• Home
  • Download
    • Premium Version
    • Free Version
    • Downloadable
    • Link Url
      • Example Menu
      • Example Menu 1
  • Social
    • Facebook
    • Twitter
    • Googleplus
  • Features
    • Lifestyle
    • Sports Group
      • Category 1
      • Category 2
      • Category 3
      • Category 4
      • Category 5
    • Sub Menu 3
    • Sub Menu 4
  • Entertainment
  • Travel
  • Contact Us

About Me



Haloooo, saya Maria G Soemitro, seorang ambu (ibu = Bahasa Sunda) dengan 4 orang anak.
Blog ini didedikasikan khusus untuk berbagi perihal sampah. Mengenai saya selengkapnya ada disini Saya bisa dihubungi di ambu_langit@yahoo.com




Bandung Zero Waste

Gaya Hidup Nol Sampah untuk Wujudkan Indonesia Bebas Sampah

ternyata bukan pencitraan -dok.merdeka.com



  "Pak, rumahnya pak Walikota Ridwan Kamil kan didekat sini”.
“Iya, kalo pulang, selalu melambaikan tangan ke saya”, jawab pak Ahmad
“Oh, ya?”
“Iya, dia biasanya malam hari pulang ke rumah. Naik sepeda, dibuntuti pengawal,   pengawalnya naik sepeda motor”

Oo .., penjelasan yang cukup mengagetkan saya. Saya pikir pak Ridwan Kamil atau akrab disapa pak Emil tinggal di pendopo, rumah dinas Walikota Bandung. Ternyata kadang-kadang pak Emil pulang ke ‘sarang’nya yang nyaman di jalan Cigadung.  

Saya juga kaget mengetahui  pak Emil pulang ke rumah botolnya naik sepeda. Karena wow, jalan yang harus dilalui cukup menanjak lho. Lumayan berat menurut saya sih. Apalagi di malam hari tatkala stamina sudah terkuras habis. Hebat juga ya Bapak Walikota Bandung kita?
Walaupun demikian tak urung saya penasaran: “Apakah pak Emil melihat banyaknya sampah disepanjang jalan yang dilaluinya? Sampah-sampah tersebut memenuhi saluran air dan menyebabkan banjir cileuncang. 

Semoga beliau melihat tapi belum bisa menyelesaikan masalah tersebut. Maklum, urusan sampah memang kompleks, menyangkut perilaku/lifestyle yang tidak segera diluruskan selama bertahun-tahun. Belum lagi alokasi anggaran yang tidak sederhana serta banyaknya dinas yang terkait saling berhubungan bak benang kusut sulit terurai. Sampah di gorong-gorong jelas bukan urusan PD Kebersihan demikian juga sampah yang menggunung di depan rumah tak berpenghuni.

team kebersihan kecamatan cibeunying kaler dan kelurahan sukaluyu membersihkan gorong-gorong

Karena itu patut diapresiasi adanya beberapa gerakan gotong royong bebersih Bandung. Gerakan yang membantu arah perubahan agar warga peduli sampah, misalnya kegiatan jumsih (jumat bersih), GPS (gerakan pungut sampah), pembentukan team kebersihan yang dibiayai kecamatan dan kelurahan, serta tentunya pembuatan peta persampahan kota Bandung yang bisa dilihat di web bebassampahID.
Peta persampahan Kota Bandung disusun dengan tujuan memudahkan warga berperan serta dalam pemisahan sampah. Apabila sampah dipisah sejak dari sumbernya, maka PD Kebersihan tidak akan pusing mengangkut sampah dan pemerintah Kota Bandung tidak kebingungan mencari lokasi tempat sampah pembuangan sampah akhir. (TPA). Menurut perhitungan teknis, tahun 2011 TPA Sarimukti harus ditutup karena sudah melebihi kapasitas. Jika sekarang masih berjalan maka ibarat bom waktu, setiap saat TPA sarimukti tidak bisa digunakan lagi.

 Nah siapakah pak Ahmad? Beliau pemilik unit usaha reparasi di jalan Cikondang Bandung. Salah satu titik yang bisa dilihat keberadaannya di web bebassampahID.  Berlokasi  dijalur yang dilalui pak Emil jika pulang ke rumahnya di Cigadung.

