• Home
  • Download
    • Premium Version
    • Free Version
    • Downloadable
    • Link Url
      • Example Menu
      • Example Menu 1
  • Social
    • Facebook
    • Twitter
    • Googleplus
  • Features
    • Lifestyle
    • Sports Group
      • Category 1
      • Category 2
      • Category 3
      • Category 4
      • Category 5
    • Sub Menu 3
    • Sub Menu 4
  • Entertainment
  • Travel
  • Contact Us

About Me



Haloooo, saya Maria G Soemitro, seorang ambu (ibu = Bahasa Sunda) dengan 4 orang anak.
Blog ini didedikasikan khusus untuk berbagi perihal sampah. Mengenai saya selengkapnya ada disini Saya bisa dihubungi di ambu_langit@yahoo.com




Bandung Zero Waste

Gaya Hidup Nol Sampah untuk Wujudkan Indonesia Bebas Sampah



Sebuah produk baru yang terbuat dari limbah pertanian dan akar jamur diperkenalkan  dalam bentuk kemasan  untuk pengiriman ke seluruh negeri. Produk baru tersebut  disebut Mycobond ™ yaitu material komposit  yang hanya memerlukan1/8 energi untuk produksi dan menghasilkan 1/10 karbon dioksida bahan kemasan busa tradisional.
Protected by Copyscape Plagiarism Software

Ecovative design (http://www.ecovativedesign.com/ecocradle/why/)

Saat ini  lulusan   program pasca sarjana Rensselaer Polytechnic Institute, Gavin McIntyre dan Eben Bayer sedang mengembangkan sebuah produk baru  dengan metode energi intensif rendah untuk mensterilkan limbah pertanian dan membunuh spora yang dianggap bisa bersaing dengan jamur.
Dibandingkan dengan uap panas, metode sterilisasi baru  melibatkan   minyak kulit kayu manis, minyak thyme, minyak oregano dan minyak sereh. McIntyre mengatakan proses desinfeksi hanya mengemulasi sifat biologis karena menggunakan senyawa tanaman yang telah berkembang selama berabad-abad dengan tujuan untuk menghambat pertumbuhan mikroba.
Bagaimana cara produk hijau berkembang ? Mycelia (bagian vegetatif dari jamur)  berkembang dan mencerna bahan starter pertanian, seperti benih kapas atau serat kayu dalam lingkungan yang gelap pada suhu kamar. Bahan dibentuk disesuaikan dengan keinginan pemakai berupa struktur cetakan plastik
Setelah terbentuk sempurna, masing-masing bagian menjalani proses sterilisasi. Dengan perlakuan  kulit kayu manis-baru, Bayer dan McIntyre berharap seluruh proses bisa dikemas sebagai kit (fasilitas pengiriman yang diperbolehkan). Bahkan para pemilik rumah dapat mengembangkan sendiri bahan kemasan hijau.
McIntyre dan Bayer mendirikan   Ecovative Design Green Island, NY, untuk membawa ide mereka ke dalam produksi. Ecovative telah menerima dana dari National Science Foundation (NSF), USDA Agricultural Research Service, Environmental Protection Agency dan New York State Energy Research and Development Authority.

source : Ruddabby, Cechgentong (Mycobond, kemasan hijau dari bahan jamur)
    Wrote by Maria G Soemitro


    Anak anak tertawa

    Ibu ibu tertawa

    Para bapak juga tertawa

    Gara gara aksi Sule, Azis, Nunung, Andre dan Parto

    Bercanda, duduk kemudian brugggg…..

    Ternyata sofa tipuan terbuat dari Styrofoam

    Dan grrrrr……..penonton tertawa

    Pemirsa televisi tertawa

    Narasi lagi, ngobrol lagi, bercanda lagi

    Tanpa sengaja Nunung menabrak lemari

    Dan brugggg……jatuh !!!

    Ternyata Styrofoam lagi

    Kini tak hanya penonton dan pemirsa

    Sule, Azis, Parto dan Andre ikut tertawa

    Begitulah selalu klimaks adegan

    Judul dan isi cerita bahkan bentuk property bisa berbeda

    Tapi bahan property yang menjadi guyonan tetap sama

    STYROFOAM !!!!

