• Home
  • Download
    • Premium Version
    • Free Version
    • Downloadable
    • Link Url
      • Example Menu
      • Example Menu 1
  • Social
    • Facebook
    • Twitter
    • Googleplus
  • Features
    • Lifestyle
    • Sports Group
      • Category 1
      • Category 2
      • Category 3
      • Category 4
      • Category 5
    • Sub Menu 3
    • Sub Menu 4
  • Entertainment
  • Travel
  • Contact Us

About Me



Haloooo, saya Maria G Soemitro, seorang ambu (ibu = Bahasa Sunda) dengan 4 orang anak.
Blog ini didedikasikan khusus untuk berbagi perihal sampah. Mengenai saya selengkapnya ada disini Saya bisa dihubungi di ambu_langit@yahoo.com




Bandung Zero Waste

Gaya Hidup Nol Sampah untuk Wujudkan Indonesia Bebas Sampah



dok. Yayasan Kontak Indonesia
dok. Yayasan Kontak Indonesia

Pemulung dinobatkan sebagai pahlawan lingkungan? Sudah sangat sering didengungkan. Khususnya karena lingkup kerjanya memunguti sampah anorganik yang sulit terdegradasi dan  mengandung zat-zat membahayakan. Sehingga keberadaannya dianggap pahlawan, padahal apabila mau jujur mereka pasti enggan berjibaku dengan sampah yang kotor, bau dan menjijikkan tersebut.
Mereka memang kelompok termarginalkan yang terpaksa mencari nafkah dengan modal kemauan mengais sampah rumahtangga walau harus bersaing ketat dengan sesama pemulung dan memperoleh pendapatan kurang lebih Rp 10.000-Rp 20.000/hari. Dengan penghasilan seminim itu mereka hanya mampu sekedar hidup, sekedar makan dan minum. Sedangkan untuk tidur mereka mengandalkan emperan toko. Bagaimana pemenuhan kebutuhan pendidikan dan kesehatan keluarga mereka? Untuk sementara hanya mimpi!

Data jumlah pemulung yang memiliki tempat tinggal di kota Bandung pada tahun 2006  menunjukkan angka 800 orang yang tersebar di 24 titik. Ditambah jumlah mereka yang baru datang dan mempunyai kebiasaan nomaden karena berpindah-pindah tempat, pastinya angkanya  lebih banyak lagi. Tetapi problem mereka sama,.tidak mempunyai jaminan kesehatan karena tidak mempunyai Kartu Tanda Penduduk (KTP) Bandung. Akses mendapatkan Jamkesmas atau  program “Bawaku Sehat”, suatu program jaminan kesehatan bagi golongan tak mampu yang dicanangkan pemerintah kota Bandung hanyalah akses tak terjangkau bagi mereka.

Berdasarkan realita itu Yayasan Kontak, suatu yayasan yang selama ini menjalin  kerjasama dengan pemulung sebagai ujung tombak pemilahan sampah, khususnya tetrapak bekerja sama dengan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM) “Surya Sumirat” mengadakan pemeriksaan kesehatan rutin setiap 6 bulan sekali. Setiap pasien mendapat kartu JPKM untuk pemeriksaan ulang dan obat-obatan gratis.

Untuk kesekian kalinya pada hari Minggu, 25 September 2011, bersama JPKM Surya Sumirat,  Yayasan Kontak Indonesia menyelenggarakan pemeriksaan kesehatan dengan mengundang 300 pemulung di gedung Puwnten yang terletak di depan Gedung Merdeka, jalan Asia Afrika Bandung.

13170695852012142065
Dari 300 pemulung yang berhasil diundang, ada 203 orang yang datang. “Umumnya mereka mengalami masalah gangguan pernapasan, ISPA dan gatal-gatal, ya maklumlah sehari-hari bergaul dengan sampah” ujar dokter yang memeriksa mereka.

Seusai pemeriksaan kesehatan mereka mendapat hidangan gratis yang disediakan panitia dalam gerobak-gerobak layaknya pesta resepsi pernikahan. Lengkap dengan biduan yang bernyanyi diiringi organ tunggal. Sehingga mereka terhibur dan ikut larut berjoged bersama sang biduan. Ya suasana pemeriksaan kesehatan kali ini menyerupai pesta kecil komunitas pemulung.

Bagi masyarakat umum yang ingin mengikuti kegiatan ini, bebas datang. Apabila  berkenan sukarela menyumbang, disiapkan kotak pakaian bekas layak dan  buku bacaan bekas yang diharapkan dapat menambah wawasan para pemulung.

Khusus pakaian bekas layak pakai, pantia menyortir dan menyuci kemudian  dikumpulkan dalam satu stand untuk dijual seharga Rp 1.000-Rp 2.000. Hasil penjualan disimpan sebagai kas kesehatan mereka. Mereka juga menerima sampah hasil pemilahan seperti kertas, kaleng, plastik dan kemasan aseptic (tetrapak).

1317069658554789583
Secara keseluruhan acara Bakti Sosial kali ini mampu membuat para pemulung tersenyum, baik yang mendapat doorprize maupun tidak. Karena mereka memang memerlukan hiburan gratis sesudah setiap hari bergumul dengan sampah, dari pukul 04.00 pagi hingga senja menjelang,  demi sesuap nasi.
Untuk mereka, kiasan sesuap nasi sungguhlah tepat.

13170685121394806064
1317068584174798432
131706863819460768713170687884488042051317068849610350744
1317069217777305711
Endy, Direktur Yayasan Kontak menggendong anak pemulung

Wrote by Maria G Soemitro





131325626549537027
Bersaling #3 Pusdai, Sabtu, 5 Oktober 2007













Buka puasa bersama seolah menjadi kebiasaan di bulan Ramadhan. Di sekolah, di kantor antar komunitas dan di Kompasiana. Demikian juga Buka Puasa bersama anak yatimpiatu.

Melihat kebiasaan yang mengarah menjadi tradisi ini, para pegiat lingkungan seperti Walhi, Konus, tim Greeners Magazine menggagas ide agar ajang silaturahmi bisa lebih bermanfaat yaitu menyisipinya dengan edukasi lingkungan. Karena  edukasi lingkungan selama ini hanya sebatas ruang kelas dalam bentuk pendidikan lingkungan hidup. Sebatas ruang seminar yang hanya diikuti oleh orang-orang yang kebetulan peduli. Jadi mengapa tidak disebarkan pada setiap penduduk Indonesia khususnya anak-anak. Anak-anak generasi pewaris bumi yang mempunyai kewajiban memelihara dan melestarikannya.

Maka sejak Ramadhan tahun 2005 diadakan acara ngabuburit dan buka puasa bersama anak yatim piatu. Kegiatan ini diberi nama Bersaling, singkatan Berbuka Sambil Ingat Lingkungankarena seusai  buka puasa bersama, acara dilanjutkan dengan menonton film bertema lingkungan dan membahasnya. Para sukarelawan/penggiat lingkungan mendampingi para anak yatim piatu agar kegiatan berjalan lancar dan mereka paham terhadap apa yang ditonton. Nggak lucukan, kalau para anak yatim ini malah mengantuk sewaktu menonton film karena tidak mendapat pengarahan yang tepat.

