• Home
  • Download
    • Premium Version
    • Free Version
    • Downloadable
    • Link Url
      • Example Menu
      • Example Menu 1
  • Social
    • Facebook
    • Twitter
    • Googleplus
  • Features
    • Lifestyle
    • Sports Group
      • Category 1
      • Category 2
      • Category 3
      • Category 4
      • Category 5
    • Sub Menu 3
    • Sub Menu 4
  • Entertainment
  • Travel
  • Contact Us

About Me



Haloooo, saya Maria G Soemitro, seorang ambu (ibu = Bahasa Sunda) dengan 4 orang anak.
Blog ini didedikasikan khusus untuk berbagi perihal sampah. Mengenai saya selengkapnya ada disini Saya bisa dihubungi di ambu_langit@yahoo.com




Bandung Zero Waste

Gaya Hidup Nol Sampah untuk Wujudkan Indonesia Bebas Sampah


Tas ramah lingkungan terbuat dari campuran singkong (dok. Maria G Soemitro)

Yang dimaksud kantong plastik ramah lingkungan disini terbuat dari singkong, ubi kayu yang biasa kita olah menjadi combro, singkong Thailand dan cemilan lain. Sebuah acara talk show yang digawangi Deddy Corbuzier menayangkannya pada akhir Maret 2017, disusul Metro TV dalam acara siang hari tanggal 4 April 2017. Di kedua acara tersebut, sang penemu kantong plastik ramah lingkungan menampilkan kemampuan kantong plastik meluruh tercampur air kemudian dengan mudah bisa diminum. Mirip pertunjukkan sulap.

Baca juga: Mengapa Ridwan Kamil melarang penggunaan styrofoam?

Topik kantong plastik ramah lingkungan bukanlah sesuatu yang baru, biasanya mengemuka ketika ada suatu gerakan massif menolak kantong plastik. Tahun ini muncul karena ada laporan Jambeck et al, yang menuduh Indonesia sebagai penyumbang sampah plastik terbesar kedua di dunia. Juga regulasi pemerintah yang lamban untuk mengurangi pemakaian kantong plastik setelah secara serentak dilarang penggunaannya di ritel modern per Februari 2016.

Tahun 2010, ritel modern dipenuhi kantong plastik ramah lingkungan ecoplas yang terbuat dari campuran tepung singkong dan oxium, kantong plastik dengan tambahan zat aditif yang berfungsi mempercepat penguraian plastik dengan bantuan oksidasi,thermal dan fotodegradasi. Kantong plastik yang diklaim ramah lingkungan tersebut digelontorkan untuk menjawab kampanye Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik (GIDKP) yang diinisiasi Greeneration Indonesia (GI).

Ah, mari kita bahas tentang si kantong plastik yang terbuat dari singkong saja dulu. Tulisan berikutnya barulah membahas lainnya. Kebetulan, pada tahun 2011 saya berkesempatan mengunjungi pabrik yang memproduksi kantong plastik terbuat dari singkong. Kepala produksi berkisah bahwa Paris Hilton menggunakan plastik yang sama tapi berukuran kecil untuk memungut dan membuang kotoran hewan peliharaannya. Tentu saja ketika dibuang diharapkan tidak mencemari bumi, walau persentase campuran tepung singkong sangat sedikit.

biji plastik yang telah dicampur ekstrak singkong (Maria G Soemitro)

Pada kesempatan itu juga ditayangkan video lokasi penanaman singkong ditanam di suatu daerah Jawa Barat. Singkong dipanen dan dikirim ke pabrik untuk proses pembuatan kantong plastik ramah lingkungan. Seorang teman rombongan berbisik:”Ini peluang bagus agar rakyat kita tidak usah ke luar negeri dan menjadi buruh mingan disana. Cukup di Indonesia, tanam singkong!”. Wah, benarkah demikian? Ditambah iming-iming penggunaan singkong yang lebih banyak seperti di awal kisah, maka nampaknya petani Indonesia bakal sejahtera, tidak perlu tanam tanaman holtikultura seperti cabai yang rentan hama.