Diarinta Service, unit usaha reparasi peralatan listrik

Cukup mudah ditemui. Berpatokan Taman Makam Pahlawan kemudian menyusuri jalan Cikutra Barat, setelah supermarket Borma berbelok ke Jl Cikondang yang panjangnya sekitar 200 meter. Mudah bukan? Di area ini menurut pak Ahmad, bukan dia saja yang menerima reparasi beragam peralatan elektronik. Cukup banyak dan semuanya ramai, pertanda warga masyarakat dari berbagai kalangan, sangat membutuhkan jasa pak Ahmad dan kawan kawan. 
Pak Ahmad sendiri menekuni usaha reparasi peralatan listrik sejak tahu 2004. Diawali menjemput bola, mendatangi mereka yang membutuhkan jasanya.  Hingga kini dia kewalahan memenuhi tenggat waktu. Beberapa order reparasi nampak masih terbungkus rapat belum sempat dibuka.
Usaha yang seharusnya mendapat  dukungan penuh pemerintah, khususnya sosialisasi sampah. Karena peralatan elektronik tidak didesain untuk dibuang di sembarang tempat. Ada kemungkinan limbah B3 yang turut terbuang.
Sementara itu pak Ahmad nampaknya tidak memusingkan persoalan limbah B3. Dia sudah cukup senang pak walikota Bandung, Ridwan Kamil yang tinggal tidak jauh dari tempat kerjanya, sering menyapanya bahkan melambaikan tangan. Bahagia itu memang sederhana ^-^

Diarinta Service
Wrote by Maria G Soemitro



 
Dua Saudara, Pengepul di jalan Cigadung Bandung (dok. Maria G. Soemitro)

Dari semua responden , mungkin baru kali ini saya bertemu wakil pemilik lapak yang  ramah dan informatif. Tidak hanya menjelaskan barang rongsokan apa saja yang diterima, tetapi juga proses produksi dan jejaringnya.

Sebetulnya saya kerap melalui daerah ini, tapi tidak mengetahui bahwa bangunan  di jalan Cigadung Raya Tengah nomor 17 Bandung ini tidak hanya merupakan toko bahan bangunan tapi juga pengepul barang bekas/sampah anorganik yang sudah cukup lama. 

Teman detektif bebassampahID , Suci yang menemukan dan memasukkan ke web. Padahal pemilik lapak ini termasuk Bandar Besar, dia memiliki 3 lapak dan kendaraan pribadi (truk) untuk mengangkut sendiri barang rongsoknya. Bahkan dia memiliki pabrik pengolah menjadi biji plastik di kawasan PINDAD, jalan Kiara Condong Bandung.

Secara sederhana sampah anorganik bisa dipilah dalam 3 kelompok besar, yaitu:


  • Kertas, beraneka ragam

  • Besi , dengan jenis termurah hingga termahal.

  • Plastik, terdiri dari kurang lebih 20 jenis plastic. Hanya para praktisi lapangan yang bisa membedakannya karena plastik ini harus dipisah. Tidak bisa disatukan tatkala diproses karena berdampak menurunnya kualitas atau bahkan tidak bisa diproses.
bijii plastik hasil daur ulang (dok. Pan Era Group)



Hasil daur ulang plastik akan menghasilkan biji plastik bermutu rendah dibandingkan produk awalnya, misalnya bekas kemasan minuman (foodgrade, dan tentu saja berbahan baku biji plastik impor), jika diolah hanya akan menjadi bahan baku karung goni/karung plastik. Sampah karung goni bisa diolah lagi menjadi plastik yang jauh lebih rendah kualitasnya atau bahkan tidak diolah sama sekali jika biayanya terlampau tinggi.

Tidak demikian hal nya dengan kertas dan besi, hasil olah kedua jenis sampah anorganik ini tidak akan menurunkan kualitasnya. Contohnya, sampah kertas (kardus) akan diproses menjadi kardus kembali dan dijual tanpa mengurangi nilai jualnya.   

