Ibu-ibu Heboh Di Cikutra 08
Sebutan
ibu-ibu heboh sebetulnya meniru kata –kata Jenal, detektif #BebasSampahId yang
bernama alias @AkarGantung. Jenal bercerita tentang ibu-ibu heboh yang
ditemuinya ketika men-survey bank sampah Manglayang.
Kali
ini rupanya saya berkesempatan bertemu dengan ibu-ibu yang tak kalah heboh. Seheboh
ketika saya mencari alamat ibu-ibu ini. Alamat yang tertera di list hanya Cikutra 08. Titik lokasi hasil
barter ber-barter antara Duin, Akar Gantung dan saya ^_^
Pertimbangannya
tentu karena dekat. Jalan Cikutra kan pendek. Saya menebak-nebak, jalan Cikutra rw 08 ada di wilayah kelurahan Neglasari, dibawah kepemimpinan ibu lurah yang cantik yang kebetulan saya kenal. . Ternyata menurut
LPTT (lembaga pendamping Bandung Green and Clean), yang dimaksud adalah
Kelurahan Cikutra bukan jalan Cikutra. Dan itu letaknya cukup jauh,
saudara-saudara. Cukup membuat gempor kaki, sehingga harus menggunakan jasa
ojek untuk mencapainya.
Tibalah
hari hasil janjian saya dengan ibu Yati, ketua Bank Sampah RW 08 Kelurahan
Cikutra, Kecamatan Cibeunying Kidul. Turun dari angkutan umum di depan Griya
Pahlawan, saya meminta bantuan tukang ojek untuk menanyakan ancer-ancer tempatnya
ke ibu Yati. Karena diterangkan sedetail apapun saya ngga paham.
Jalan
Lemah Neundeut ll ? Aduh selama ini saya pikir jalan Lemah Neundeut nun di
Bandung Utara atau Selatan atau Bandung coret. Ternyata dekat banget, wilayah
antara jalan Pahlawan dan jalan Cicadas. Suatu area yang padat penduduk, bahkan
sangat padat penduduk. Hingga tanpa bantuan tukang ojek, anda mungkin tersasar ………
#soktahudotcom.
Dan
duh, kokk banyak sekali ibu yang berkumpul dan menyambut, bahkan ibu-ibu PKK dari kelurahan. Terlihat dari
bajunya dong ^_^
Sebetulnya
survey paling asyik jika tidak diada-adakan atau natural aja deh. Tapi berhubung
ibu Yati meminta saya untuk datang di hari Sabtu atau hari penimbangan sampah
anorganik, ya oke deee ……… berkumpullah para ibu dengan aneka ragam hasil
karyanya seperti kerajinan dan pot-pot untuk urban farming yang mengambil
konsep hidroponik.
dengan pot ala hidroponik (dok. Maria G. Soemitro) |
Buku-buku
Bank Sampah menunjukkan bahwa operasional pemisahan sampah di wilayah ini tidak
berjalan mulus. Kendalanya mungkin masalah senioritas/ketokohan dan belum
dirasakannya manfaat pemisahan sampah oleh setiap anggota. Jika anggota bank
sampah atau anggota komunitas berkebun (yang berkorelasi dengan pengomposan)
telah merasakan faedahnya maka kegiatan bisa dipastikan akan berkelanjutan. Ada
atau tidak ada ketua selama kegiatan rutin. Cukup ketua kordinator terkait dan
wakilnya yang turun menjalankan aktivitas dan melaporkan pada ketua umum,
khusus di wilayah ini, Ibu Yati.
Karena
setidaknya harus ada 3 kordinator di wilayah ini selain ketua dan bendahara,
yaitu kordinator bank sampah, kordinator
berkebun dan kordinator kerajinan. Wilayah padat penduduk justru menyimpan
potensi. Sampah organik dan anorganik mereka banyak. Jika dikelola baik,
alih-alih menjadi beban pemerintah, sampah justru bisa menjadi sumber
pendapatan warga.
kegiatan menimbang sampah anorganik (dok Maria G. Soemitro) |
Sebagai
ilustrasi termudah adalah pengelolaan sampah anorganik dalam Bank Sampah.
Misalnya
jika di RW 08 Cikutra yang terdiri dari 10 RT, 4 RT diantaranya termasuk dalam
suatu organisasi Bank sampah (karena
rata-rata RW hanya membawahi 5-6 RT).
Kemudian
di setiap RT hanya ada 25 kepala keluarga (KK) yang menjadi anggota Bank
Sampah, sementara jumlah KK/RT biasanya 100 – 150 KK. Artinya akan terkumpul :
4 RT x 25 KK/anggota Bank sampah = 100 anggota.
Jika
diambil pukul rata setiap anggota cukup mengendapkan Rp 500 per minggu dalam
buku tabungan. Karena penimbangan sampah umumnya dilakukan hanya setiap minggu.
Padahal setiap di pemukiman padat, setiap KK menyetor sampah senilai Rp 2.000-
Rp 15.000/penimbangan/minggu. Maka akan didapat 100 X Rp 500 X 53 minggu
(jumlah minggu dalam setahun) = Rp 2.650.000/tahun.
Jumlah
yang wow banget bukan? Bisa digunakan untuk koperasi simpan pinjam sehingga
warga tidak harus meminjam uang pada rentenir. Dan yang terpenting, warga
belajar memisah sampah dengan cara termudah yaitu tidak mencampur sampah
anorganik dengan sampah organik. Sederhana ya? Lha kalo
bisa mudah dan simple untuk apa dipersulit. ^_^
Oh
iya, apa yang heboh? ....... sstttt selain ibu-ibu yang heboh ramahnya, suguhannya lebih heboh, nasi merah, ayam goreng, tempe goreng, teri goreng, mi goreng........ kue-kuenya pindang singkong, rambutan dan lain lain. Ngga difoto, entar semua kesana kan kasihan ibu Yati .....#ngeles ^_^
lokasi kegiatan pilah sampah RW 08 kelurahan Cikutra (dok. Maria G. Soemitro) |
kreativitas urban farming (dok. Maria G. Soemitro) |
hasil olah tangan (dok. Maria G. Soemitro) |
0 komentar