Apa saja film yang ditayangkan? Banyak! Mulai film tentang air. Bagaimana proses alam menyimpan air kemudian berapa lama proses yang dibutuhkan agar air yang tersimpan dibumi berubah menjadi air tanah. Film tentang hakekat pohon, tentang bumi, tentang produk hijau, tentang energy terbarukan dan masih banyak lagi  lainnya.

Masyarakat pun diajak turut serta dengan cara membeli tiket Bersaling. Satu tiket Bersalingseharga Rp 40.000 berarti tiket buka puasa plus mentraktir satu anak yatimpiatu. Setiap orang bisa membeli lebih dari satu tiket Bersaling,  makin banyak tiket dibeli  otomatis memberi kesempatan lebih banyak bagi anak yatim piatu. Tidak bisa datang atau ingin memberi lebih? Ada tiket donasi dengan kelipatan Rp 10 ribu. Kegiatan Bersaling bulan Ramadhan  tahun ini akan diadakan pada tanggal 21 Agustus 2011 bertempat di Kologdam , jalan Aceh no 50 Bandung. Target pegiat Bersaling  adalah menyelenggarakannya di kota-kota besar lain. Karena itu  melaksanakan  Bersaling  di Jakarta pada tahun 2012 bukanlah keinginan yang berlebihan.

Rasanya terlalu naif apabila berharap pertemuan beberapa jam dengan frekuensi sekali dalam  setahun  bisa mengedukasi anak-anak dan merubah mereka menjadi lebih peduli lingkungan. Karena itu kegiatan ini hanya entry point agar anak-anak dan pembimbing mereka tertarik dan menjadikan kegiatan lingkungan hidup sebagai kegiatan ekstrakuler.  Lebih baik lagi apabila mereka bersedia menerapkan di panti asuhan. Untuk itu disiapkan modul-modul pembelajaran oleh LSM terkait. Bukankah menjadikan kegiatan lingkungan sebagai suatu gaya hidup akan lebih bermanfaat daripada mengerjakannya sesekali di lingkungan sekolah.

Kegiatan ini juga menjembatani banyak pihak. Baik pejabat publik, komunitas lingkungan hidup, masyarakat dan anak-anak yatim piatu yang sebelumnya hanya mendapat kiriman uang sedekah atau beras tanpa diketahui sosok-sosok kecilnya. Mereka adalah pewaris bumi. Siapa yang dapat memprediksi kiprah mereka kelak. Bukan tak mungkin salah seorang diantara mereka akan menjadi menteri atau bahkan presiden Republik Indonesia.

Dan ketika waktu itu tiba, mereka sudah cukup mendapat bekal untuk melestarikan bumi Indonesia. Mampu menghukum pelaku illegal logging, memberlakukan kebijakan energy bersih, menolak eksploitasi sumber air untuk diekspor yang hanya dihargai dengan amat rendah. Mereka akan menjadi manusia mandiri yang mampu berkata tidak pada perbudakan ekonomi dengan menjual murah sumber daya alam. Semoga!
sumber gambar : disini dan disini
Wrote by Maria G Soemitro

Maukah Anda Diet Kantung Plastik?
Maukah Anda Berdiet Kantung Plastik?
Hari Bebas Kantung Plastik Sedunia tahun ini akan dilaksanakan pada tanggal 3 Juli 2011. Tahun ketiga setelah di tahun perdananya 12 September 2009 diikuti lebih dari 100 kota di Inggris yang berpartisipasi. Kemudian pada tanggal 3 Juli 2010 dilaksanakan oleh hampir seluruh negara di dunia seperti Spanyol, Dubai, India, Filipina, Tanzania , Afrika Selatan dan tentu saja : Indonesia.

Kegiatan hari Bebas Kantung Plastik Sedunia umumnya diisi dengan kampanye bahaya kantung plastik dan menghindari produk plastik sekali pakai, termasuk di dalamnya kuis, berbagi pengetahuan seputar daur ulang, lomba menulis surat pada Gubernur bertopik seruan regulasi kantung plastik, booth foto kampanye menolak kantung plastik dan tips ber-zerowaste.

Apa sih alasan membuat hari kampanye bebas kantung plastik? “Kantong plastik terbuat dari turunan minyak bumi, oleh karena itu membuang-buang kantong plastik berarti membuang-buang sumber daya alam.. Selain masalah estetika dan kesehatan,limbah dari kantong plastik merugikan lingkungan, “kata Yuyun Ismawati dari BALIFOKUS.

“Penggunaan dan distribusi kantong plastik harus dilarang karena kantong plastik hanya digunakan selama 5-15 menit, tetapi membutuhkan waktu sekitar 500-1000 tahun untuk terurai. Plastik mencemari saluran air, sungai, pantai, merusak biota laut dan ekosistemnya. Membakar nyapun menimbulkan masalah tersendiri karena plastik (khususnya PVC) menghasilkan dioksin, suatu racun yang berpotensi menumpuk dalam tubuh manusia sehingga meningkatkan risiko kanker.”

Alex Ryan dari komunitas Say No to Plastic menambahkan : “Setiap hari retail membagikan kantung plastik gratis bagi konsumennya tetapi penanganannya menjadi beban kolektif publik karena mencemari lingkungan”.

Menilik begitu besarnya “dosa kantung plastik” , sejauh mana keberhasilan gerakan kampanye anti kantung plastik? Jawabnya : “Masih jauh panggang dari api!” alias masih jauh langit dari bumi ( walaaah …ini sih 100 % lebay ^_^ ).
Kok bisa ?