Tentu saja setiap produk berbeda pabrik pengolahnya, sehingga setiap harinya truk milik pak Yadi Heryadi, aktif beroperasi mengumpulkan barang rongsokan dan mengirimnya hingga ke luar kota.

pemilahan sampah (dok. Maria G. Soemitro)


Di area jalan Cigadung ini, tampak beberapa pegawai sedang berkerja, karena tidak hanya berfungsi menerima penjualan sampah anorganik tapi juga proses pra produksi. Sampah air minum  dalam kemasan (AMDK) dipisahkan dari tutupnya yang tidak bisa didaur ulang. 

Tutup AMDK berakhir sebagai sampah yang dibuang ke tempat pembuangan sampah akhir, sedangkan hasil pemisahannya (dalam bentuk cup yang bersih) dikirim ke pabrik pengolahan sampah plastik menjadi biji plastik.

Beberapa kegiatan juga dilakukan, misalnya mengeluarkan tembaga dari kabel. Tembaga berharga mahal, kurang lebih Rp 60.000/kg. cukup menggiurkan, bukan?

Jenis usaha rongsokan memang menjanjikan,  padat karya dan hanya dengan modal awal relatif kecil maka setiap pelaku bisa dipastikan akan mendapat profit yang cukup menjanjikan. Mereka umumnya merekrut  tukang rongsok untuk “jemput bola”membeli sampah anorganik/barang rongsokan yang sudah dipilah/belum dipilah dari rumah ke rumah. Para tukang rongsok ini umumnya menghuni bedeng di rumah yang disewa/dibangun para pengepul besar. Sehingga terjadi hubungan kerja yang saling menguntungkan atau simbiose mutualisme.

Tukang rongsok berbeda dengan pemulung. Stratanya lebih tinggi karena dia mengantongi uang cukup besar sebagai modal membeli barang rongsokan di rumah-rumah yang didatanginya. Sedangkan pemulung mengais sampah di tempat-tempat sampah untuk mencari sampah anorganik yang bisa dijual.

Menarik bukan jika memperhatikan bagaimana manusia bisa dibagi stratanya hanya karena pekerjaan. Oleh sebab itu sungguh tepat adanya GPS (Gerakan Pungut Sampah) di Kota Bandung agar warga tidak merasa jijik dan semakin peduli pada sampah. Siapa lagi yang akan peduli dan memelihara lingkungan jika bukan kita, manusia penghuni bumi yang mendambakan lingkungan asri dan nyaman dihuni?  ^_^


mau setor, ups jatuh (dok. Maria G. Soemitro)


Wrote by Maria G Soemitro


 
lapak Bapak Jimbo

Nyesss, dingin menyejukkan ………

Itulah yang saya rasakan ketika mengunjungi lapak pak Jimbo dan istrinya. Sesudah menerima aroma curiga di pasar besi bekas jalan Cikaso dan tersandung-sandung tersasar dalam cuaca yang terik nian di jalan Awibitung dan Asep Berlian, maka sungguh asyik  bertemu pasangan setengah tua yang menekuni bisnis barang bekas ini.

Saling bahu membahu mereka bekerja. Bapak Jimbo menerima setoran sampah anorganik, menimbang dan menentukan harga. Sedangkan ibu Jimbo bertugas membayar sesuai jumlah uang yang disebutkan suaminya.

Sambil menunggu penjual dan pembeli sampah anorganik , pak Syahroni memilah-milah sampah. Tumpukan buku bekas catatan sekolah dipisahkan dari plastiknya. Lembaran kertas bertinta dipisahkan dari lembaran kertas yang masih kosong putih. Demikian pula map-map kertas yang harus dipisahkan dari besi penjepit.  Cukup apik karena sisa sampah dikumpulkan dalam satu wadah,  tidak dibuang sembarangan. Sehingga area lapak pak Jimbo ini cukup resik untuk ukuran pengepul barang bekas.

Istri pak Jimbo bercerita bahwa dia sudah menerapkan pemisahan sampah. Hanya sampah organik dan sampah anorganik yang tidak bisa didaur-ulang yang dibuangnya ke tempat sampah. 