    Dan grrr….. tertawa lagi

    Apakah lawakan awak OVJ tidak lucu tanpa Styrofoam ?

    Apakah awak OVJ kurang pede tanpa Styrofoam ?

    Apakah Styrofoam memegang kendali hingga tak tergantikan ?

    Apakah awak OVJ tidak sadar atau belum mengetahui

    Bahwa Styrofoam tidak dapat terurai di alam

    Bahkan prediksi rentang waktu degradasinyapun tak terhingga

    Dibuang ke tanah menimbulkan masalah

    Dibakar menambah masalah

    Karena mengandung racun styrene

    Hampir tiap hari OVJ muncul di televisi

    Dengan property beragam dan berukuran besar

    Berapa banyak sampah styrofoam dibuang ke alam ?

    Berapa banyak racun styrene diwariskan ?

    Racun yang diwariskan tidak hanya untuk anak cucu Sule dan Azis Gagap,

    Andre Stinky, Nunung dan Parto serta team kreatif OVJ

    Tetapi juga untuk seluruh penduduk Jakarta

    Bahkan segenap umat manusia

    Ah ketawa ketiwi itu ternyata mahal harganya

    Andaikan mereka tahu………………

    Semoga mereka tidak sekedar pura pura tidak tahu

    Karena untuk itu harga yang ditebus lebih mahal lagi

    Tidak sekedar alam yang rusak

    Tetapi hati nuranipun ikut tergerus…………..


    sumber foto : disini dan disini


    testimoni dari : Titi (Kompasiana)