1. Tidak membumi. Masa? Silakan perhatikan seremonial lingkungan hidup. Hanya berisi pejabat, anggota dan pengurus Lembaga Swadaya Masyarakat(LSM) serta pemerhati lingkungan. Rakyatnya mana? Sebagai contoh peringatan Hari Lingkungan di Tahura Bandung. Rakyat yang diwakili para pemulung asyik memulung plastik bekas peserta tanpa mengerti sedang ada acara apa sih? Padahal acara seperti ini akan berhasil baik apabila bertujuan kampanye juga. Dampak positif pelestarian lingkungan hidup kan bukan untuk segelintir orang tapi untuk rakyat. Karena itu ajak dong pemulung yang bersliweran disekitar lokasi acara. Gengsi? Maka visi dan misi Anda gagal total bung!
13093641711498269296
Pemulung Kecil yang Bersliweran di hari Lingkungan Hidup (dok. Maria G. Soemitro)
2. Tidak tepat kultur. Nenek moyang kita memang tidak mengenal kantung plastik apalagi budaya menggunakan produk sekali pakai. Tetapi ini era dimana kecepatan, ketepatan dan kepraktisan sangat diperlukan terkadang harus menabrak rambu kesadaran pemahaman lingkungan terdalam. Sehingga solusinya adalah membawa tas reusable untuk persiapan belanja yang terkadang hanya dapat dilakukan di sela-sela waktu yang sempit(gambar). Tapi aduh mak harganya tidak menjangkau masyarakat bawah : Rp 60.000/pcs karena terbuat dari polyester. Ada sih tas reusable yang berharga lebih murah karena terbuat dari laken alias plastik juga, Rp 25.000/pcs tapi mudah mbrudul dan berbulu. Bandingkan dengan kantung plastik yang gratis dan langsung dibuang apabila jelek tanpa merasa bersalah , toh ngga beli!
Tas Reusable polyester (dok. GI)
Tas Reusable polyester (dok. GI)
3. Kastanisasi. Tanpa sadar kaum pencinta lingkungan hidup “tinggal di menara gading”. Tidak percaya? Tanyakan kepada pengguna jalan tempat dilaksanakannya acara sosialisasi lingkungan hidup. Mayoritas masyarakat akan menjawab tidak tahu acara apakah yang tengah berlangsung. Selain itu LSM lingkungan hidup biasanya mengambil jarak dengan pejabat publik dan perusahaan swasta khususnya dalam acara hari Bebas Kantung Sampah Sedunia, mereka akan menghindari perusahaan swasta yang berpotensi memproduksi sampah plastik. Karena itulah mereka seperti hidup dalam menara gading . berusaha menjaga kemurnian gerakan tapi melupakan bahwa perubahan lingkungan hidup adalah perubahan gaya hidup. Sehingga harus merangkul semua pihak.
4. Edukasi belum memadai. Merubah perilaku memang membutuhkan waktu yang lama. Tapi bagaimana mungkin perilaku menggunakan kantung plastik sekali pakai akan berakhir apabila seruan anti kantung plastik hanya di dengungkan setahun sekali. Kebiasaan  harus dirubah dengan pembiasaan. Peran pemerintah dalam membantu kampanye akan sangat berarti tetapi tanpa peran pemerintahpun edukasi lingkungan dapat dilaksanakan. Khususnya karena kurikulum pendidikan Jawa Barat memuat Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) 2 jam per minggu. Tapi sayangnya karena guru PLH umumnya ditunjuk tanpa pembekalan yang cukup maka pendidikan Lingkungan Hidup berjalan ditempat. Kampanye lingkungan hidup juga dapat dilaksanakan disetiap acara yang berkaitan dengan lingkungan hidup , bahkan setiap hari Minggu di acara Car Free Day. Pengenalan mudah memisah sampah juga dapat di lakukan dengan merubah  sebutan tempat sampah menjadi Tempat Sampah Mudah Membusuk dan Tempat Sampah Sulit Membusuk.  Sehingga tidak membingungkan dan memaksa  pembuang sampah harus berpikir  sebelum membuang sampah. Aktifitas mengelola sampah memang harus dikondisikan mudah dan menyenangkan.
Tulisan saya kali ini mungkin “pedas”! Tapi beberapa kali kunjungan ke pihak lain membuktikan bahwa justru ada banyak pelajaran yang didapat dari mereka. Sehingga introspeksi diri harus selalu dilakukan untuk melangkah lebih baik lagi.
Ibarat pertandingan sepak bola, pihak Chelsea pasti mempelajari taktik dan gaya permainan Manchester United (MU) sebelum bertanding. Demikian juga pelatih Persib, pasti mempelajari taktik serangan dan gaya bertahan Persija sebelum menurunkan pemainnya. Nah, mengapa LSM lingkungan hidup tidak mencari taktik yang tepat untuk mengedukasi masyarakat, merangkul pejabat publik dan bersahabat dengan perusahaan swasta tanpa merasa ternodai ^_^
Kantung Plastik  Penyebab Sampah Bertumpuk
Kantung Plastik Penyebab Sampah Bertumpuk
sumber gambar : disini dan disini




Tags: lingkungan hidup, sampah, kantung plastik, international plastic bag-free day

Wrote by Maria G Soemitro



dok.kophijawabarat.blogspot.com

Pernah melihat seorang ibu berbelanja di supermarket hingga bertroli-troli? Biasanya mereka belanja bulanan. Ada beberapa kantung plastik beras dan minyak goreng dalam kemasan plastik tebal. Sejumlah besar popok bayi berisi banyak dan berkemasan besar. Belum lagi persediaan dapur dan cemilan anak-anak. Semua belanjaan dimasukkan ke dalam kantung-kantung plastik berukuran XL, dibawa ke bagasi mobil, sesampainya di rumah belanjaan di bongkar. Selanjutnya si kantung plastik berumur pakai 2-3 jam tersebut langsung dibuang apabila kotor dan masuk gudang apabila masih bersih.

Seberapa kotor sih bagasi mobilnya sehingga semua belanjaan harus dibungkus kantung plastik lagi?Toleransi bisa kita terima untuk penggunaan semua produk berukuran kecil. Tapi mengapa beras , minyak goreng dan popok bayi berjumlah sekitar 10 kemasan besar itu harus diberi kantung plastik lagi? Seberapa banyak juga kantung plastik yang dibutuhkan konsumen untuk membuang sampahnya? Belum pernah ada yang meneliti. Biasanya angka pemakaian kantung plastik menggunakan estimasi produksi atau estimasi retail. Padahal sering terjadi sampah plastik dibuang begitu saja karena kotor. Tanpa berisi sampah. Judulnya saja “kantung plastik gratis”, pemiliknya pun akan membuang dengan seenaknya tanpa merasa bersalah. Apalagi memikirkan tindakannya berpotensi membludaknya sampah kota.

Untuk semua kemanjaan itu, berapa besar biaya yang dikeluarkan pengusaha retail untuk membeli kantung plastik? Seorang direktur korporasi retail menjawab bahwa perusahaannya menghabiskan ratusan juta rupiah per bulan karena itu sekarang dia menggunakan plastik yang lebih tipis. Besaran biaya pembelian kantung plastik tersebut tentunya melekat pada setiap harga barang.

Situasi menjadi lain ketika pemilik kios di pasarlah yang harus membeli kantung plastik. Ternyata tak kurang dari Rp 20.000,00 per hari dikeluarkan untuk membeli kantung plastik (keresek) dan plastik pembungkus sayurannya. Ukuran kios yang dipakai bukan skala besar tetapi kecil. Profit rata-rata pemilik kios kecil dipasar tersebut rata-rata sekitar Rp 60.000-100.000/hari, tetapi dia harus rela profit tersebut bekurang untuk membeli kantung plastik demi kepuasan konsumen.

Gambaran di atas menunjukkan bahwa permasalahan ada pada permintaan konsumen yang dipenuhi pihak retail. Sebetulnya ada supermarket yang tidak menyediakan kantung plastik bagi konsumennya, yaitu supermarket Ma***. Supermarket tersebut menjadi tidak populer bukan karena tidak memberikan kantung plastik pada konsumennya. Tetapi semata-mata karena konsumen harus membeli produk dalam jumlah besar, letaknyapun jauh dari perumahan.

Berbeda dengan gerakan agresif minimarket-minimarket yang dibangun di dalam/di dekat perumahan. Bahkan sering terjadi dalam satu area pertokoan ada 2-3 minimarket berbeda pemilik tapi sama isi produk dagangannya. Anehnya mereka hidup rukun!

