada tahun
2015, suatu perusahaan energi menyalurkan corporate social responsibility (CSR)-nya,
yaitu 100 buah biodigester yang diharapkan dapat mengolah sampah Kota
Bandung menjadi energi.
Paling tidak ada 4 manfaat yang bakal
diperoleh:
1. Reduksi sampah
Sebanyak 1.600 ton sampah diproduksi penduduk
Kota Bandung. PD Kebersihan hanya mampu mengangkut 1.200 ton ke TPA,
sisanya berceceran di jalan, lahan kosong dan aliran air. Tidak saja
menyebabkan banjir tapi juga mencemari air. udara dan tanah. Andaikan
program biodigester sukses dilaksanakan maka masalah sampah akan tertangani.
Pengguna biodigester wajib memisah sampah
sehingga masalah sampah selesai sejak di hulu. Sampah organik masuk
biodiogester, sampah anorganik bisa dijual ke pengepul/bank sampah.
2. Target energi
baru terbarukan (EBT)
Hingga akhir tahun 2016, capaian bauran Energi
Baru Terbarukan (EBT) baru mencapai 7,7 %, sementara menurut target pada tahun
2025 harus mencapai 23 %. Dengan adanya geliat warga masyarakat dan pihak
swasta dalam mengimplementasikan EBT maka akan terjadi percepatan dalam kurun
waktu 8 tahun ini. (sumber)
3. Target penurunan emisi
GRK
Pada KTT Perubahan Iklim 2015, Presiden Jokowi
menegaskan komitmen Indonesia, yaitu mengurangi emisi gas rumah
kaca (GRK) sebesar 29 % pada tahun 2030 sebagai upaya mengatasi perubahan
iklim. Kontribusi Indonesia tersebut diharapkan dapat mendorong
terciptanya kesepakatan mengikat demi membatasi pemanasan global di bawah 2
derajat celcius.
Dengan dikelolanya limbah organik menjadi
biogas, maka program biodigester turut berpartisipasi dalam mewujudkan tekad
pemerintah tersebut.
4. Penghematan
Paling tidak ada 2 penghematan yang diperoleh
pemerintah yaitu subsidi elpiji dan biaya kelola sampah. Setiap
tahunnya Kota Bandung menganggarkan Rp 137 milyar untuk operasional (sumber). Alokasi tertinggi untuk biaya pengangkutan
sampah dari tempat pembuangan sampah sementara (TPS) ke tempat
pembuangan sampah akhir (TPA).
Sedangkan untuk subsidi energi, karena
Pertamina harus memberikan subsidi Rp 5.750, sementara jatah Kota Bandung
sebanyak 90.000 tabung gas 3 kg/hari. Maka subsidi yang dihemat bisa
mencapai Rp 1,5 milyar per hari atau Rp 46,5 miyar per bulan. Jumlah yang
lumayan banyak bukan?
Sebetulnya masih banyak manfaat lain
biodigester, diantaranya bagi warga sendiri yaitu penghematan anggaran gas
rumah tangga. Juga ada hasil sampingan biodigester berupa slurry yang
bisa digunakan sebagai pupuk pada aktivitas urban farming/berkebun
di area perkotaan.
Sayangnya program 100 biodigester bisa
dianggap 'gagal'. Pada akhir tahun 2015, saya mengikuti survei biodigester, dan
menemukan hanya beberapa orang yang dengan senang hati mau
meneruskan. Sisanya menolak. Di beberapa lokasi, instalasi biodigester
tidak berfungsi dan dipreteli. Bahkan seorang Ketua RW di suatu kawasan
padat penduduk, bersikeras meminta agar instalasi dibawa pergi. Bak
meminta dibersihkannya lokasi dari gundukan sampah.
Banyak yang menjadi penyebab, tapi 2 hal
penting ini rupanya dilupakan oleh pihak yang bertanggung jawab membagikan
biodigester pada warga masyarakat.
- Biodigester berbeda dengan kompor elpiji. Pemakai biodigester harus memahami bahwa terdapat bakteri metanogen di dalam instalasi yang harus diperlakukan sebagai mahluk hidup. Artinya jika 'binatang peliharaan' ini tidak diperlakukan dengan benar, tidak diberi makan dan minum cukup, maka mereka akan sakit, sekarat dan mati.Beda halnya dengan kompor gas elpiji yang tidak akan bereaksi walau diabaikan selama berbulan-bulan.