    …, itulah Indonesia yang sangat plural dengan cara menilai sebuah tayangan yang berkualitas atau tidak, seperti OVJ ini yang menurut saya kurang cerdas dan tidak mendidik seperti yang Titi alami di tempat kerja saat melayani pasien anak-anak korban tayangan OVJ dari laporan orang tua si pasien, karena anaknya itu memukul kepala adiknya dengan balok kayu saat bermain dihalaman rumahnya dan kepala adiknya bocor hingga harus dijahit lebih dari 10 jahitan, persis meniru adegan di OVJ, yang menggunakan atribut dekorasi, sekalipun sudah ada peringatan adegan ini tidak berbahaya, namun anak-anak tidak memahami atau belum mengerti tentang arti trick adegan yang menggunakan sterofoam seperti pada tayangan tersebut itu, lalu bagaimana jadinya kalau hal ini banyak terjadi di masyarakat kita, sebagai orang tua harus menuntut kemana???
    Wrote by Maria G Soemitro
    Masyarakat umumnya hanya tahu bahwa pemerintahlah yang bertanggung jawab pada pengelolaan sampah, khususnya karena masih terpaku pada pola kumpul, angkut dan buang dari TPS (Tempat Pembuangan sampah Sementara) ke TPA (Tempat Pembuangan sampah Akhir).
    Barulah ketika pemerintah kota kewalahan menentukan TPS, dan TPA, maka sampah menggunung, berceceran dan tak terangkut, kemudian penduduk diwajibkan untuk mengelola sampahnya. Salah satu metode yang diperkenalkan adalah 3 R (Reduce, Reuse dan Recycle). Padahal justru metode inilah yang digunakan nenek moyang kita sebelum pemerintah mendominasi urusan pengelolaan sampah bahkan membentuk PD Kebersihan.
    P(erusahaan) D(aerah) Kebersihan jelas harus memperoleh keuntungan. Darimana ?
    Sangat ajaib apabila mengharapkan penerimaan dari retribusi sampah. Kesadaran membayar retribusi masih rendah, apalagi masyarakat juga harus membayar iuran sampah pada petugas desa.
    Sungguh sulit dicerna nalar,  penduduk berpenghasilan Rp 210.000 (batas miskin yang ditetapkan pemerintah Indonesia), dipaksa harus membayar retribusi + iuran sampah. Karena uang Rp 7.000 artinya 1 kg beras. Akhirnya sampah dibuang ke sungai atau dibakar. Keduanya tindakan yang sangat riskan. Tapi peduli apa? Toh pemerintah kota tak mau tahu. Masyarakat dan pemerintah kota menjadi sama apatisnya.
    Kebijaksanaan maju kena mundur kena ini harus segera dicari jalan keluarnya. Kalau PD Kebersihan tidak mampu menghasilkan profit dan masih meminta kucuran dana dari APBD mengapa tidak dikembalikan ke bentuk semula yaitu Dinas Kebersihan. Toh Direksi dan jajaranPD Kebersihan tidak bermentalkan profesionalisme yang mengutamakan pelayanan agar memperoleh profit. Mereka sibuk mengeluh dan berlindung dibalik alasan : armada truk tidak memadai dari segi jumlah dan umur, jarak tempuh yang terlampau jauh dan bahkan tarif retribusi yang terlalu kecil.
    Apabila PD Kebersihan benar benar berniat “dagang” untuk memperoleh profit, mereka bisa mengelola sampah dan bukan sekedar mengangkut sampah sehingga jumlah sampah yang diangkut tidak sebanyak itu. Mereka bisa mengusahakan pengomposan dari sampah organik, menjual sampah anorganik berupa kertas dan plastik sehingga terjadi pengurangan sampah yang signifikan yang berdampak berkurangnya biaya pengangkutan sampah ke TPA.
    Tetapi tentu saja itu hanya mimpi karena perilaku feodal tidak hanya melekat pada masyarakat penghasil sampah tetapi juga jajaran PD Kebersihan. Jajaran PD Kebersihan yang notabene awalnya adalah pegawai negeri sipil tidak biasa melayani. Sedangkan masyarakat penghasil sampah (yang sanggup membayar retribusi dan iuran sampah) bak feodal cilik merasa sudah membayar sehingga membuang sampah sebanyak dan sekotor mungkin adalah haknya.
    Lingkaran setan diatas sebetulnya tidak perlu terjadi karena pemerintah sudah menerbitkan Undang Undang no. 18 tahun 2008 dimana masyarakat diajak turut serta dalam pengurangan sampah dengan menggunakan bahan yang dapat diguna ulang, didaur ulang dan/atau mudah diurai oleh proses alam.
    Bahkan UU no.18 tahun 2008 menyantumkan bahwa pemerintah harus memberikan insentif kepada setiap orang yang melakukan pengurangan sampah dan disinsentif kepada setiap orang yang tidak melakukan pengurangan sampah.
    Khusus BPLHD Jawa Barat sudah menerbitkan Perdanya tahun ini, tinggal menunggu kemauan baik BPLH kota dan kabupaten karena penerapannya sangat tergantung pada ego hak otonomi setiap daerah. Ego yang terlalu tinggi. Karena sampah diproduksi tiap detik sedangkan raperda sampah entah kapan baru akan mulai disusun BPLH setempat.
    Untung ada celah lainnya yaitu tanggung jawab produsen untuk mengelola kemasan dan/atau barang yang diproduksinya yang tidak dapat atau sulit terurai oleh proses alam (pasal 15 UU no.18 ttahun 2008)
    Selain itu pelaku usaha dan/atau produsen diwajibkan menggunakan bahan produksi yang menimbulkan sampah sesedikit mungkin, dapat diguna ulang, dapat didaur ulang, dan/atau mudah diurai oleh proses alam.
    hasil daur ulang kemasan plastik (2010, Maria hardayanto)
    hasil daur ulang kemasan plastik (2010, Maria G. Soemitro)
    Semua pemangku kepentingan yang terkait dalam pengelolaan sampah sebenarnya sudah tercantum dalam UU 18 tahun 2008, bahkan terdapat paragraph yang realistis maknanya dan apabila dilaksanakan secara konsisten akan menyelesaikan banyak masalah sampah kota.
    Paragraph 3, Bab I Umum, UU 18 tahun 2008 sebagai berikut :
    Paradigma pengelolaan sampah yang bertumpu pada pendekatan akhir sudah saatnya ditinggalkan dan diganti dengan paradigma baru pengelolaan sampah. Paradigma baru memandang sampah sebagai sumber daya alam yang mempunyai nilai ekonomi dan dapat dimanfaatkan, misalnya untuk energy, kompos, pupuk ataupun bahan baku industry.
    Pengelolaan sampah dilakukan dengan pendekatan komprehensif dari hulu, sejak sebelum dihasilkan suatu produk yang berpotensi menjadi sampah, sampai ke hilir, yaitu pada fase produk sudah digunakan sehingga menjadi sampah, yang kemudian dikembalikan ke media lingkungan secara aman.
    Pengelolaan sampah dengan paradigma baru tersebut dilakukan dengan kegiatan pengurangan dan penanganan sampah. Pengurangan sampah meliputi kegiatan pembatasan, penggunaan kembali dan pendauran ulang, sedangkan kegiatan penanganan sampah meliputi pemilahan , pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan pemrosesan akhir.
    Dari beberapa kutipan isi Undang Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampahdapat ditarik kesimpulan bahwa apabila pemerintah mau melaksanakannya dengan konsisten bersama pemangku kepentingan terkait maka tak ada lagi masalah sampah, tak ada lagi banjir konyol yang disebabkan dibuangnya sampah ke selokan.
    Dan yang paling ditunggu tentu saja pencanangan Perda disetiap daerah terkait pengelolaan sampah karena pelaksanaan insentif dan disinsentif akan tertuang jelas. Termasuk sanksi untuk setiap pelanggarannya.
    sampah sebagai unsur rantai makanan (2010,Maria Hardayanto)
    sampah sebagai unsur rantai makanan (2010,Maria G. Soemitro)

