Simpang Sari ..............Kena Deh!!
Mencari
titik lokasi di Kota Bandung yang memiliki 30 Kecamatan dan 151 Kelurahan,
sungguh bukan pekerjaan mudah. Terlebih bagi mereka yang jarang berpergian. Duh
bingung banget, dimana daerah Cinambo, Cigending dan seterusnya?? Lebih
mudah mencari tempat di jalan Ciroyom, Dago atau jalan Riau, ya iyalah … :D … karena wilayahnya dilalui kendaraan umum.
Salah
satu titik lokasi yang harus saya datangi adalah jalan Simpang Sari. Tidak ada
seorangpun rekan detektif #BebasSampahID yang menemukan area tersebut di Google
Maps. Melalui aplikasi Sygic juga tidak saya temukan. Demikian pula ketika
menanyakan pada teman-teman DI LPTT yang selama ini menemani warga Kota Bandung
dalam program Bandung Green and Clean.
“Jalan
Simpang Sari mah depan Grandtex, sebelum Ujung Berung, dekat Perum Panorama,”
tiba-tiba seorang ibu menjawab ketika saya menanyakan jalan Simpang Sari pada
supir angkutan umum yang melaju ke rumahkompos Antapani.
Alhamdullilah, ………… duh, rasanya
pingin memeluk ibu yang baik hati dan tanpa pamrih menjelaskan dengan rinci. Sayang
dia sedang asyik dengan gadgetnya. Hebat ya? Menolong walau sedang sibuk. Kekerabatan yang masih terasa kental di Bumi
Parahyangan.
Kemudian,
tibalah hari saya menggunakan angkutan umum berwarna pink jurusan Gede Bage -
Dago, menuju jalan Simpang Sari,
dannnn………, hampir kesasar!! Karena Perum Panorama ada dua, sedangkan saya hanya
berpatok pada jalan Perum Panorama, bukan pabrik Grandtex. Ah ini dia
penampakannya.
gapura jalan Simpang Sari (dok. Maria G. Soemitro) |
Rupanya
jalan Simpang Sari adalah jalan sempit
diantara pemukiman penduduk yang terjepit dengan adanya pabrik-pabrik tekstil
disitu. Walaupun demikian ada SMAN 23 di daerah tersebut, jadi seharusnya masuk
peta? Ternyata sesudah saya cek menggunakan peta koordinat ditemukan jalan
Simpang Sari. Wuaduh kenapa kemarin ngga muncul ya? Malukah? :D :D
Mencari
rumah pak Wawan pun mudah. Selain karena warga setempat sangat ramah juga
rupanya nama pak Wawan mantan Ketua RW 01 Kelurahan Sukamiskin, sangat
terkenal. Bahkan tukang mi bakso dan tukang sampahpun tahu. Keren pan?
Jalan
terus, nanti belok kanan ada penjahit, itu patokan menurut warga. Bisa ditempuh
dengan ojek yang banyak menunggu dimulut gang, tapi saya memilih jalan kaki.
Sisa
peninggalan program Bandung Green and Clean menyambut saya dalam jarak 100
meter menuju rumah pak Wawan. Tanaman hias dalam pot beraneka jenis, khususnya
Sansevieria atau lidah mertua yang berfungsi menyerap polutan.
Selebihnya?
Duh tempat runtah atau tempat pembuangan sampah sementara (TPS) ada
dimana-mana. Kebayang ngga kalo PD Kebersihan kesulitan mengangkut sampah ini? Bakal
memenuhi badan jalan bukan? Suatu problem yang pasti terjadi dengan cara pembuangan
sampah yang masih primitif seperti ini.
beberapa tempat sampah komunal yang terbuka di pinggir jalan Simpang Sari (dok Maria G. Soemitro) |
Dannnn………, akhirnya sampai juga di rumah pak Wawan. Sayang pak
Wawan sedang bekerja, beliau bekerja di Grandtex. Saya disambut istrinya yang memastikan tidak
ada kegiatan bank sampah atau pengomposan di RW 01. Tetapi ada beberapa
peralatan yang tersimpan di rumah pak Wawan ini dia: alat pembuat Lubang Resapan Biopori (LRB) dan
alat pengomposan.
alat LRB dan alat pengomposan (dok. Maria G. Soemitro) |
Fungsi
alat pembuat LRB silakan lihat disini. Sedangkan alat pengomposan ini sungguh
menarik. Merupakan hasil kreativitas yang baru saya lihat. Hanya bermodalkan
paralon dan rangkaian kawat yang biasanya digunakan untuk mengayak pasir, alat
pengompos bisa diletakkan/dipasang diujung halaman belakang atau halaman dekat
dapur. Semua sampah organik dimasukkan kesitu. Untuk menghindari kemungkinan
sampah bau, misalnya kulit udang, sisik ikan, taburi saja tanah diatasnya dan
tutup rapat. Isi terus hingga penuh. Sebulan kemudian, buka deh, maka akan
diperoleh kompos yang ‘bergizi’ untuk tanaman. Oh iya jangan lupa dijemur
beberapa hari sebelum digunakan.
alat pengomposan (dok Maria G Soemitro) |
Sayangnya,
ya sayangnya di daerah ini sudah tidak ada lagi kegiatan pemisahan sampah dari
hulu. Hasil wawancara saya dengan pak Wawan via telepon, beliau menerangkan
bahwa kebijakannya tidak diteruskan ketua RW baru, padahal sebelumnya sampah
sudah berkurang 25 % dari sumbernya.
Sayang
banget ya? Mungkin estafet kepemimpinan tidak dipersiapkan pak Wawan , sehingga
kebijakan yang baik tidak sambung menyambung menjadi satu …… #ups kok nyanyi …
:D :D
Banyak sekali sarana pembuangan sampah dan pengelolaan sampah seperti contoh alat pengomposan diatas yang berakhir sebagai penghuni gudang. Karena alat hanyalah alat, jika kita tidak berniat mengelola sampah ya berakhir sia-sia.
Ini
dia beberapa penampakan jalan menuju rumah pak Wawan di RW 01, Kelurahan
Sukamiskin, Kecamatan Arcamanik. Patokan jalan Simpang sari adalah sesudah RS Hermina, sebelum Perum
Panorama dan tepat berhadapan dengan pabrik Grandtex.
0 komentar