- Minimnya kesadaran memisah sampah. Apa jadinya jika pembalut perempuan dan popok bayi masuk biodigester? Tentunya akan menghambat proses terjadinya biogas. Bakteri metanogen yang seharusnya hanya mendapat asupan sampah organik akan terganggu aktivitasnya. Inilah yang terjadi pada beberapa biodigester. Akibat pengguna tidak disiplin dalam memisah sampah maka beberapa instalasi mengalami masalah seperti air slurry yang tiba-tiba membanjir atau bahkan tidak munculnya gas metan yang bisa dikonversi menjadi nyala api kompor.
![]() |
dimulai dari pemisahan sampah hingga asap biru dari kompor (dok. Maria G Soemitro) |
Jelaslah kesalahan terulang. Para pemangku
kebijakan hanya memperhatikan soal teknis, abai pada pendekatan psikologi
sosial yang jauh lebih penting. Umumnya pendekatan sosial kurang menarik,
karena membutuhkan kesabaran dan waktu bertahun-tahun, tidak dapat dipatok
selesai dalam satu periode.
Baca juga : Adipura dan Lika Liku Meraihnya
Agar kesalahan tidak terulang, program serupa
harus memperhatikan beberpa faktor berikut:
- Komunitas
Bersosialisasi dan beradaptasi dalam kelompok
merupakan kebiasaan masyarakat Indonesia. Atas dasar itu pula muncul grup-grup
reuni, komunitas pecinta lingkungan, komunitas pecinta batik serta banyak
komunitas lain.
Daripada menyebar biodigester ke seluruh
penjuru Kota Bandung, alangkah baiknya pembagian diarahkan pada satu
komunitas dan kelompok-kelompok lain disekitarnya. Sehingga memudahkan jika ada
pengguna yang memgalami masalah. Antar anggota komunitas akan memberikan
dorongan untuk menggunakan biodigester dengan maksimal.
Salah satunya temuan Ibu Nana yang memisah
sampah secara simpel dan praktis. Sampah organik baru dimasukkan ke biodigester
ketika sudah berair tapi belum mengelurkan bau menyengat. Perlakuan yang
konsisten dan rutin akan membuat bakteri metanogen nyaman memproduksi
biogas secara teratur.
- Buku petunjuk
Setiap peralatan hasil pabrikasi umumnya
mendapat buku petunjuk pemakaian. Demikian pula seharusnya dengan biodigester
sampah. Seharusnya ada manual book, termasuk didalamnya larangan dan
yang wajib dilakukan.
Mungkin penyebabnya karena instalasi
biodigester baru diujicobakan di Kota Bandung, sehingga data yang dikumpulkan
belum cukup.
- Hotline
Sewaktu biodigester disebar di Kota Bandung,
ada yayasan yang bertugas mendampingi dan bertanggung jawab
terhadap penyebaran biodigester. Namun entah mengapa laporan kerusakan
biodigester tak kunjung digubris.
Seharusnya disiapkan hotline khusus sebagai
pelayanan program biodigester. Petugas akan menjawab masalah-masalah di
lapangan setelah berkoordinasi dengan para pakar dan petugas lapangan.
![]() |
salah satu biodigester yang mangkrak (dok. Maria G Soemitro) |
Walau penyebabnya berbeda, Dalam program
konversi minyak tanah ke gas elpiji pada tahun 2009, kebijakan kenaikan harga
minyak tanah dan pembatasan distribusinya berhasil memaksa pengguna beralih ke
elpiji.
Demikian juga ketika terjadi kelangkaan
elpiji. Warga masyarakat bersedia mencari gas 3 kg ke seluruh penjuru kota agar
dapurnya tetap ngebul. Sehingga sebetulnya muncul momentum pengenalan dan
sosialisasi biodigester.
Jika tidak terkendala distribusi, pastinya
warga masyarakat dengan senang hati menggunakan biodigester. Walau harus
'terpaksa' memisah sampah demi mendapatkan nyala api yang dibutuhkan.
Akhirnya keberhasilan program energi baru
terbarukan (EBT) sangat bergantung pada tekad kuat penyelenggara negara. Apakah
peduli pada potensi penghematan subsidi elpiji yang demikian besar, serta
solusi sampah menjadi energi. Atau sebaliknya menina bobokan dengan
elpiji yang murah harganya walaupun harus berhutang.
0 komentar