    Wrote by Maria G Soemitro
    Tidak banyak yang tahu bahwa selain sampah plastik, kita juga memproduksi sampah kain berkarung-karung banyaknya.

    Dampak lingkungan sampah kain memang tidak sehebat sampah plastik yang beracun dan baru akan terurai di alam puluhan tahun kemudian.

    Sampah kain akan terurai di alam dalam kurun waktu 2  hingga 5 tahun lamanya.

    Waktu yang cukup pendek dibandingkan waktu urai sampah plastik.
    Tetapi biaya angkut untuk membuang sampah ke TPA sungguh tidak murah.
    PD Kebersihan menganggarkan 23 milyar rupiah pertahun hanya untuk mengangkut sampah dari TPS  (Tempat Pembuangan Sampah Sementara)
    ke TPA (Tempat Pembuangan sampah akhir).

    Jadi apabila kita bisa mengurangi beban itu, mengapa tidak kita lakukan ?
    Selain itu kain-kain perca itu sungguh menakjubkan.
           
    Dipadukan dengan kreatifitas dan ide-ide inovatif, jadilah kain-kain                     perca yang semula limbah tersebut menjadi produk-produk tak terduga.

    Semua memang dimulai dari niat baik yang diwujudkan dengan kerja keras,semangat pantang menyerah, ketekunan dan pastinya bertujuan menarik minat pembeli


    Karena hanya dengan berkreasi  kita bisa memenangi persaingan, bahkan ditengah kegalauan pengusaha besar dengan diberlakukannya Asean China Free Trade Area (ACFTA) , apakah kita harus ikut larut ?

    Tentu jawabnya adalah tidak , karena ada masalah hakiki yang sering dilupakan orang.

    Bahwa sumber daya alam akan menipis dan habis.
    Bahkan kini para ahli sibuk mencari sumber daya alam  baru  yang pastinya akan makin sulit didapat sehingga harganyapun mejadi mahal.

    Jadi ketika polyester sebagai bahan baku kain dan polyethylene maupun polypropylene sebagai bahan baku plastik makin langka keberadaannya, kami yakin dengan kreatifitas yang dimiliki, kami akan tetap eksis.

    Karena Allah telah memberi begitu banyak kekayaan alam untuk digunakan sebesar-besarnya kebutuhan umat manusia.
    Tentunya bukan untuk dieksploitasi dengan serakah.
    Karena keserakahan akan membawa dampaknya sendiri.
    Yaitu keterpurukan kualitas hidup umat manusia.

    (Gambar atas : berbagai produk hasil akhir,

     Gambar samping : onggokan kain perca yang semula tidak berguna)
    Wrote by Maria G Soemitro
    Berdasarkan pemikiran konservatifl, pastinya tidak terbayang kemungkinan seseorang meninggal karena sampah, bahkan tertimbun sampah ?!

    Tapi itulah yang terjadi di Bandung pada tanggal 21 Februari 2005, berpuluh orang meninggal terkena timbunan sampah yang longsor di TPA (Tempat Pembuangan Sampah Akhir) Leuwi Gajah.

