Eits, Jangan Buang Kasetmu
Kemajuan
teknologi umumnya membawa dampak. Dulu siaran
televisi berwarna hitam putih, fisiknya bongsor berbentuk mirip lemari yang dibuka tutup ketika akan
memencet tombol on. Tapi kini produsen berlomba-lomba membuat televisi setipis
mungkin, menampilkan siaran berwarna persis seperti aslinya dan hanya
diperlukan remote control untuk menggonta ganti siaran televisi. Kebayang deh jika kini remote control belum diketemukan
sehingga kita masih menggunakan cara
lama, bakal kepor tangan mengubah tombol
karena jumlah stasiun televisi mencapai ratusan… ^-^
Demikian
juga media penyimpan data lagu. Sebelum tahun 1970, nenek kakek kita harus
memiliki piringan hitam jika ingin mendengarkan lagu selain dari radio. Bentuknya
yang segede gaban dan mahal membuat hanya segelintir orang yang memiliki
piringan hitam. Persis seperti televisi yang diawal kemunculannya hanya
dimiliki mereka yang berduit.
piringan hitam (sumber : cnnindonesia.com) |
Peran
piringan hitam digantikan oleh cassette atau kaset pada tahun 1970-an. Apa yang
dimaksud kaset saya kutip dari Wikipedia berikut:
Kaset terdiri dari kumparan-kumparan kecil.
Kumparan-kumparan dan bagian-bagian lainnya ini terbungkus dalam bungkus plastik berbentuk kotak
kecil berbentuk persegi panjang. Di dalamnya terdapat sepasang roda putaran
untuk pita magnet. Pita ini akan berputar dan menggulung ketika kaset
dimainkan atau merekam. Ketika pita bergerak ke salah satu arah dan yang
lainnya bergerak ke arah yang lain. Hal ini membuat kaset dapat dimainkan atau
merekam di kedua sisinya. Contohnya, side A dan side B.
kaset (dok. techgeekdiary.com) |
Berbeda dengan
piringan hitam yang hanya dimiliki sekelompok golongan masyarakat tertentu,
kaset dan tape (pemutar kaset) merambah ke setiap lapisan masyarakat. Mungkin karena
harganya yang relatif lebih murah, sehingga dentuman musik yang berasal dari
tape, dapat dengan mudah kita dengar hingga pelosok kota.
Tapi seiring
kemajuan teknologi yang mendamba kemudahan dan kepraktisan, kasetpun akhirnya
harus mengalah pada CD (compact disc) pada sekitar tahun 1990. Keberadaan CD
yang tipis dan anti pita tergulung ruwet mungkin merupakan jawaban atas ketidaknyamanan
penggunaan kaset . Maklumlah jika pita kaset mulai bermasalah maka alunan musiknya akan bergoyang-goyang aneh, jelas
kalah jauh dibanding CD yang memiliki kualitas suara lebih jernih dan pemilihan
lagu dapat dilakukan dengan cepat.
Walau demikian
kaset tetap diminati. Seperti yang banyak diketemukan di lapak-lapak barang
bekas, atau kali ini di lapak bapak Andri penjual kaset dan CD bekas, Nampak beberapa
calon pembeli sedang memilih kaset bekas. Umumnya mereka memburu kaset dengan
genre musik tertentu, seperti seorang calon pembeli yang sedang memilih album
musik evergreen dengan mimik serius.
Dibalik kemajuan
teknologi selalu ada harga yang harus dibayar. CD harganya mahal dan tidak bisa digunakan
ulang seperti kaset yang pitanya dapat ‘ditimpa’ untuk rekaman lain. Sehingga peluang
menjadi SAMPAH lebih besar dibanding dibanding kaset yang baru akan dibuang
jika rusak. Mirip seperti kasus televisi
yang teknologi jadulnya bisa dioprek-oprek hingga dapat menampilkan gambar kembali
walaupun tentu saja dengan warna ‘seadanya’ … ^-^
Akhirnya keputusan
akhir berpulang kembali ke pada pembeli, apakah memilih menggunakan teknologi lama,
teknologi terbaru, atau malah tidak membeli sama sekali jika ternyata tidak benar-benar membutuhkannya.
Jika ingin
jalan-jalan ke lapak barang bekas kaset dan buku, silakan datang ke lapak
mereka di jalan Cihapit. Terletak diantara pasar Cihapit dan suatu bank
terkenal, lapak-lapak disini nyaman dikunjungi karena pepohonannya yang
rindang. Coba deh merasakan hangout yang lain dari biasanya … ^-^
asyik memilih kaset bekas |
0 komentar