Beberapa rekan yang merupakan pelanggan supermarket Ma*** berkisah bahwa apabila pergi belanja mereka selalu membawa kantung plastik sendiri. Beberapa produk seperti beras dan popok bayi tidak pernah mereka masukkan dalam kantung plastik. Toh selesai belanja, troli dibawa ke tempat parkir dan barang belanjaan langsung masuk mobil.

Bagaimana kisahnya ketika rekan tersebut berbelanja produk di supermarket lain? Ya ngga bawa kantung plastiklah. Buat apa? Kan udah disediain gratis!

Perilaku konsumen menengah ke atas dan konsumen menengah ke bawah terhadap kantung plastik sama saja. Hal tersebut terjadi karena mereka tidak tahu dan tidak peduli besarnya biaya lingkunganbagi kesehatan mereka sendiri. Jadi yuk kita lihat inti masalahnya :

  1. Regulasi. Undang-Undang no 18 tahun 2008 pasal 14 dan 15 menyatakan bahwa produsen berkewajiban terhadap pengurangan dan pengelolaan barang produksinya yang tidak dapat atau sulit terurai oleh proses alam. Sedangkan pasal 21 menyatakan bahwa pemerintah memberikan insentif pada setiap orang yang mengurangi sampahnya dan disinsentif pada setiap orang yang tidak melakukan pengurangan sampah. Sayangnya jangankan dilaksanakan, peraturan pemerintah pendukung undang-undang belum dibuat padahal seharusnya sudah disahkan tahun 2009 silam. 
  2. Edukasi. Edukasi adalah ujung tombak. Seorang kawan bercerita bahwa dia sering diingatkan anaknya untuk membawa kantung plastik supaya tidak menambah “stok” kantong plastik bekas di rumah. Si anak bisa bersikap peduli lingkungan karena mendapat pelajaran lingkungan hidup di sekolah dan senang membaca. Betapa hebatnya anak-anak kita, padahal guru Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) umumnya tidak diberi pembekalan yang cukup. Oh ya mulok  PLH hanya dilaksanakan di Jabar.
  3. Sosialisasi. Seorang rekan lain bercerita, seusai mengambil gelar doktor di Jerman, dia pulang ke Indonesia dengan membawa oleh-oleh banyak sekali tas pakai ulang (reusable bag) untuk dibagikan pada rekan-rekan satu almamaternya. Keren-keren bentuk dan warnanya. Setelah itu apa yang terjadi? Tak ada satupun yang ingat untuk membawanya ketika pergi berbelanja. Padahal tas pakai ulang tersebut begitu simple. Selesai pakai, lipat kecil kembali hingga sebesar amplop dan langsung masukkan ke tas bepergian. Jangan ditunda, karena berpotensi lupa! Tapi berhubung usaha sesederhana itupun dianggap lebih merepotkan daripada menerima kantung plastik gratis maka tetap tersimpan rapihlah si oleh-oleh. Rapih dan bersih.
Menyikapi beberapa permasalahan mendasar tersebut apa yang bisa diperjuangkan pemerhati dan pegiat lingkungan hidup? 
  1. Regulasi, Harus ada peraturan yang melarang pemberian kantung plastik gratis. Karena sesudah jadi sampah, pemerintah juga yang kerepotan mengelolanya. Untuk itu perlu masukan dari masyarakat, karena pejabat publik sering berpikir secara mikro. Tidak usah demo atau cape-cape menulis ke surat pembaca. Karena jejaring social media mengambil peran dengan luas dan murah. Kita bisa membuat grup facebook untuk mendesak pemerintah untuk segera merumuskan peraturan pendukung Undang-Undang nomor 18 tahun 2008 mengenai pengelolaan sampah. Atau ngetweet banyak-banyak kalau perlu hingga menjadi trendingtopic dan di blow-up media. Masa sih masalah sekompleks sampah yang diakibatkan borosnya pemakaian kantung plastik bisa kalah dengan masalah Prita, Bibit dan Chandra, bahkan Ayu Azhari yang ingin menjadi bupati!? 
  2. Edukasi. Guru-guru PLH perlu mendapat buku-buku tambahan untuk membuat pelajaran lingkungan hidup di sekolahnya menjadi menarik. Mengapa rekan-rekan LSM tidak membuatnya?  Himpunan Mahasiswa Tehnik Lingkungan (HMTL) ITB pernah menyusun, mencetak dan membagikannya, sayang tidak berkelanjutan. Untuk kasus provinsi di luar Jawa Barat, LSM bisa mendesak diterapkannya muatan lokal (Mulok) PLH, tentunya harus komit dan konsisten menemani guru PLH dalam penerapannya. Bahkan menurut pengalaman, walaupun kita bukan berasal dari LSM, tetapi “hanya” orang yang peduli pada PLH, maka guru PLH akan senang sekali menerima buku-buku PLH yang bisa menambah variasi/pengayaan kegiatan belajar mengajar.
  3.  Sosialisasi. Berharap kepada pemerintah jelas sulit, entah kapan realisasinya. Mengapa tidak membuat gerakan kampanye dari supermarket ke supermarket? Setiap supermarket/minimarket kurang lebih ½ - 1 jam, diisi pertunjukkan “Katakan tidak pada kantung plastik” (musik atau teatrikal) sambil membawa poster berisi tragedy yang bisa ditimbulkan karena ketidak arifan pemakaian kantung plastik. Pasar tradisionalpun harus disentuh dan jangan lupa menunjukkan/membawa tas belanja pakai ulang  sebagai solusi yang harus dibeli. Karena pemberian gratis hanya akan berakhir di gudang/tempat sampah. Gerakan aksi langsung ke konsumen ini pasti akan mendapat dukungan banyak pihak. Bukankah penghematan penggunaan kantong plastik akan sangat membantu pihak retail?  Walaupun sosialisi langsung ke retail/pasar  mungkin hanya akan didengar segelintir masyarakat yang kebetulan sedang berbelanja tetapi lebih efektif karena tepat sasaran. Kampanyepun bisa dilakukan di setiap waktu tidak hanya pada hari peringatan Bebas kantung Plastik Sedunia. 
  4. Gunakan Bahasa Indonesia untuk Kampanye Lingkungan Hidup. Jadi mengapa tidak merubahINTERNATIONAL PLASTIC BAGS - FREE DAY  menjadi hari “Katakan Tidak Pada Kantung Plastik”? Sekedar peringatan hari Anti Kantung Plastik Sedunia tidak akan begitu berpengaruh pada semangat orang Indonesia yang tidak tega menolak. Ajaklah  masyarakat untuk langsung bertindak dengan bahasa yang mudah dimengerti. Jadi, ajaklah masyarakat untuk mengatakan : TIDAK ! pada kantung plastik. Bagaimana?   
Tulisan ini penulis dedikasikan atas dasar kepedulian terhadap permasalahan sampah yang tak kunjung usai karena semua yang dilakukan pemerintah dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) hanya sebatas wacana dan seremonial. Bahkan tulisan Peringatan International Plastic Bag Free Day, NgaruhGa sih? Membuat panas beberapa penggiat lingkungan. Alih-alih mengikuti ajakan mengganti Gambar Profil, ini kok malah mengkritik?!