    Mungkin ada yang berkomentar bahwa itu cara mati konyol, tapi saudara-saudara kita tersebut sedang berjuang mencari nafkah dan kalaupun mereka tahu resiko pekerjaan mereka adalah kematian, toh mereka memang tidak punya pilihan.

    Kematian karena tertimbun sampah memang terdengar dramatis, tapi ada bau kematian yang tiap hari mereka hirup tanpa mereka sadari.
    Yaitu asap yang yang mengepul dari timbunan sampah berasal dari sampah plastic dan sampah B3 berupa racun dioksin, racun styrene dan beragam racun lainnya.
    Asap beracun yang mengepul setiap hari ! Setiap saat !
    Asap tersebut terpaksa mereka hisap karena harus mengais rezeki, asap yang meracuni denyut kehidupan mereka dan merenggut kehidupan mereka secara perlahan.

    Ketika para pengais rezeki terpaksa menghirup sampah beracun, sebetulnya apakah kita bisa berbuat sesuatu ?
    Jawabnya : Bisa ! Bahkan sangat bisa ! Karena sangat mudah memisahkan sampah organic dengan sampah anorganik.
    Masalahnya hanya kemauan dan aksi atas pemahaman sampah organic yang mudah terurai dialam sehingga dapat dijadikan kompos,
    sedangkan sampah anorganik membutuhkan ribuan tahun hingga tak terhingga lamanya bahkan menimbulkan racun yang membahayakan jiwa sehingga membutuhkan penanganan khusus.
    Jadi yang diperlukan adalah kesepakatan semua pihak untuk seiya sekata tidak mendzalimi alam dan yang lebih menyedihkan : "Mendzalimi Saudara Sendiri" !

    Berawal dari pemikiran tersebut, kami memisahkan sampah organic dan anorganik.
    Sampah organic dengan mudah dapat kita kumpulkan untuk dijadikan kompos.
    Sampah plastic bening, tetrapak, kaleng, kertas (alumunium dan dus) diberikan ke pemulung.
    Styrofoam sebisa mungkin kita hindarkan karena tidak dapat terurai dialam.
    Masalah yang kemudian timbul adalah sampah bekas kemasan dan sampah kresek (tas plastik bekas belanja).
    Karena sampah-sampah tersebut tidak mungkin dikompos, pemulung menolak karena nilai jualnya rendah sekali bahkan hanya beberapa pengepul yang mau menerima.

    Beruntung kami berkenalan dengan Konus (Konservasi Alam Nusantara) yang menunjuk ibu Iyom Rochaeni sebagai perempuan kreatif yang mau mengajari kerajinan daur ulang sampah bekas kemasan.

    Maka kamipun mengadakan pelatihan perdana.
    Bekerja-sama dengan anggota majelis taklim Az-Zahra, siswa-siswi SMP Taruna Bakti, SMPN 14 dan SMPN 7 yang bersedia mengumpulkan bekas kemasan sebagai bahan baku, kami mengundang ibu Iyom sebagai pelatih dan mengajak para penyandang cacat dibawah naungan BILIC (Bandung Independent Living Centre), serta ibu-ibu rumah tangga lainnya yang bersedia dilatih untuk memproduksi kerajinan bekas kemasan.

    Pemasaran masih diseputar pameran karena hasil hasil produksi belum banyak.
    Keinginan memproduksi lebih banyak pastinya ada, karena makin banyak sampah bekas kemasan yang dijadikan barang kerajinan maka umur bekas kemasan tersebut bertambah, dan otomatis akan berkurang pula sampah anorganik yang dibuang ke TPA.

    Apabila hasil produksi sudah cukup banyak tentunya kami berani menawarkan produk tersebut ke pasar swalayan sebagai tas belanja pengganti keresek yang keberadaannya semakin meresahkan.

    Sistem operasional yang mungkin adalah adanya PokJa-PokJa sebagai Kelompok Kerja disetiap daerah yang akan menyetorkan hasilnya, karena dengan system sentralisasi seperti sekarang biaya transportasi yang timbul besar sekali.

    Biaya-biaya transportasi tersebut meliputi biaya pengangkutan bahan baku (bekas kemasan), biaya transportasi pekerja mengambil bahan baku dan menyetorkan hasilnya serta biaya pengiriman barang jadi ke tempat lokasi penjualan.

