Pak Aa, Pengepul Yang Hijrah Dari Bandung Berkebun
Tahu
dong tentang Bandung Berkebun? Yaitu gerakan memanfaatkan tanah terlantar untuk
urban farming atau kegiatan berkebun di perkotaan. Ide yang dilontarkan pak
Ridwan Kamil ini mendapat sambutan hangat dari kawan-kawannya yang segera
mewujudkan pada tahun 2010 di Kota Jakarta.
Bandung
sebagai kota kedua setelah Jakarta, mewujudkan kegiatan berkebun rame-rame ini
pada tahun 2011. Lokasi yang dipilih terletak di jalan Sukamulya Indah, tidak
jauh dari rumah tinggal pak Aa yang akhirnya didaulat untuk menjaga lahan
Bandung Berkebun tersebut. Tujuannya agar lahan pertanian ada yang nyiram dong. Kan
petani urbannya hanya datang seminggu sekali. Kebetulan pak Aa jebolan SMK
Pertanian yang bekerja sebagai pegawai honorer dinas kebersihan Kota Bandung.
Sehingga ketika gaung berkebun mereda, pak Aapun meneruskan tugasnya seperti
sedia kala.
Selain
semua kegiatan diatas, bapak Aa membuka lapak pengepul dengan menyewa tanah. Di
atas tanah tersebut pak Aa membuat bangunan temporer , tempatnya menerima
sampah anorganik dari tukang sampah , ibu rumah tangga yang langsung menjual
sampah anorganiknya serta bekerja sama dengan bank sampah Motekar.
Persaingan
bisnis sampah yang ketat membuat pak Aa harus rela melepaskan lahan yang disewa karena ada penyewa lain yang
sanggup membayar lebih mahal dibanding pak Aa. Sehingga pak Aa harus sukarela
memindahkan bisnisnya ke area Bandung Berkebun. Dan jadilah lapak pak Aa
dipenuhi pot-pot tanaman hias
disana-sini. Unik bukan?
Sayang,
seperti kisah David dan Goliath, pak Aa bak David yang tidak memiliki ketapel
untuk bersaing dengan Goliath. Usaha persampahannya tidak selancar dan sesukses
Goliath yang memilki modal, berani membeli sampah anorganik warga dengan harga
tinggi serta membekali bisnisnya dengan mobil pengangkut sampah anorganik yang
bisa menjemput bola mengambil sampah di kawasan lain.
Ada
2 stategi agar pengepul bisa lancar jaya mengumpulkan sampah anorganik dengan
waktu singkat. Karena time is money benar benar berlaku disini. Semakin cepat
mengumpulkan barang rongsok/sampah anorganik maka perputaran modal akan semakin
cepat sehingga profit yang diterima lebih besar. Yaitu:
- Memberi modal pada beberapa tukang rongsok yang akan mencari sampah anorganik dan disetorkan ke lapaknya. Tukang rongsok ini umumnya tidur di bedeng-bedeng yang disediakan pengepul, mendapat pinjaman gerobak roda untuk mengangkut sampah anorganik serta sejumlah uang untuk membeli sampah anorganik dari rumah tangga.
- Memiliki mobil untuk mengangkut barang yang bertugas mendatangi pengepul kecil, membeli sampah anorganik dari mereka untuk kemudian dijual lagi ke Bandar besar yang membeli dan memproses sampah anorganik tertentu, misalnya Bandar sampah kertas tentunya berbeda dengan Bandar sampah plastik.
Pak
Aa merupakan kelompok pengepul kecil yang hanya berhasil mengumpulkan sampah
seminggu sekali, berbeda dengan pengepul besar yang sanggup bertransaksi dengan
Bandar besar setiap hari.
Lapak-lapak
pengepul kecil seperti milik pak Aa akan tumbuh mengembang jika di kawasan
tersebut berdiri bank sampah. Sehingga terjadi hubungan yang saling
menguntungkan. Adalah salah jika suatu bank sampah berkegiatan seperti pengepul
, misalnya memproses sampah bekas air
mineral. Karena itu domain pengepul bukan bank sampah. Bank sampah memiliki
tugas yang lebih mulia yaitu terlibat dalam rekayasa social membantu warga
memisah sampahnya.
Ingin
berkunjung ke lapak pak Aa? Silakan mengunjungi bekas lahan Bandung Berkebun
yang kini ditanami sayuran oleh warga. Pak Aa menghuni lahan di sebelahnya.
Yaitu di jalan Sukamulya Indah 6-5 Bandung.
0 komentar