Wah, hanya tinggal selangkah nih. Jika seluruh warga sudah memisah sampahnya maka pemerintah kota cukup menyosialisasikan composting atau biodigester atau biopori. Agar sampah yang dibuang ke tempat pembuangan sampah akhir (TPA) bisa diminimalisir.
Penanganan sampah organik sebetulnya jauh lebih mudah dibanding sampah anorganik. Karena bisa dikatakan tidak ada biaya tambahan dalam pengolahannya. Contohnya  komposter kotak takakura, hanya diperlukan sejumlah uang untuk pembelian kotak yang berlaku seumur hidup. Tidak diperlukan biaya tambahan seperti transpor dan bahan pembantu lainnya.

Tidak demikian halnya dengan proses pengolahan sampah anorganik. Dibutuhkan biaya transportasi untuk mengangkut sampah anorganik dari satu titik ke titik yang lain, bahkan meliputi banyak titik lokasi. Belum lagi biaya produksi yang meliputi upah, bahan bakar minyak, biaya perawatan mesin dan biaya lainnya untuk mengolah sampah anorganik hingga menjadi produk baru. Rantai panjang yang menimbulkan jejak ekologis baru yang membebani baru.

Ah, kembali ke laptop. Ups ke pasangan pak Jimbo yang ramah dan menyuguhi saya segelas air putih dalam gelas keca berbentuk piala. Hmmmm, sungguh nikmat rasanya. Bukan saja karena saya haus setelah berpanas-panas ria menempuh perjalanan cukup jauh. Juga karena lega mendapat suguhan segelas air tanpa sampah. Terimakasih Ibu Jimbo.
 
ilustrasi karena saya lupa motret gelasnya
Lapak bapak dan ibu Jimbo termasuk unik karena tidak tampak di jalan utama, menjorok ke dalam Gang Cendrawasih III di area jalan Syahroni. Jalan Syahroni sendiri sebetulnya cukup mudah diketemukan, merupakan deretan jalan di sepanjang Ahmad Yani satu alur. Terletak di depan Balai Besar Keramik, area PKL melimpah disini. Katanya mereka berjualan sejak tahun 1980. Sehingga silakan bertanya lokasi jalan Syahroni maka setiap penghuni kawasan tersebut akan dengan senang hati menunjukkannya.
Wrote by Maria G Soemitro



 
pasar besi bekas Cikaso Bandung

Jika Rindu Order di Jalan Cimuncang Bandung merupakan Bandar Besar sampah kertas, maka pasar besi bekas Cikaso akan memuaskan calon pembeli dan penjual karena beragam jenis besi bekas dijual disini.

Untuk mencapai pasar ini sebaiknya masuk dari jalan Ahmad Yani. Kemarin saya salah perkiraan, masuk dari arah jalan WR Supratman yaitu jalan Cikaso Selatan, sehingga harus jalan kaki cukup jauh yang membuat gempor dan betispun membengkak  bak betis Popeye the Sailorman. ^_^

Sedihnya lagi, saya tidak diterima dengan ramah disini. Padahal urang Sunda terkenal sikap ramah tamahnya.  Entahlah apa penyebabnya, mungkin pernah terjadi hal yang tak menyenangkan. Destinasi  pertama yang saya kunjungi adalah lapak pak Tatang. 

lapak pak Tatang


Ternyata pak Tatang enggan menjawab, dia memanggil istrinya. Istrinya pun setengah hati menjawab, dia menyarankan saya untuk meminta izin ke ketua RT dan ketua RW dulu. Aduh mak, mungkin dipikirnya saya akan meminta sumbangan.  Saya juga diminta untuk mewawancara ibu Hindun sebagai sesama pemilik lapak barang bekas lainnya. Sehingga saya harus menerangkan bahwa semua lapak akan disurvey. Tidak ada pilih kasih ^_^

Sesudah bermanis ria dan menjelaskan panjang x lebar, barulah ibu Tatang mau memberikan data. Darimana dia mendapat sampah anorganik (sampah rongsokan), berapa lama barang-barang tersebut terkumpul dilapaknya hingga ada perantara yang membeli barang dagangannya untuk dijual ke bandar besar.