    Biaya –biaya yang timbul lainnya adalah biaya pembelian bahan pelengkap seperti bahan pelapis, list tas, ritsluiting, benang dan jarum.

    Sampah bekas kemasan akhirnya memang bisa menjadi bahan baku suatu proses produksi. Penanganannya yang tidak mudah dan penambahan bahan pelengkap menjadikan hasil akhir proses produksi mempunyai nilai jual karena mendapat nilai tambah.
    Wrote by Maria G Soemitro


    Hasil akhir adalah hasil akhir proses kreatifitas yang begitu panjang, membutuhkan waktu, tenaga, materi, kesabaran dan hati tulus.







    Karena tanpa itu semua, hasil akhir menjadi tidak berguna.
    Sebagai contoh pembuatan tas rajutan, terbuat dari kantung plastik bekas (kresek) yang harus dibersihkan, digunting sedemikian rupa hingga menyerupai benang tak terputus,kemudian dipilih dan dirancang motifnya.

    Selesaikah ? Belum, karena si pengrajin membayangkan pengguna hasil kerajinannya sehingga dia mencari accessories yang memungkinkan hasil akhir menjadi produk yang memukau.
    Ada lagi tas berbahan baku bekas kemasan pasta gigi, perlu waktu lama untuk membersihkan , menyimpan dan mengumpulkan untuk kemudian digunting dan dijalin hingga berbentuk tas aneka ukuran dan aneka fungsi.
    Yang paling menyita energy tentunya tas bekas kemasan minyak goreng. Selain bahan kemasannya berminyak (dan berbau apabila tidak cermat memprosesnya), bahan baku kemasan minyak goreng ini getas dan tajam sehingga ibu-ibu pengrajin sering terluka tangannya.
    Tidak cukup dijalin, mereka mengkreasinya dengan slang berisi sumbu kompor yang diberi  warna kuning .........jadilah tas tangan yang sungguh tak terduga bahan bakunya.
    Apakah itu semua cukup ? Ternyata tidak, ibu-ibu pengrajin mencoba mengadopsi keinginan banyak ibu-ibu pengguna sehingga mereka menciptakan tempat tissue, topi, tempat pinsil, bahkan sendal dan sajadah.
    Untuk itu semua layakkah kita mengacungkan jempol untuk semua jerih payah mereka ?
    Ya, pastinya ! Mereka ibu-ibu hebat yang mau berjuang untuk menggunakan kembali limbah, hingga perilaku "sekali pakai" dapat dikurangi.
    Tetapi mereka juga mengingatkan kita semua untuk menghindari budaya konsumtif karena "ongkos" yang timbul ternyata sangat besar.
    Tidak hanya ongkos yang timbul karena panjangnya proses daur ulang tapi juga ongkos yang dibebankan kepada anak cucu karena ketika semua produk diatas rusak dan menjadi sampah, ..........entah berapa ratus tahun lagi bumi sanggup mengurainya.
    Yang pasti racun dioksin akan mengkontaminasi bumi.
    Jadi, yuk kita kurangi pemakaian plastik.
    Wrote by Maria G Soemitro
    Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

    ABOUT AUTHOR



    Haloooo, saya Maria G Soemitro, seorang ambu (ibu = Bahasa Sunda) dengan 4 orang anak.
    Blog ini didedikasikan khusus untuk berbagi perihal sampah. Mengenai saya selengkapnya ada disini Saya bisa dihubungi di ambu_langit@yahoo.com