Sayangnya, jangankan bermimpi tanam singkong untuk kantong plastik. Kini, untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dalam bentuk tepung tapioca, Indonesia harus mengimpor singkong dari Vietnam. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indonesia masih mengimpor singkong pada tahun 2016 sebanyak 12.530 ton atau US$ 2,2 juta, (sumber)

Nah, apa yang terjadi jika Indonesia juga membutuhkan singkong untuk kantong plastik? Mungkin kran impor akan tak tertahankan mengingat betapa borosnya penggunaan kantong plastik. Fenomena ini menunjukkan bahwa penggunaan singkong sebagai kantong plastik tidaklah sesederhana membalikkan tangan. Lebih lanjut bahkan akan menimbulkan ancaman pada:

Ketahanan pangan

Pilih pangan atau kantong plastik? Tentu saja pangan bukan? Pangan merupakan kebutuhan primer yang tidak dapat ditawar, jumlahnya harus mencukupi dan singkong merupakan salah satu bahan makanan pokok bagi suku tertentu, contohnya suku Cireundeu. Juga merupakan bahan makanan subtitusi beras. Ketika suatu kelompok masyarakat kehabisan beras maka mereka akan mencari singkong sebagai pengganti.

Maka situasi menjadi tidak lucu dan sangat aneh jika di suatu lokasi singkong ditanam untuk memenuhi kebutuhan kantong plastik, sementara di belahan bumi lain atau bahkan di provinsi lain di Indonesia, anggota masyarakatnya kelaparan, nyaris busung lapar.

Energi terbarukan

Seperti diketahui, energi fosil yang berasal dari minyak bumi hanya akan bertahan hingga 70 tahun, padahal jumlah kendaraan bermotor berlipat ganda dalam 30 tahun kedepan. (sumber). Untuk mengantisipasinya Indonesia yang kaya akan energi terbarukan harus memanfaatkan semaksimal mungkin. Salah satu bahan baku energi terbarukan yang mudah dan murah proses produksinya adalah singkong. Keseluruhan hasil panen singkong bisa digunakan, mulai dari kulit hingga ampas/limbah tepung tapioka.

Singkong juga unggul, jika dibandingkan dengan rata-rata kandungan alkohol yang hanya mencapai 70 persen pada bahan bakar yang ada sekarang, maka bioetanol (kandungan alkohol dari singkong) bisa mencapai 96 persen. (sumber). Manfaat penggunaan bioetanol lainnya adalah pengurangan subsidi secara signifikan dan mampu mengurangi polusi udara karena bioetanol bersifat ramah lingkungan.

Perilaku bijak lingkungan

Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik (GIDKP) terbentuk setelah muncul pemahaman bahwa untuk mengurangi sampah dibutuhkan perubahan perilaku. Anggota masyarakat harus bijak menggunakan kantong plastik dengan menggunakannya berulang kali. Jangan sekali pakai agar minyak bumi sebagai bahan baku kantong plastik, tidak terbuang percuma.

Dengan adanya kantong plastik ramah lingkungan, anggota masyarakat dimanjakan dan dibuat terlena dengan anggapan : “ah, tidak apa-apa membuang sembarangan kantong plastik ramah lingkungan, toh akan hancur dengan sendirinya”. Mereka tidak mempedulikan apakah isi kantong plastik yang dibuang adalah sampah organik atau sampah anorganik yang berarti tetap akan menimbulkan masalah sampah. Mereka juga tidak peduli bahwa untuk memproduksi kantong plastik yang diklaim ramah lingkungan membutuhkan sumber daya alam lainnya.

Jadi masihkah kita ikut terseret sesat pikir kantong plastik ramah lingkungan hanya karena bisa berfoya-foya menggunakan kantong plastik sekali pakai?



Wrote by Maria G Soemitro
biodigester di perumahan GCA Bandung (dok Maria G Soemitro)

Biodigester sampah? Betul, merupakan instalasi tempat bakteri metanogen bersemayam yang dengan senang hati  akan mengolah sampah organik  menjadi  biogas. Bisa dibayangkan berapa banyak masalah perkotaan dapat  terselesaikan dengan adanya biodigester sampah? Sampah berserakan hilang, kota bersih dan resik. Diganti biogas untuk memasak makanan di dapur serta slurry untuk pupuk berkebun.

Baca juga: Mengapa Ridwan Kamil Melarang Penggunaan Styrofoam?

Terlebih bagi Kota Bandung,  kota yang pernah mendapat julukan Bandung Lautan Sampah dan mendapat predikat Kota Terkotor pada tahun 2006. Sungguh tepat sasaran ketika pada  tahun  2015, suatu perusahaan energi menyalurkan corporate social responsibility (CSR)-nya, yaitu  100 buah biodigester yang diharapkan dapat mengolah sampah Kota Bandung menjadi energi.