Destinasi kedua setelah lapak Pak Tatang adalah lapak Ibu Hindun. Lapaknya sangat khas karena  selain besi , kardus dan plastik , Ibu Hindun juga  menerima pecahan pecahan kaca sisa bengkel yang dijual lagi. 
lapak Ibu Hindun


Sama seperti ibu Tatang, entah mengapa sikap ibu Hindun kurang ramah. Padahal saya sudah menjelaskan tujuan wawancara yaitu memetakan tempat-tempat yang bisa menjadi destinasi jika warga telah sadar memisah sampahnya.

Tapi okelah mungkin ibu Tatang sedang sibuk, mungkin ibu Hindun sedang malas menjawab,  mungkin …    ^_^  …………, sejuta kemungkinan bisa saja terjadi. Yang pasti pintu lapaknya segera ditutup saya selesai mewawancarai dan beranjak pergi. Duh, sedihnya ^-^
     

lapak Ibu Hindun yang ditutup, hiks

Kembali ke topik utama yaitu pasar besi bekas Cikaso. Hati-hati menanyakan area ini karena saya salah menafsirkan sebagai lapak di area pasar tradisional Cikaso, yang berjarak cukup jauh.  Pasar tradisional Cikaso terletak di kawasan perumahan penduduk sementara area pasar besi bekas Cikaso yang berusia puluhan tahun ini terletak di jalan Cikaso ujung menuju jalan Ahmad Yani, salah satu jalan protokol Kota Bandung.

Di sepanjang jalan ini berjejer lapak-lapak penjual besi bekas. Hanya dua yang berbeda yaitu lapak Pak Tatang dan Ibu Hindun. Keduanya menjual plastik, kertas dan beragam rongsokan lain selain besi bekas yang jenisnyapun teramat banyak. Almarhum suami Ibu Hindun konon adalah salah satu sesepuh kawasan ini. Beliaulah yang sering mengumpulkan barang dari lapak ke lapak dan menjualnya ke Bandar Besar di luar Kota Bandung.

Bisnis ini memang menjanjikan keuntungan. Selama warga masyarakat masih membuang sampah anorganik maka jarum perdagangannya akan berputar sangat cepat. Mulai dari pembuang sampah – pengepul – broker – bandar besar – produsen – retail – konsumen / pembuang sampah demikian seterusnya.

Diperlukan  kepedulian pemerintah untuk membantu agar mereka menjadi salah satu solusi pengurangan sampah kota, karena selama ini mereka berjuang sendirian. Bak akar yang tumbuh dalam sepi,  semakin besar dan membesar. Terhenti pertumbuhannya ketika ada penggusuran.

Ah, apakah itu penyebab mereka memandang saya dengan curiga?

komoditi Ibu Hindun

Area Pasar Besi Bekas Cikaso

Wrote by Maria G Soemitro
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

ABOUT AUTHOR



Haloooo, saya Maria G Soemitro, seorang ambu (ibu = Bahasa Sunda) dengan 4 orang anak.
Blog ini didedikasikan khusus untuk berbagi perihal sampah. Mengenai saya selengkapnya ada disini Saya bisa dihubungi di ambu_langit@yahoo.com