    LATEST POSTS

    • Rumah Kompos Di Antapani
      Rumah Kompos Bina Usaha Sejahtera (dok Maria G. Soemitro) Tulisan ini merupakan sequel dari dari : “Sekali Tepuk Dua Tempat” ...
    • 5 Langkah Atasi Sampah Plastik untuk Bumi yang Berkelanjutan
             5 Langkah Atasi Sampah Plastik untuk Bumi yang Berkelanjutan “Say no to Plastics” Demikian bunyi  banner yang kerap bersliweran di ha...
    • Stop Tayangan OVJ, atau Ganti Property !
      Anak anak tertawa Ibu ibu tertawa Para bapak juga tertawa Gara gara aksi Sule, Azis, Nunung, Andre dan Parto Bercanda...
    • Belajar Dari Pak Herry, Newbie di Persampahan
        lapak pak Herry Manisnya   bisnis persampahan nampaknya menarik minat pak Herry 3 tahun silam. Sebagai newbie, dia tak segan-...
    • Yuk Bikin Bank Sampah di Lingkunganmu
      “Duh, ibu rajin sekali angkat-angkat sampah” Kalimat satire tersebut akrab didengar pengurus Bank Sampah. Maksudnya, ih ibu kok mau si...
    • International Plastic Bag Free Day, Emang Gue Pikirin........ ??
      Maukah Anda Berdiet Kantung Plastik? Hari Bebas Kantung Plastik Sedunia tahun ini akan dilaksanakan pada tanggal  3 Juli 2011 . Tah...
    • Jangan Tertipu Jargon Kantong Plastik Ramah Lingkungan
      Tas ramah lingkungan terbuat dari campuran singkong (dok. Maria G Soemitro) Yang dimaksud kantong plastik ramah lingkungan disini t...
    • Kawasan Bebas Sampah, Langkah Awal Menuju Zero Waste Cities
      source:abnamro.com Dalam 20 tahun terakhir, gerakan No Waste yang kemudian berubah menjadi Zero Waste, bergaung secara masif di A...
    • Kisah Absurd Kantong Plastik Ramah Lingkungan
      kantung plastik ramah lingkungan (dok. Maria Hardayanto) “Hai air, jangan banjir dulu ya………. Aku belum hancur nih. Waktu ur...
    • Kesejahteraan Pemulung Yang Terabaikan
      dok. Yayasan Kontak Indonesia Pemulung dinobatkan sebagai pahlawan lingkungan? Sudah sangat sering didengungkan. Khususnya karena...

    Advertisement

    Diberdayakan oleh Blogger.
    Foto saya
    Maria G Soemitro
    Lihat profil lengkapku

    Waspada, Gagal Paham Ecobrick!

       sumber: azocleantech.com   Waspada, Gagal Paham Ecobrick! Andai ada kasus: Masyarakat di suatu kawasan kelaparan. Namun alih-alih mengiri...