Kritik membangun diperlukan karena usai longsornya TPA Leuwigajah pada tanggal 21 Februari 2005 yang mengakibatkan 143 meninggal secara tragis, nyaris tak ada perubahan berarti. Padahal waktu 6 tahun bukan waktu yang pendek tetapi kita malah mempeributkan teknis pemusnahan sampah yaitu Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTS) Gede Bage. Kita memang memerlukan momentum, tetapi yang terpenting adalah bagaimana memaknai momentum.
Berapa kali sudah komunitas Lingkungan membagikan tas kain sebagai kampanye anti kantung plastik. Apa hasilnya? Nyaris tak ada. Karena kebiasaan terjadi karena pembiasaan, didukung peraturan pemerintah untuk penertibannya. Jadi? Kenalilah masyarakat yang akan kau ubah perilakunya. Atau gaungmu hanya akan hilang ditiup angin pagi.
Katakan Tidak Pada Kantung Plastik
Katakan Tidak Pada Kantung Plastik
sumber gambar : disini
Wrote by Maria G Soemitro






13098735551447936283
perlu ngga sih?
Pengumuman Seleksi Nasional Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) memang sudah lewat beberapa hari yang lalu. Tapi hari ini saya baru tahu bahwa surat kabar harian lokal memuat daftar nama peserta yang lolos. Wow….9 halaman !! Itupun hanya pengumuman lokal panitia Bandung. Betul-betul pemborosan kertas yang sulit dimengerti. Bukankah untuk mengetahui lulusnya tidaknya seorang calon mahasiswa bisa dilihat via internet, sms, atau telfon langsung karena ada call centre 0804-1-450 450, panitia lokal(panlok)pun umumnya mempunyai lebih dari 1 nomor telefon.

Hari giniii……. mana ada calon mahasiswa yang gagap teknologi (gaptek)? Warung Internet (warnet) tersebar hingga pelosok kota. Anak SD sudah mahir bersms ria. Bahkan supir angkutan umum, tukang becak hingga tukang rongsokan sudah akrab dengan teknologi baru ini.
Jadi haruskah mengorbankan begitu banyak kertas koran hanya untuk memuat kelulusan yang dibaca sekian detik kemudian dilupakan? Bukankah mayoritas pembaca tidak memerlukan daftar pengumuman itu? Berapa banyak pohon yang ditebang percuma? Karena untuk menghasilkan 2.700 eksemplar kertas koran di butuhkan satu lahan pepohonan kayu keras setinggi 4 kaki panjang 4 kaki dan lebar 8 kaki.Belum lagi kemungkinan besar kertas tersebut berasal dari illegal logging
Perbandingan seperti inilah yang ingin saya ungkapkan pada Pungky yang mempertanyakan kehadiranFreez, versi cetak Kompasiana. Mengapa Kompasiana tidak puas sekedar hadir di jagat maya? Mengapa harus membuang—buang kertas? Bukankah sebagai penulis di Kompasiana otomatis kita ikut berkontribusi pada kerusakan alam khususnya hutan ?
Jawabannya adalah ya, apabila isi Freez adalah tulisan sekali baca. Hasil kalkulasi jejak karbon Freez pasti tinggi ketika kalkulasi hanya berkisar untung dan rugi secara kasat mata.
Tapi lihatlah foto ini.
1309874440312153711
membaca di pintu kios rokok (dok Maria G. Soemitro)
Foto ini saya ambil dari balik pintu angkutan umum. Foto seorang ibu yang sedang menunggu dagangannya di pintu kios rokok.
Pemandangan seperti ini sebetulnya lumrah. Khususnya di siang hari. Seorang pemulung yang beristirahat dan membaca selembar surat kabar yang kebetulan diketemukannya. Tukang parkir menunggu di tempat parkiran sambil membaca koran bekas. Tukang becak, pedagang kaki lima (PKL), tukang rongsokan. Semua membaca surat kabar bekas di waktu rehatnya. Semuanya berpenghasilan sekitar Rp 10.000 – Rp 30.000 per hari sehingga suatu kemewahan apabila harus mengeluarkan dana untuk membaca secara online. Dan, mereka adalah mayoritas penduduk Indonesia!
Mereka tidak membutuhkan keaktualan berita. Karena hal tersebut cukup didengar dari teman-temannya, misalnya ketika Bapak SBY datang ke Sabuga, Bandung sehingga membuat macet dimana-mana dan mengakibatkan turunnya pendapatan harian mereka. Mereka juga tidak membutuhkan data aktual tentang harga gas atau harga premium yang naik karena mereka sudah terlalu enggan memikirkan dampaknya.
Mereka membutuhkan ilmu dan informasi yang membuat mereka bertambah pandai. Misalnya tentang penyakit A sampai dengan penyakit Z yang sering diulas kompasianer yang berlatar belakang kedokteran. Kisah situasi dan kondisi di luar negeri yang rajin dibagikan kompasianer yang kebetulan berada disana. Tentang TKI, gossip, olahraga hingga politik semua ada, tapi yang terpenting semua ditulis ala Kompasianer. Mudah dimengerti dan enak dibaca. Tidak lupa tulisan-tulisan fiksi bermutu yang tentunya menambah kaya Kompasiana yang dirangkum, diedit dan diterbitkan dengan nama : Freez.
Itulah manfaat yang sangat saya harapkan dari Freez. Tidak sekedar mengekor Kompas edisi cetak yang notabene adalah ayah kandungnya. Tetapi menyuguhkan tulisan-tulisan bagus yang selama ini hanya dapat dijangkau mereka yang mempunyai akses ke internet.
Harusnya Freez tidak sekedar hadir, tidak sekedar bertujuan memberi imbalan pada penulisnya tetapi menyebarkan banyak tulisan bermanfaat yang dibutuhkan masyarakat. Karena penggunaan kertas koran membutuhkan pengorbanan sumber daya alam yang luar biasa. Tapi kalau manfaatnya adalah mencerdaskan anak bangsa, bukankah itu adil?

Wrote by Maria G Soemitro
Pernah makan gorengan seperti pisang goreng, tahu dan tempe goreng? Enak dan murah. Karena itu hampir di setiap pertemuan sering disajikan cemilan gorengan. Tapi tahukah bahwa pada waktu menggoreng si pedagang sering memasukkan plastik pembungkus minyak goreng ?
 berita disini

