Dejavu Reuse Bersama Malabar Furniture






“Dejavu”

Menginjak pelataran Malabar Furniture, saya teringat puluhan tahun silam ketika awal pernikahan, ngga punya tempat tidur untuk ayah mertua dan terpaksa membeli tempat tidur bekas disini. Terbuat dari kayu jati seperti tempat tidur yang telah saya miliki sebelumnya dengan cara menyicil.

Duh, duh, duh …… kok jadi nostalgia buka-bukaan kisah sedih …  ^_^

Penyebabnya karena beberapa kali saya menulis bahwa penjual /unit usaha barang bekas sangat membantu mempertemukan mereka yang membutuhkan barang berkualitas bagus tapi kemampuan keuangan mereka terbatas. Bayangin kalau unit usaha ini ngga ada, tentunya sesuai uang yang dimiliki, terpaksa membeli barang baru dengan konsekuensi barang cepat rusak dan pastinya cepat nyampah juga. 

Mungkin kita bisa ngeles:
“Ah, biarin aja. Kan sampah organik, nanti juga bakal hancur ……”  ,  *_*
Ya, ngga bisa sesederhana itu sih. Karena selama ini harga kayu sebagai bahan baku tempat tidur hanya dinilai sebesar biaya produksi yang dikeluarkan pengusaha kayu. Tetapi nilai kayu yang berasal dari pohon sebagai salah satu unsur keanekaragaman hayati sama sekali ngga diperhitungkan. Apalagi sebagai pemasok oksigen, seolah-olah oksigen niscaya ada, ngga tau dari mana, pokoknya ada. Gitu aja.

Selain itu, masalah sampah masih menjadi penyakit akut yang belum tersembuhkan. Sebanyak 1.500 ton sampah yang dihasilkan warga hanya mampu terangkut 1.100 ton/hari. Lha kemana sisanya yang 400 ton? Ya kemana aja, ke sungai, ke lahan kosong, di bakar dan lain sebagainya.

Bisa ditebak bahwa sampah tempat tidur, entah terbuat dari kayu maupun besi akan menimbulkan masalah baru. Dibuang ke lahan kosong dan dibakar akan  menimbulkan petaka bahkan sanksi perda K3 yang hukumannya ratusan hingga jutaan rupiah. Jika terbuat dari besi bisa direcycle dengan risiko membawa dampak baru karena recycle membutuhkan BBM, air dan biaya transportasi. Ribet kan ya?

Solusinya? Ya ngga usah gengsilah untuk membeli furniture bekas. Bisa membeli di toko furniture bekas seperti Rangkas, atau pusat furniture bekas  di jalan Malabar ini. Dulu sekitar tahun 1980-an, hanya ada sekitar 3 unit usaha, dan seiring waktu bertambah menjadi puluhan  toko dengan beragam barang. Mulai furniture kantor yang terbuat dari besi /alumunium yaitu (kursi, rak arsip, meja kantor), rak alumunium untuk toko/warung/rumah tangga. Dan tentu saja si perintis yaitu perabot rumah tangga terbuat dari kayu seperti tempat tidur, meja, kursi, lemari dan lain lain. 

Para pedagang di daerah Malabar inipun ramah-ramah. Dengan sabar dan senang hati mereka melayani pembeli dan penjual. Yang dimaksud penjual adalah mereka yang ingin menjual furniture bekasnya disini, Pedagang di jalan Malabar bersedia mengambil ke rumah.

Buka sejak pagi jam 07.30 hingga jam 16.30, deretan unit usaha berjejer memanjang dari jalan Samoja kearah jalan Malabar. Harganya beragam. Furniture alumunium bekas sekitar Rp 400 ribu – Rp 600 ribu, sedangkan perabot kayu bekas dihargai Rp 1,5 juta hingga Rp 2 juta. Tertarik? Silakan jalan-jalan kesana dan temukan yang dicari.   ^_^



Share:

1 komentar