    Powered By Blogger

    Cari Blog Ini

    Arsip Blog

    • ►  2023 (1)
      • ►  Februari (1)
        • ►  Feb 22 (1)
    • ►  2022 (1)
      • ►  November (1)
        • ►  Nov 28 (1)
    • ►  2019 (2)
      • ►  Maret (1)
        • ►  Mar 28 (1)
      • ►  Januari (1)
        • ►  Jan 10 (1)
    • ►  2018 (2)
      • ►  April (2)
        • ►  Apr 18 (1)
        • ►  Apr 09 (1)
    • ►  2017 (7)
      • ►  November (2)
        • ►  Nov 23 (1)
        • ►  Nov 17 (1)
      • ►  September (1)
        • ►  Sep 19 (1)
      • ►  Mei (3)
        • ►  Mei 20 (1)
        • ►  Mei 11 (2)
      • ►  Maret (1)
        • ►  Mar 21 (1)
    • ►  2016 (6)
      • ►  Oktober (4)
        • ►  Okt 09 (4)
      • ►  Januari (2)
        • ►  Jan 25 (2)
    • ►  2015 (61)
      • ►  Oktober (1)
        • ►  Okt 14 (1)
      • ►  September (1)
        • ►  Sep 11 (1)
      • ►  Agustus (8)
        • ►  Agu 18 (1)
        • ►  Agu 11 (2)
        • ►  Agu 09 (2)
        • ►  Agu 02 (1)
        • ►  Agu 01 (2)
      • ►  Juli (16)
        • ►  Jul 31 (1)
        • ►  Jul 28 (1)
        • ►  Jul 25 (1)
        • ►  Jul 19 (3)
        • ►  Jul 18 (2)
        • ►  Jul 15 (2)
        • ►  Jul 13 (2)
        • ►  Jul 07 (3)
        • ►  Jul 05 (1)
      • ►  Juni (16)
        • ►  Jun 30 (2)
        • ►  Jun 29 (2)
        • ►  Jun 28 (2)
        • ►  Jun 25 (2)
        • ►  Jun 24 (2)
        • ►  Jun 11 (1)
        • ►  Jun 10 (1)
        • ►  Jun 09 (1)
        • ►  Jun 06 (1)
        • ►  Jun 04 (1)
        • ►  Jun 03 (1)
      • ►  Mei (5)
        • ►  Mei 14 (2)
        • ►  Mei 03 (2)
        • ►  Mei 01 (1)
      • ►  April (1)
        • ►  Apr 24 (1)
      • ►  Maret (1)
        • ►  Mar 21 (1)
      • ►  Februari (12)
        • ►  Feb 22 (1)
        • ►  Feb 21 (1)
        • ►  Feb 16 (2)
        • ►  Feb 11 (2)
        • ►  Feb 10 (1)
        • ►  Feb 09 (1)
        • ►  Feb 06 (1)
        • ►  Feb 04 (1)
        • ►  Feb 03 (2)
    • ►  2014 (2)
      • ►  Oktober (1)
        • ►  Okt 21 (1)
      • ►  September (1)
        • ►  Sep 11 (1)
    • ►  2012 (20)
      • ►  Desember (2)
        • ►  Des 29 (2)
      • ►  Oktober (1)
        • ►  Okt 27 (1)
      • ►  September (5)
        • ►  Sep 21 (1)
        • ►  Sep 20 (3)
        • ►  Sep 07 (1)
      • ►  Agustus (2)
        • ►  Agu 01 (2)
      • ►  Juli (1)
        • ►  Jul 29 (1)
      • ►  Juni (1)
        • ►  Jun 25 (1)
      • ►  Mei (2)
        • ►  Mei 18 (1)
        • ►  Mei 17 (1)
      • ►  Maret (4)
        • ►  Mar 19 (2)
        • ►  Mar 17 (1)
        • ►  Mar 01 (1)
      • ►  Februari (2)
        • ►  Feb 29 (1)
        • ►  Feb 14 (1)
    • ►  2011 (15)
      • ►  Oktober (2)
        • ►  Okt 13 (2)
      • ►  Agustus (2)
        • ►  Agu 04 (2)
      • ►  Juli (2)
        • ►  Jul 28 (1)
        • ►  Jul 09 (1)
      • ►  Mei (1)
        • ►  Mei 31 (1)
      • ►  April (5)
        • ►  Apr 10 (1)
        • ►  Apr 07 (2)
        • ►  Apr 05 (1)
        • ►  Apr 03 (1)
      • ►  Februari (2)
        • ►  Feb 16 (2)
      • ►  Januari (1)
        • ►  Jan 21 (1)
    • ▼  2010 (6)
      • ▼  November (3)
        • ▼  Nov 29 (3)
          • Bahan Pengganti Styrofoam : Ada Kok !!
          • Stop Tayangan OVJ, atau Ganti Property !
          • Sampah, Tanggung Jawab Siapa ?
      • ►  Maret (1)
        • ►  Mar 12 (1)
          • Kreatifitas yang Mengalir
      • ►  Februari (1)
        • ►  Feb 26 (1)
          • Latar Belakang ...................
      • ►  Januari (1)
        • ►  Jan 05 (1)
          • Hasil Akhir Proses Kreatif
    • ►  2009 (4)
      • ►  Desember (3)
        • ►  Des 23 (2)
        • ►  Des 04 (1)
      • ►  November (1)
        • ►  Nov 16 (1)

    Label

    3 R adipura B3 BandungJuaraBebasSampah bank sampah barang bekas BebasSampahId biodigester biogas debat ilmuwan ecobrick energi Environmental Sustainability Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik industri kreatif Iriana Jokowi kantong plastik kantung plastik keresek KESEJAHTERAAN lifestyle MASA DEPAN CERAH pengepul pengomposan PERENCANAAN KEUANGAN pernak pernik photography pilah sampah ramah lingkungan regulasi reparasi Reverse Vending Machine Ridwan Kamil sampah anorganik sampah organik solusi limbah sosok styrofoam SUN LIFE zero waste

    Translate

    Laman

    • Halaman Muka
    • green planet
    • Kaisa Indonesia

    FOLLOW US @ INSTAGRAM

    Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

    Copyright © 2016 Bandung Zero Waste. Designed by OddThemes & Blogger Templates