Umumnya pedagang beralasan bahwa gorengan akan lebih renyah dan tidak mudah lembek apabila minyak goreng yang digunakan  diberi campuran kantong plastik.
Jika Anda yakin bahwa si pedagang nggak “aneh-aneh”, bagaimana cara Anda membeli dan membawanya pulang? Karena mayoritas pedagang  hanya menyediakan kantung plastik hitam dan kantung kertas untuk mengemas si gorengan yang lezat tersebut.
Alasan pedagang menggunakan kantung plastik hitam ternyata demi memenuhi permintaan konsumen. Konsumen tidak ingin membawa kantung plastik yang “kelihatan isinya” ! Konsumen tidak menyadari ataupun mengetahui bahwa mayoritas bahan baku plastik hitam berasal dari Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA), sehingga sudah berhari-hari bahkan berbulan-bulan bercampur dengan sampah beracun (B3) dan sampah sisa makanan yang kotor, basi dan pastinya bau.
Kantung kertas juga berpotensi meracuni tubuh karena umumnya dibuat dari kertas bekas. Halaman dimana berisi tulisan berada di dalam sedangkan bagian luar putih bersih. Pembuat kantung kertas, pedagang gorengan dan konsumen tidak menyadari bahwa tinta tulisan akan mencemari makanan dengan racunnya seperti nampak gambar.
13101288662060868895
gorengan dalam kantung kertas dan kresek hitam
Menyikapi maraknya produk dan kemasan produk yang membahayakan kesehatan sebenarnya konsumen bisa menangkalnya hanya dengan mengonsumsi produk hijau. Apa yang disebut produk hijau ?
1. Memanfaatkan sumber daya lebih sedikit untuk memproduksinya.
Sebagai contoh makanan yang menggunakan produk dalam negeri seperti kue lapis dan bikaambon lebih sedikit menggunakan sumberdaya dibanding roti empuk nan lezat yang menggunakan bahan baku impor karena jejak karbon si rotipun lebih tinggi. Antar makanan dalam negeri juga bisa dipilih yang lebih sedikit menggunakan sumber daya misalnya ubi rebus dibanding pisang goreng. Contoh lainnya adalah penggunaan lampu LED. Sebuah lampu LED yang memberi penerangan 150 watt hanya mengonsumsi sumberdaya sebesar 30 watt.
2. Lebih ramah lingkungan ketika dikonsumsi atau digunakan. Contohnya cemilan gorengan diatas. Untuk menghindari bahaya mengancam kesehatan kita tersebut, apa salahnya kita membawa wadah gorengan sendiri dari rumah/kantor? Karena selain menyelamatkan tubuh dari kontaminasi bahan berbahaya, kita juga mencegah penambahan sampah. Bukankah umumnya penggunaan kantung kertas dan kantung kresek tersebut hanya sekali pakai? Maklumlah berminyak, malas mencucinya.
3. Dapat digunakan kembali atau didaur ulang. Perhatikan kemasan produk dibawah. Kemasan sabun A tidak akan diterima pemulung dibandingkan kemasan sabun B. Karena kemasan sabun A menggunakan lapisan plastik tebal dengan tujuan agar si kemasan tidak mudak sobek. Tetapi di lain pihak kemasan menjadi sulit didaur ulang.
13101301041308871132
Pilihan kemasan produk
Contoh lainnya kemasan botol vs kemasan plastik berisi saus spaghetti di bawah ini. Kemasan botol bekas jelas  bisa digunakan untuk keperluan lain. Atau berikan saja ke pemulung apabila stok melimpah. Pemulung pasti akan menerima walau menggerundel harganya murah. Tetapi kemasan plastik bekas spaghetti jelas ditolak pemulung.

mana yang dipilih? dalam kemasan plastik atau gelas/kaca ?
 


4. Dapat dengan mudah dan aman dideposisi apabila telah tidak dapat digunakan. Contohnya adalah kaleng susu kental manis vs susu kental manis dalam plastik. Kaleng bekas susu kental manis akan diterima dengan manis oleh pemulung karena mudah didaurulang. Dijual sendiripun bisa apabila kuantitasnya banyak. Tetapi kemasan plastik bekas susu kental manis enggan diambil pemulung perkotaan. Kecuali nanti di TPA, diambil pemulung TPAsebagai bahan baku kantung plastik hitam.
1310132079821944086
kemasan kaleng SKM dan kemasan plastik SKM
Sering menggunakan menggunakan panci berlapisan anti lengket? Lapisan anti lengket adalah plastik yang mengendap didalam tubuh apabila mengelupas dan berpotensi mengakibatkan kanker (Dody Andi Winarto,M.Eng ; Sentra Teknologi Polimer – BPPT)
Anehnya hingga kini tidak ada satupun pihak berwenang yang memberi penjelasan untuk melindungi konsumen. Sehingga suatu produsen alat memasak berlapis anti lengket berpromosi bahwa apabila anti lengket produknya terkelupas maka akan keluar bersama tinja, sehingga aman digunakan. Denganalasan tersebut, si produsen mendongkrak harga produknya lebih tinggi dari produk anti lengket lainnya.
Di Negara dengan kondisi seolah rimba belantara ini, konsumen memang harus cerdas karena seolah hidup tanpa perlindungan. Keinginan konsumen untuk mendapatkan hasil serba cepat, praktis dan mudah dijawab oleh produsen dengan berbagai macam inovasi.
Selanjutnya? Tentu terserah Anda, apakah akan mengonsumsi semua hasil inovasi produsen dengan segala resikonya atau memproteksi diri dengan hanya mengonsumsi produk hijau dan menjadi konsumen hijau (green consumer).
Karena remote control dibawah kendali Anda. Setuju?