LATEST POSTS

  • Rumah Kompos Di Antapani
    Rumah Kompos Bina Usaha Sejahtera (dok Maria G. Soemitro) Tulisan ini merupakan sequel dari dari : “Sekali Tepuk Dua Tempat” ...
  • 5 Langkah Atasi Sampah Plastik untuk Bumi yang Berkelanjutan
           5 Langkah Atasi Sampah Plastik untuk Bumi yang Berkelanjutan “Say no to Plastics” Demikian bunyi  banner yang kerap bersliweran di ha...
  • Stop Tayangan OVJ, atau Ganti Property !
    Anak anak tertawa Ibu ibu tertawa Para bapak juga tertawa Gara gara aksi Sule, Azis, Nunung, Andre dan Parto Bercanda...
  • Belajar Dari Pak Herry, Newbie di Persampahan
      lapak pak Herry Manisnya   bisnis persampahan nampaknya menarik minat pak Herry 3 tahun silam. Sebagai newbie, dia tak segan-...
  • Yuk Bikin Bank Sampah di Lingkunganmu
    “Duh, ibu rajin sekali angkat-angkat sampah” Kalimat satire tersebut akrab didengar pengurus Bank Sampah. Maksudnya, ih ibu kok mau si...
  • International Plastic Bag Free Day, Emang Gue Pikirin........ ??
    Maukah Anda Berdiet Kantung Plastik? Hari Bebas Kantung Plastik Sedunia tahun ini akan dilaksanakan pada tanggal  3 Juli 2011 . Tah...
  • Jangan Tertipu Jargon Kantong Plastik Ramah Lingkungan
    Tas ramah lingkungan terbuat dari campuran singkong (dok. Maria G Soemitro) Yang dimaksud kantong plastik ramah lingkungan disini t...
  • Kawasan Bebas Sampah, Langkah Awal Menuju Zero Waste Cities
    source:abnamro.com Dalam 20 tahun terakhir, gerakan No Waste yang kemudian berubah menjadi Zero Waste, bergaung secara masif di A...
  • Kisah Absurd Kantong Plastik Ramah Lingkungan
    kantung plastik ramah lingkungan (dok. Maria Hardayanto) “Hai air, jangan banjir dulu ya………. Aku belum hancur nih. Waktu ur...
  • Kesejahteraan Pemulung Yang Terabaikan
    dok. Yayasan Kontak Indonesia Pemulung dinobatkan sebagai pahlawan lingkungan? Sudah sangat sering didengungkan. Khususnya karena...

Advertisement

Diberdayakan oleh Blogger.
Foto saya
Maria G Soemitro
Lihat profil lengkapku

Waspada, Gagal Paham Ecobrick!

   sumber: azocleantech.com   Waspada, Gagal Paham Ecobrick! Andai ada kasus: Masyarakat di suatu kawasan kelaparan. Namun alih-alih mengiri...