Paling tidak ada 4 manfaat yang bakal diperoleh:

1.   Reduksi sampah
Sebanyak 1.600 ton sampah diproduksi penduduk Kota Bandung.  PD Kebersihan hanya mampu mengangkut 1.200 ton ke TPA, sisanya berceceran  di jalan, lahan kosong dan aliran air. Tidak saja menyebabkan banjir tapi juga  mencemari air. udara dan tanah. Andaikan program biodigester sukses dilaksanakan maka masalah sampah akan tertangani.
Pengguna biodigester wajib memisah sampah sehingga masalah sampah selesai sejak di hulu. Sampah organik masuk biodiogester, sampah anorganik bisa dijual ke pengepul/bank sampah.

2.   Target  energi  baru terbarukan (EBT)
Hingga akhir tahun 2016, capaian bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) baru mencapai 7,7 %, sementara menurut target pada tahun 2025 harus mencapai 23 %. Dengan adanya geliat warga masyarakat dan pihak swasta dalam mengimplementasikan EBT maka akan terjadi percepatan dalam kurun waktu  8 tahun ini. (sumber)

3.   Target  penurunan emisi GRK
Pada KTT Perubahan Iklim 2015, Presiden Jokowi  menegaskan komitmen Indonesia, yaitu  mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 29 % pada tahun 2030 sebagai upaya mengatasi perubahan iklim. Kontribusi Indonesia tersebut diharapkan dapat  mendorong terciptanya kesepakatan mengikat demi membatasi pemanasan global di bawah 2 derajat celcius.
Dengan dikelolanya limbah organik menjadi biogas, maka program biodigester turut berpartisipasi dalam mewujudkan tekad pemerintah tersebut.

4.   Penghematan
Paling tidak ada 2 penghematan yang diperoleh pemerintah yaitu subsidi elpiji  dan biaya kelola sampah.  Setiap tahunnya Kota Bandung menganggarkan Rp 137 milyar untuk operasional  (sumber).  Alokasi tertinggi untuk biaya pengangkutan sampah dari  tempat pembuangan sampah sementara (TPS)  ke tempat pembuangan sampah akhir (TPA).
Sedangkan untuk subsidi energi, karena  Pertamina harus memberikan subsidi Rp 5.750, sementara jatah Kota Bandung sebanyak  90.000 tabung gas 3 kg/hari. Maka subsidi yang dihemat bisa mencapai  Rp 1,5 milyar per hari atau Rp 46,5 miyar per bulan. Jumlah yang lumayan banyak bukan?



Sebetulnya masih banyak manfaat lain biodigester, diantaranya bagi warga sendiri yaitu penghematan anggaran gas rumah tangga. Juga ada hasil sampingan biodigester berupa slurry yang  bisa digunakan sebagai  pupuk pada aktivitas urban farming/berkebun di area perkotaan.

Sayangnya program 100 biodigester bisa dianggap 'gagal'. Pada akhir tahun 2015, saya mengikuti survei biodigester, dan menemukan  hanya beberapa orang yang dengan senang hati  mau meneruskan. Sisanya menolak. Di beberapa lokasi, instalasi biodigester  tidak berfungsi dan dipreteli. Bahkan seorang Ketua RW di suatu kawasan padat penduduk,  bersikeras meminta agar instalasi dibawa pergi. Bak meminta dibersihkannya lokasi dari gundukan sampah.

Banyak yang menjadi penyebab, tapi 2 hal penting ini rupanya dilupakan oleh pihak yang bertanggung jawab membagikan biodigester pada warga masyarakat.

  1. Biodigester berbeda dengan kompor elpiji. Pemakai biodigester  harus memahami bahwa terdapat bakteri metanogen di dalam instalasi yang harus diperlakukan sebagai mahluk hidup. Artinya jika 'binatang peliharaan' ini tidak diperlakukan dengan benar, tidak diberi  makan dan minum cukup, maka mereka akan sakit, sekarat dan mati.Beda halnya dengan kompor gas elpiji yang  tidak akan bereaksi walau diabaikan selama  berbulan-bulan.
  2. Minimnya kesadaran memisah sampah. Apa jadinya jika pembalut perempuan dan popok bayi masuk biodigester? Tentunya akan menghambat proses terjadinya biogas. Bakteri metanogen yang seharusnya hanya mendapat asupan sampah organik akan terganggu aktivitasnya. Inilah yang terjadi pada beberapa biodigester.  Akibat  pengguna tidak disiplin dalam memisah sampah maka beberapa instalasi mengalami masalah seperti  air slurry yang tiba-tiba membanjir atau bahkan tidak munculnya gas metan yang bisa dikonversi menjadi nyala api kompor.
dimulai dari pemisahan sampah hingga asap biru dari kompor (dok. Maria G Soemitro)