Maria G. Soemitro

Wrote by Maria G Soemitro


1305741410338301358
Asyik merenovasi sepatu (dok. Maria Hardayanto)
Tanpa disadari ada profesi turun temurun yang menandakan kegiatan 3 R (Reduce, Reuse, Recycle)sebetulnya sudah mendarah daging di Indonesia. Yaitu : Tukang Sol Sepatu!  Ya, tukang sol yang bersliweran  keluar masuk kampung dengan teriakannya : Solll ……. Sol …. Solll……Sol Sepatu!  sebetulnya berjasa besar dalam menghemat isi kantong kita dan secara tidak langsung  telah berjasa bagi lingkungan.
Apa jadinya Indonesia tanpa tukang sol sepatu ? Banjirnya sepatu bermerk dengan kwalitas KW1, KW2, hingga KW super yang indah dipandang tapi tidak awet dipakai mengakibatkan sepatu baru beli sudah copot haknya atau lepas jahitan pinggirnya. Jalan-jalan diperkotaanpun tidak ramah untuk sepatu. Lebih banyak area kerikil daripada area jalan mulus.  Tetapi yang paling mendukung percepatan kerusakan sepatu adalah cuaca Indonesia yang tidak bersahabat.  Siang hari cuaca panas menyengat tapi tidak lama kemudian hujan turun deras menyebabkan banjir  meluapkan air got. Sehingga sepatu terendam dalam air bercampur lumpur merupakan pemandangan yang biasa.
13057372482019779150
banjir jalan raya penyebab sepatu rusak, jl Setiabudi Bandung (dok. Maria Hardayanto)
Akibat cuaca demikian, kerusakan sepatu tak terhindar lagi. Apakah itu sepatu  baru pakai atau sepatu lama tapi nyaman dipakai. Solusinya jelas bukan dengan cara membuang sepatu dan membeli yang baru. Membeli  sepatu baru tidak menjamin akan memberi kenyamanan yang sama dengan sepatu lama. Selain itu, harus mengencangkan ikat pinggang nih, semua serba mahal!  Uang membeli sepatu baru lebih baik digunakan untuk membeli sembako yang kian mahal. ^_^
Keberadaan tukang sol sepatu  memberi harapan kepada pemilik sepatu untuk memperoleh kenyamanan kembali sepatu lamanya. Karena tukang sol sepatu berperan dalam 3 hal :
1. REDUCE
Pemilik sepatu tidak sekedar menghemat anggaran pembelian sepatu tetapi juga menghindari bertambahnya sampah. Tanpa tukang sol sepatu, mungkin dalam setahun pengguna sepatu harus membeli  3 pasang sepatu  tapi dengan adanya tukang sol sepatu, cukup sepasang sepatu dalam kurun waktu satu tahun.  Andaikan  jumlah penduduk suatu kota adalah  2 juta, maka 2 juta @2pasang sepatu = 4 juta pasang sepatu.
Berapa rupiah uang yang dihemat? Misalkan harga sepatu Rp 150.000/pasang maka  4 juta @ Rp 150.000 = Rp 600.000.000.000……… Wow, 600 milyar rupiah !! (Dalam kasus ini pembelian sepatu dilihat  dari sudut kegunaannya sebagai alas kaki  bukan modenya).
Jumlah yang cukup lumayan  bukan? Ini baru hitungan untuk satu kota, apabila diambil 5 kota terbesar di Indonesia, hasilnya pasti tidak sekedar lumayan.
Prediksi sampah yang berhasil dihindarkan  sekitar 5 kota @ 2 juta penduduk @ 2 pasang sepatu = 20 juta pasang sepatu.
Dalam meminimalisir  sampah sepatu, tentunya  jejak karbon yang bisa dihemat juga menjadi pertimbangan, perhitungannya tergantung  seberapa banyak energy yang digunakan untuk menghasilkan setiap sepatu.
2.   REUSE
Jasa tukang sol sepatu tidak sekedar menghemat pengeluaran tetapi sepatu lama bisa digunakan kembali (reuse). Bahkan apabila tugas Anda memaksa untuk mengukur jalan atau aktivitas luar lainnya yang memaksa sepatu harus bertemu jalan tidak ramah sepatu maka tukang sol sepatu  dengan senang hati akan memberikan jasa menjahit sol sepatu. Sehingga sepatu  rusak bisa dikenakan kembali.
Tukang sol sepatu juga menyediakan sol sepatu untuk menggantikan  alas sepatu yang bolong parah dan menyulapnya menjadi nyaman dipakai tanpa takut air hujan memasuki celah yang sebelumnya berlubang.
Anda tidak menyukai suara tok…tok…tok…hak sepatu ketika beradu lantai keras?  Nah tukang sol sepatu menyediakan jasa dan bahan tambahan agar  alas sepatu  lebih empuk dan tidak bersuara heboh lagi.
3.   RECYCLE
Recycle yang berhasil dikerjakan oleh team tukang sol sepatu adalah dengan digunakannya kembali ban bekas  kendaraan sebagai pengganti hak /sol sepatu yang rusak. Pemilik  yang mempunyai sepatu lama  dengan alas sepatu bolong tak tertolong tetapi merasa sayang untuk membuangnya karena nyaman dipakai dapat meminta bantuan jasa  tukang sol sepatu. Dan…… simsalabim  !!  Sepatu  lama dengan alas barupun siap digunakan.
Banyakkah pengguna jasa sol sepatu?  Di sepanjang jalan Cihapit Bandung  ada kurang lebih  3 tukang sol sepatu dan nampaknya tidak pernah sepi pengunjung. Belum lagi di ruas jalan lainnya .  Beberapa dari  mereka   berkeliling  ke pelosok kota menjemput pelanggan.
Darimana mereka mendapat keahlian?  Ada tukang sol sepatu mantan pekerja sepatu Cibaduyut yang terpaksa menjadi tukang sol sepatu.  Karena seiring masuknya sepatu made in China dengan harga bersaing maka  banyak pengusaha kecil sepatu Cibaduyut yang harus gulung tikar.
Ada pula yang mendapat keahlian secara otodidak atau magang dari rekannya yang senior.
Mayoritas dari mereka mempunyai sawah di kampung halaman . Sayang hasil panen hanya cukup untuk  dikonsumsi hingga musim tanam berikut. Sehingga  mereka harus berkelana mencari tambahan penghasilan untuk membiayai pendidikan anak-anaknya. Nasib khas petani gurem Indonesia. Yang jumlahnya mendominasi petani bermodal besar. Beruntung mereka enggan menyerah pada nasib, sehingga ketika  gagal panenpun ada secercah harapan untuk mendapatkan penghasilan dari sektor lain.
Itulah pahlawan kita lainnya, pahlawan 3 R !
13057375021405331992
tukang sepatu lainnya (dok. Maria Hardayanto)
1305737637683564093
bahan baku, siap menyulap sepatu lama menjadi baru
1305738422577974559
peralatan sol sepatu (dok. Maria Hardayanto)
13057415352002289827
Tukang Sol Sepatu abad millenium : menerima order via sms

http://green.kompasiana.com/polusi/2011/05/19/pahlawan-3r-reduce-reuse-recycle-indonesia/
Wrote by Maria G Soemitro
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

ABOUT AUTHOR



Haloooo, saya Maria G Soemitro, seorang ambu (ibu = Bahasa Sunda) dengan 4 orang anak.
Blog ini didedikasikan khusus untuk berbagi perihal sampah. Mengenai saya selengkapnya ada disini Saya bisa dihubungi di ambu_langit@yahoo.com




LATEST POSTS

  • Rumah Kompos Di Antapani
    Rumah Kompos Bina Usaha Sejahtera (dok Maria G. Soemitro) Tulisan ini merupakan sequel dari dari : “Sekali Tepuk Dua Tempat” ...
  • 5 Langkah Atasi Sampah Plastik untuk Bumi yang Berkelanjutan
           5 Langkah Atasi Sampah Plastik untuk Bumi yang Berkelanjutan “Say no to Plastics” Demikian bunyi  banner yang kerap bersliweran di ha...
  • Stop Tayangan OVJ, atau Ganti Property !
    Anak anak tertawa Ibu ibu tertawa Para bapak juga tertawa Gara gara aksi Sule, Azis, Nunung, Andre dan Parto Bercanda...
  • Belajar Dari Pak Herry, Newbie di Persampahan
      lapak pak Herry Manisnya   bisnis persampahan nampaknya menarik minat pak Herry 3 tahun silam. Sebagai newbie, dia tak segan-...
  • Yuk Bikin Bank Sampah di Lingkunganmu
    “Duh, ibu rajin sekali angkat-angkat sampah” Kalimat satire tersebut akrab didengar pengurus Bank Sampah. Maksudnya, ih ibu kok mau si...
  • International Plastic Bag Free Day, Emang Gue Pikirin........ ??
    Maukah Anda Berdiet Kantung Plastik? Hari Bebas Kantung Plastik Sedunia tahun ini akan dilaksanakan pada tanggal  3 Juli 2011 . Tah...
  • Jangan Tertipu Jargon Kantong Plastik Ramah Lingkungan
    Tas ramah lingkungan terbuat dari campuran singkong (dok. Maria G Soemitro) Yang dimaksud kantong plastik ramah lingkungan disini t...
  • Kawasan Bebas Sampah, Langkah Awal Menuju Zero Waste Cities
    source:abnamro.com Dalam 20 tahun terakhir, gerakan No Waste yang kemudian berubah menjadi Zero Waste, bergaung secara masif di A...
  • Kisah Absurd Kantong Plastik Ramah Lingkungan
    kantung plastik ramah lingkungan (dok. Maria Hardayanto) “Hai air, jangan banjir dulu ya………. Aku belum hancur nih. Waktu ur...
  • Kesejahteraan Pemulung Yang Terabaikan
    dok. Yayasan Kontak Indonesia Pemulung dinobatkan sebagai pahlawan lingkungan? Sudah sangat sering didengungkan. Khususnya karena...

