Green Shopping Agar Hidup Nyaman di Hari Tua






Aduh apa yang dimaksud dengan green shopping? Itu lho belanja ramah lingkungan. Banyak istilah dalam gerakan lingkungan hidup yang terdengar agak janggal jika diterjemahkan, misalnya zero waste = nol sampah, green life style = perilaku ramah lingkungan.

Nah, green shopping atau belanja ramah lingkungan ternyata bisa mewujudkan cita-cita hidup nyaman di hari tua.  Awalnya sih merujuk nasehat perencana keuangan Safir Senduk yang menjadi pembicara dalam acara “Yuk, Kelola Keuangan Dengan Bijak” yang diadakan Sun Life Financial.  Safir Senduk  memaparkan konsep ploting pengeluaran yaitu 50 % biaya hidup, 30 % cicilan utang, 10 % tabungan dan investasi serta 10 % premi asuransi.

Masalahnya kita suka terlena mengeluarkan banyak uang  di awal bulan dan mulai  “seret” di minggu  ketiga. Penggunaan anggaran  melebihi 50 % dari total penghasilan yang ditetapkan,  sehingga terpaksa mengorbankan pos anggaran lain. Padahal semua sama pentingnya lho.

Ada 2 cara menyiasati agar tidak terjadi kebocoran, yaitu (1) menambah uang masuk atau (2) mengirit. Siapa sih yang ngga mau penghasilan tambahan? Tapi jika tidak berhasil gimana? Ya kita harus mengirit dengan cara green shopping atau belanja ramah lingkungan.

Patokan belanja ramah lingkungan adalah  3 R atau Reduce, Reuse, Recycle. Bisa  diterjemahkan sebagai Reduce (mengurangi), Reuse (menggunakan ulang) dan Recycle (mendaur ulang ). Sebetulnya ada R yang lain, tapiiii ….., lebih baik kita fokus pada 3 R ini saja ya?  agar tidak  riweuh*. :)

Apa saja kiat-kiat  belanja 3 R tersebut? Ini dia ……

Catatan. Sebelum mulai berbelanja kita harus  mencatat dengan teliti apa yang kita butuhkan dan mengkalkulasi total pengeluaran. Tujuannya agar kita membawa uang secukupnya dan ngga beli yang aneh-aneh. Lihat barang sale, beli. Lihat shampoo beli 2 gratis 1, beli juga. Padahal kita tahu bahwa sampo tersebut bikin gatal kulit kepala atau apalah, yang jelas ngga cocok. Akhirnya? Diserah -terimakanlah sampo tersebut pada asisten rumah tangga. Ya kalo dia cocok? Kalo ngga? Nyampah deh kita. Buang uang yang lumayan banyak. Sayang, kan?


Tas pakai ulang. Jangan lupa bawa tas pakai  ulang untuk  menyimpan barang belanjaan. Karena umumnya kantong plastik (keresek) belanja hanya akan berakhir di tong sampah. Nampaknya remeh ya kantong plastik? Ah, cuma 1- 2 lembar, apa salahnya? Bayangin  jika 250 juta rakyat Indonesia berpikiran sama, maka akan ada 250-500  juta lembar kantong plastik setiap harinya.  Dan  jangan terkecoh tas ramah lingkungan yang konon dalam beberapa bulan akan hencur karena sebetulnya hanya menjadi serpihan-serpihan plastik yang melayang-layang di udara. Kecil banget bentuknya, tapi tetap ada.  


Kardus. Jika tidak membawa tas pakai ulang, kita bisa memilih kardus untuk membawa hasil belanja. Kardus tidak hanya bisa digunakan ulang,  dijualpun bisa lho. 
Kemasan. Pilih kemasan yang bisa digunakan ulang  dan atau bisa direcycle. Misalnya kemasan body cream ini, sesudah isinya habis bisa digunakan untuk peniti, jarum pentul atau perhiasan. 

Untuk makanan pilih botol kaca yang bisa digunakan ulang atau dihias menjadi pajangan seindah ini.



Kemasan tetrapak  tidak bisa didaurulang. Sebaiknya pilih kemasan kaleng yang bisa didermakan pada pemulung atau kita setorkan pada bank sampah.


Sering membeli sayuran atau buah-buahan dalam styrofoam? Bagaimana jika kita pindahkan ke kantong plastik yang biasanya disediakan dalam bentuk gulungan? Styrofoam kita tinggalkan sebagai bentuk  penolakan akan bertambahnya sampah yang tidak bisa hancur. Lihat deh tumpukan sampah di sungai dan selokan. Banyak sekali sampah styrofoam bukan? Selain tidak bisa hancur di alam, styrofoam juga tidak bisa didaur-ulang.  Satu-satunya cara melenyapkan styrofoam ya hanya dengan dibakar.

Untuk menyiapkan masa depan yang lebih baik , kita harus bijak dalam mengelola keuangan. Hanya mengeluarkan uang sesuai kebutuhan,  bukan  atas dasar keinginan.  Finish - pun  berhasil dicapai dengan selamat,  tidak  ngos-ngosan akibat kehabisan uang di tengah bulan. 


Tetapi apakah  hidup berkecukupan materi akan nyaman jika lingkungan hidup kumuh,  sampah teronggok dimana-mana? Jawabnya pasti tidak.
 Terlebih jika kita bisa  berkontribusi dengan  green shopping atau belanja ramah lingkungan yang ternyata berkorelasi mampu mengurangi sampah.
Dannnnn……, ada yang menarik, yaitu:

  • Belanja ramah lingkungan  =  menambah penghasilan. Ngga percaya? Coba deh kumpulkan kardus sisa tempat belanja, botol kaca bekas,  kaleng bekas minuman, semuanya bernilai rupiah kan?  Lumayan lho jika dijual ke  tukang rongsokan atau sebagai setoran ke bank sampah. Asyik kan?

  • Semakin boros berbelanja, semakin banyak pula sampah yang dihasilkan. Membeli barang kan berarti  bersiap menghasilkan sampah. Jika sampah  berasal dari barang yang kita butuhkan sih ya sudah seharusnya. Tapi bagaimana dengan sampah gara-gara salah beli? Atau beli barang karena lapar mata?   Kesel ngga sih? Uang habis, eh belanjaan berakhir di tong sampah. :) 

Akhir kata, belanja ramah lingkungan merupakan  salah satu cara untuk mencapai  masa depan yang lebih baik. Tidak hanya masa depan kita sendiri tapi juga alam semesta. Bumi hanya satu, tidak dapat berkembang, apalagi beranak ^_^ ....
sehingga daya dukungnya terbatas, ada titik kulminasi bumi tidak mampu menampung sampah yang kita hasilkan.
Jadi, yuk kita jaga dengan minimalisir sampah. Demi terwujudnya kehidupan bumi yang berkelanjutan dan masa depan cerah yang kita harapkan.

Catatan:
Riweuh* = kesulitan


Sumber gambar :
Greenway.org
Greenbags.com
arfny.com 
Meerakatja Glass Art Painting






Share:

1 komentar

  1. Kalo sy mulai membiasakan membawa air minum sendiri dr pada membeli air minum isi ulang :)

    BalasHapus