Jelaslah kesalahan terulang. Para pemangku kebijakan hanya memperhatikan soal teknis, abai pada pendekatan psikologi sosial yang jauh lebih penting. Umumnya pendekatan sosial kurang menarik, karena membutuhkan kesabaran dan waktu bertahun-tahun, tidak dapat dipatok selesai dalam satu periode.

Baca juga : Adipura dan Lika Liku Meraihnya




Agar kesalahan tidak terulang, program serupa harus memperhatikan beberpa faktor berikut:

  • Komunitas

Bersosialisasi dan beradaptasi dalam kelompok merupakan kebiasaan masyarakat Indonesia. Atas dasar itu pula muncul grup-grup reuni, komunitas pecinta lingkungan, komunitas pecinta batik serta banyak komunitas lain.

Daripada menyebar biodigester ke seluruh penjuru Kota Bandung,  alangkah baiknya pembagian diarahkan pada satu komunitas dan kelompok-kelompok lain disekitarnya. Sehingga memudahkan jika ada pengguna yang memgalami masalah. Antar anggota komunitas akan memberikan dorongan untuk menggunakan biodigester dengan maksimal.
Salah satunya temuan Ibu Nana yang memisah sampah secara simpel dan praktis. Sampah organik baru dimasukkan ke biodigester ketika sudah berair tapi belum mengelurkan bau menyengat. Perlakuan yang konsisten dan rutin akan membuat bakteri metanogen  nyaman memproduksi  biogas secara teratur.

  • Buku petunjuk

Setiap peralatan hasil pabrikasi umumnya mendapat buku petunjuk pemakaian.  Demikian pula seharusnya dengan biodigester sampah. Seharusnya ada manual book, termasuk didalamnya larangan  dan yang wajib dilakukan.
Mungkin penyebabnya karena instalasi biodigester baru diujicobakan di Kota Bandung, sehingga data yang dikumpulkan  belum cukup.

  • Hotline

Sewaktu biodigester disebar di Kota Bandung,  ada  yayasan yang bertugas mendampingi dan bertanggung jawab terhadap penyebaran biodigester. Namun entah mengapa laporan kerusakan biodigester  tak kunjung digubris.
Seharusnya disiapkan hotline khusus sebagai pelayanan program biodigester. Petugas akan menjawab masalah-masalah di lapangan setelah berkoordinasi dengan para pakar dan petugas lapangan.

salah satu biodigester yang mangkrak (dok. Maria G Soemitro)

Walau penyebabnya  berbeda, Dalam program konversi minyak tanah ke gas elpiji pada tahun 2009, kebijakan kenaikan harga minyak tanah dan pembatasan distribusinya berhasil memaksa pengguna beralih ke elpiji.  

Demikian juga ketika terjadi kelangkaan elpiji. Warga masyarakat bersedia mencari gas 3 kg ke seluruh penjuru kota agar dapurnya tetap ngebul. Sehingga sebetulnya muncul momentum pengenalan dan sosialisasi biodigester.
Jika tidak terkendala distribusi, pastinya warga masyarakat dengan senang hati menggunakan biodigester. Walau harus 'terpaksa'  memisah sampah demi mendapatkan nyala api yang dibutuhkan.

Akhirnya keberhasilan program energi baru terbarukan (EBT) sangat bergantung pada tekad kuat penyelenggara negara. Apakah peduli pada potensi penghematan subsidi elpiji yang demikian besar, serta solusi sampah menjadi energi.  Atau sebaliknya menina bobokan dengan elpiji yang murah harganya walaupun harus berhutang.