Advertisement

Diberdayakan oleh Blogger.
Foto saya
Maria G Soemitro
Lihat profil lengkapku

Waspada, Gagal Paham Ecobrick!

   sumber: azocleantech.com   Waspada, Gagal Paham Ecobrick! Andai ada kasus: Masyarakat di suatu kawasan kelaparan. Namun alih-alih mengiri...

Powered By Blogger

Cari Blog Ini

Arsip Blog

  • ►  2023 (1)
    • ►  Februari (1)
      • ►  Feb 22 (1)
  • ►  2022 (1)
    • ►  November (1)
      • ►  Nov 28 (1)
  • ►  2019 (2)
    • ►  Maret (1)
      • ►  Mar 28 (1)
    • ►  Januari (1)
      • ►  Jan 10 (1)
  • ►  2018 (2)
    • ►  April (2)
      • ►  Apr 18 (1)
      • ►  Apr 09 (1)
  • ►  2017 (7)
    • ►  November (2)
      • ►  Nov 23 (1)
      • ►  Nov 17 (1)
    • ►  September (1)
      • ►  Sep 19 (1)
    • ►  Mei (3)
      • ►  Mei 20 (1)
      • ►  Mei 11 (2)
    • ►  Maret (1)
      • ►  Mar 21 (1)
  • ►  2016 (6)
    • ►  Oktober (4)
      • ►  Okt 09 (4)
    • ►  Januari (2)
      • ►  Jan 25 (2)
  • ►  2015 (61)
    • ►  Oktober (1)
      • ►  Okt 14 (1)
    • ►  September (1)
      • ►  Sep 11 (1)
    • ►  Agustus (8)
      • ►  Agu 18 (1)
      • ►  Agu 11 (2)
      • ►  Agu 09 (2)
      • ►  Agu 02 (1)
      • ►  Agu 01 (2)
    • ►  Juli (16)
      • ►  Jul 31 (1)
      • ►  Jul 28 (1)
      • ►  Jul 25 (1)
      • ►  Jul 19 (3)
      • ►  Jul 18 (2)
      • ►  Jul 15 (2)
      • ►  Jul 13 (2)
      • ►  Jul 07 (3)
      • ►  Jul 05 (1)
    • ►  Juni (16)
      • ►  Jun 30 (2)
      • ►  Jun 29 (2)
      • ►  Jun 28 (2)
      • ►  Jun 25 (2)
      • ►  Jun 24 (2)
      • ►  Jun 11 (1)
      • ►  Jun 10 (1)
      • ►  Jun 09 (1)
      • ►  Jun 06 (1)
      • ►  Jun 04 (1)
      • ►  Jun 03 (1)
    • ►  Mei (5)
      • ►  Mei 14 (2)
      • ►  Mei 03 (2)
      • ►  Mei 01 (1)
    • ►  April (1)
      • ►  Apr 24 (1)
    • ►  Maret (1)
      • ►  Mar 21 (1)
    • ►  Februari (12)
      • ►  Feb 22 (1)
      • ►  Feb 21 (1)
      • ►  Feb 16 (2)
      • ►  Feb 11 (2)
      • ►  Feb 10 (1)
      • ►  Feb 09 (1)
      • ►  Feb 06 (1)
      • ►  Feb 04 (1)
      • ►  Feb 03 (2)
  • ►  2014 (2)
    • ►  Oktober (1)
      • ►  Okt 21 (1)
    • ►  September (1)
      • ►  Sep 11 (1)
  • ►  2012 (20)
    • ►  Desember (2)
      • ►  Des 29 (2)
    • ►  Oktober (1)
      • ►  Okt 27 (1)
    • ►  September (5)
      • ►  Sep 21 (1)
      • ►  Sep 20 (3)
      • ►  Sep 07 (1)
    • ►  Agustus (2)
      • ►  Agu 01 (2)
    • ►  Juli (1)
      • ►  Jul 29 (1)
    • ►  Juni (1)
      • ►  Jun 25 (1)
    • ►  Mei (2)
      • ►  Mei 18 (1)
      • ►  Mei 17 (1)
    • ►  Maret (4)
      • ►  Mar 19 (2)
      • ►  Mar 17 (1)
      • ►  Mar 01 (1)
    • ►  Februari (2)
      • ►  Feb 29 (1)
      • ►  Feb 14 (1)
  • ▼  2011 (15)
    • ▼  Oktober (2)
      • ▼  Okt 13 (2)
        • Kesejahteraan Pemulung Yang Terabaikan
        • Bersaling, Berbuka Sambil Ingat Lingkungan
    • ►  Agustus (2)
      • ►  Agu 04 (2)
        • International Plastic Bag Free Day, Emang Gue Piki...
        • Yuk, Katakan Tidak Pada Kantung Plastik
    • ►  Juli (2)
      • ►  Jul 28 (1)
        • Surat Kabar Cetak vs Surat Kabar Online
      • ►  Jul 09 (1)
        • Seorang Green Consumer kah Anda ?
    • ►  Mei (1)
      • ►  Mei 31 (1)
        • Entrepreneur Limbah Itu Tukang Sol Sepatu
    • ►  April (5)
      • ►  Apr 10 (1)
      • ►  Apr 07 (2)
      • ►  Apr 05 (1)
      • ►  Apr 03 (1)
    • ►  Februari (2)
      • ►  Feb 16 (2)
    • ►  Januari (1)
      • ►  Jan 21 (1)
  • ►  2010 (6)
    • ►  November (3)
      • ►  Nov 29 (3)
    • ►  Maret (1)
      • ►  Mar 12 (1)
    • ►  Februari (1)
      • ►  Feb 26 (1)
    • ►  Januari (1)
      • ►  Jan 05 (1)
  • ►  2009 (4)
    • ►  Desember (3)
      • ►  Des 23 (2)
      • ►  Des 04 (1)
    • ►  November (1)
      • ►  Nov 16 (1)

Label

3 R adipura B3 BandungJuaraBebasSampah bank sampah barang bekas BebasSampahId biodigester biogas debat ilmuwan ecobrick energi Environmental Sustainability Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik industri kreatif Iriana Jokowi kantong plastik kantung plastik keresek KESEJAHTERAAN lifestyle MASA DEPAN CERAH pengepul pengomposan PERENCANAAN KEUANGAN pernak pernik photography pilah sampah ramah lingkungan regulasi reparasi Reverse Vending Machine Ridwan Kamil sampah anorganik sampah organik solusi limbah sosok styrofoam SUN LIFE zero waste

Translate

Laman

  • Halaman Muka
  • green planet
  • Kaisa Indonesia

FOLLOW US @ INSTAGRAM

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Copyright © 2016 Bandung Zero Waste. Designed by OddThemes & Blogger Templates