Powered By Blogger

Cari Blog Ini

Arsip Blog

  • ►  2023 (1)
    • ►  Februari (1)
      • ►  Feb 22 (1)
  • ►  2022 (1)
    • ►  November (1)
      • ►  Nov 28 (1)
  • ►  2019 (2)
    • ►  Maret (1)
      • ►  Mar 28 (1)
    • ►  Januari (1)
      • ►  Jan 10 (1)
  • ►  2018 (2)
    • ►  April (2)
      • ►  Apr 18 (1)
      • ►  Apr 09 (1)
  • ►  2017 (7)
    • ►  November (2)
      • ►  Nov 23 (1)
      • ►  Nov 17 (1)
    • ►  September (1)
      • ►  Sep 19 (1)
    • ►  Mei (3)
      • ►  Mei 20 (1)
      • ►  Mei 11 (2)
    • ►  Maret (1)
      • ►  Mar 21 (1)
  • ►  2016 (6)
    • ►  Oktober (4)
      • ►  Okt 09 (4)
    • ►  Januari (2)
      • ►  Jan 25 (2)
  • ▼  2015 (61)
    • ►  Oktober (1)
      • ►  Okt 14 (1)
    • ►  September (1)
      • ►  Sep 11 (1)
    • ►  Agustus (8)
      • ►  Agu 18 (1)
      • ►  Agu 11 (2)
      • ►  Agu 09 (2)
      • ►  Agu 02 (1)
      • ►  Agu 01 (2)
    • ►  Juli (16)
      • ►  Jul 31 (1)
      • ►  Jul 28 (1)
      • ►  Jul 25 (1)
      • ►  Jul 19 (3)
      • ►  Jul 18 (2)
      • ►  Jul 15 (2)
      • ►  Jul 13 (2)
      • ►  Jul 07 (3)
      • ►  Jul 05 (1)
    • ►  Juni (16)
      • ►  Jun 30 (2)
      • ►  Jun 29 (2)
      • ►  Jun 28 (2)
      • ►  Jun 25 (2)
      • ►  Jun 24 (2)
      • ►  Jun 11 (1)
      • ►  Jun 10 (1)
      • ►  Jun 09 (1)
      • ►  Jun 06 (1)
      • ►  Jun 04 (1)
      • ►  Jun 03 (1)
    • ▼  Mei (5)
      • ▼  Mei 14 (2)
        • Lambaian Tangan Pak Ridwan Kamil Untuk Pemilik Dia...
        • Pengepul Ramah di Cigadung Bandung
      • ►  Mei 03 (2)
        • Pak Jimbo dan Istrinya Yang Ramah
        • Aroma Curiga Di Pasar Besi Bekas Cikaso
      • ►  Mei 01 (1)
    • ►  April (1)
      • ►  Apr 24 (1)
    • ►  Maret (1)
      • ►  Mar 21 (1)
    • ►  Februari (12)
      • ►  Feb 22 (1)
      • ►  Feb 21 (1)
      • ►  Feb 16 (2)
      • ►  Feb 11 (2)
      • ►  Feb 10 (1)
      • ►  Feb 09 (1)
      • ►  Feb 06 (1)
      • ►  Feb 04 (1)
      • ►  Feb 03 (2)
  • ►  2014 (2)
    • ►  Oktober (1)
      • ►  Okt 21 (1)
    • ►  September (1)
      • ►  Sep 11 (1)
  • ►  2012 (20)
    • ►  Desember (2)
      • ►  Des 29 (2)
    • ►  Oktober (1)
      • ►  Okt 27 (1)
    • ►  September (5)
      • ►  Sep 21 (1)
      • ►  Sep 20 (3)
      • ►  Sep 07 (1)
    • ►  Agustus (2)
      • ►  Agu 01 (2)
    • ►  Juli (1)
      • ►  Jul 29 (1)
    • ►  Juni (1)
      • ►  Jun 25 (1)
    • ►  Mei (2)
      • ►  Mei 18 (1)
      • ►  Mei 17 (1)
    • ►  Maret (4)
      • ►  Mar 19 (2)
      • ►  Mar 17 (1)
      • ►  Mar 01 (1)
    • ►  Februari (2)
      • ►  Feb 29 (1)
      • ►  Feb 14 (1)
  • ►  2011 (15)
    • ►  Oktober (2)
      • ►  Okt 13 (2)
    • ►  Agustus (2)
      • ►  Agu 04 (2)
    • ►  Juli (2)
      • ►  Jul 28 (1)
      • ►  Jul 09 (1)
    • ►  Mei (1)
      • ►  Mei 31 (1)
    • ►  April (5)
      • ►  Apr 10 (1)
      • ►  Apr 07 (2)
      • ►  Apr 05 (1)
      • ►  Apr 03 (1)
    • ►  Februari (2)
      • ►  Feb 16 (2)
    • ►  Januari (1)
      • ►  Jan 21 (1)
  • ►  2010 (6)
    • ►  November (3)
      • ►  Nov 29 (3)
    • ►  Maret (1)
      • ►  Mar 12 (1)
    • ►  Februari (1)
      • ►  Feb 26 (1)
    • ►  Januari (1)
      • ►  Jan 05 (1)
  • ►  2009 (4)
    • ►  Desember (3)
      • ►  Des 23 (2)
      • ►  Des 04 (1)
    • ►  November (1)
      • ►  Nov 16 (1)

Label

3 R adipura B3 BandungJuaraBebasSampah bank sampah barang bekas BebasSampahId biodigester biogas debat ilmuwan ecobrick energi Environmental Sustainability Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik industri kreatif Iriana Jokowi kantong plastik kantung plastik keresek KESEJAHTERAAN lifestyle MASA DEPAN CERAH pengepul pengomposan PERENCANAAN KEUANGAN pernak pernik photography pilah sampah ramah lingkungan regulasi reparasi Reverse Vending Machine Ridwan Kamil sampah anorganik sampah organik solusi limbah sosok styrofoam SUN LIFE zero waste

Translate

Laman

  • Halaman Muka
  • green planet
  • Kaisa Indonesia

FOLLOW US @ INSTAGRAM

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Copyright © 2016 Bandung Zero Waste. Designed by OddThemes & Blogger Templates