Wrote by Maria G Soemitro
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

ABOUT AUTHOR



Haloooo, saya Maria G Soemitro, seorang ambu (ibu = Bahasa Sunda) dengan 4 orang anak.
Blog ini didedikasikan khusus untuk berbagi perihal sampah. Mengenai saya selengkapnya ada disini Saya bisa dihubungi di ambu_langit@yahoo.com




LATEST POSTS

  • Rumah Kompos Di Antapani
    Rumah Kompos Bina Usaha Sejahtera (dok Maria G. Soemitro) Tulisan ini merupakan sequel dari dari : “Sekali Tepuk Dua Tempat” ...
  • 5 Langkah Atasi Sampah Plastik untuk Bumi yang Berkelanjutan
           5 Langkah Atasi Sampah Plastik untuk Bumi yang Berkelanjutan “Say no to Plastics” Demikian bunyi  banner yang kerap bersliweran di ha...
  • Stop Tayangan OVJ, atau Ganti Property !
    Anak anak tertawa Ibu ibu tertawa Para bapak juga tertawa Gara gara aksi Sule, Azis, Nunung, Andre dan Parto Bercanda...
  • Belajar Dari Pak Herry, Newbie di Persampahan
      lapak pak Herry Manisnya   bisnis persampahan nampaknya menarik minat pak Herry 3 tahun silam. Sebagai newbie, dia tak segan-...
  • Yuk Bikin Bank Sampah di Lingkunganmu
    “Duh, ibu rajin sekali angkat-angkat sampah” Kalimat satire tersebut akrab didengar pengurus Bank Sampah. Maksudnya, ih ibu kok mau si...
  • International Plastic Bag Free Day, Emang Gue Pikirin........ ??
    Maukah Anda Berdiet Kantung Plastik? Hari Bebas Kantung Plastik Sedunia tahun ini akan dilaksanakan pada tanggal  3 Juli 2011 . Tah...
  • Jangan Tertipu Jargon Kantong Plastik Ramah Lingkungan
    Tas ramah lingkungan terbuat dari campuran singkong (dok. Maria G Soemitro) Yang dimaksud kantong plastik ramah lingkungan disini t...
  • Kawasan Bebas Sampah, Langkah Awal Menuju Zero Waste Cities
    source:abnamro.com Dalam 20 tahun terakhir, gerakan No Waste yang kemudian berubah menjadi Zero Waste, bergaung secara masif di A...
  • Kisah Absurd Kantong Plastik Ramah Lingkungan
    kantung plastik ramah lingkungan (dok. Maria Hardayanto) “Hai air, jangan banjir dulu ya………. Aku belum hancur nih. Waktu ur...
  • Kesejahteraan Pemulung Yang Terabaikan
    dok. Yayasan Kontak Indonesia Pemulung dinobatkan sebagai pahlawan lingkungan? Sudah sangat sering didengungkan. Khususnya karena...

Advertisement

Diberdayakan oleh Blogger.
Foto saya
Maria G Soemitro
Lihat profil lengkapku

Waspada, Gagal Paham Ecobrick!

   sumber: azocleantech.com   Waspada, Gagal Paham Ecobrick! Andai ada kasus: Masyarakat di suatu kawasan kelaparan. Namun alih-alih mengiri...

Powered By Blogger

Cari Blog Ini

Arsip Blog

  • ►  2023 (1)
    • ►  Februari (1)
      • ►  Feb 22 (1)
  • ►  2022 (1)
    • ►  November (1)
      • ►  Nov 28 (1)
  • ►  2019 (2)
    • ►  Maret (1)
      • ►  Mar 28 (1)
    • ►  Januari (1)
      • ►  Jan 10 (1)
  • ►  2018 (2)
    • ►  April (2)
      • ►  Apr 18 (1)
      • ►  Apr 09 (1)
  • ▼  2017 (7)
    • ▼  November (2)
      • ▼  Nov 23 (1)
        • Jangan Tertipu Jargon Kantong Plastik Ramah Lingku...
      • ►  Nov 17 (1)
        • Program Biodigester Sampah di Bandung Mangkrak? In...
    • ►  September (1)
      • ►  Sep 19 (1)
    • ►  Mei (3)
      • ►  Mei 20 (1)
      • ►  Mei 11 (2)
    • ►  Maret (1)
      • ►  Mar 21 (1)
  • ►  2016 (6)
    • ►  Oktober (4)
      • ►  Okt 09 (4)
    • ►  Januari (2)
      • ►  Jan 25 (2)
  • ►  2015 (61)
    • ►  Oktober (1)
      • ►  Okt 14 (1)
    • ►  September (1)
      • ►  Sep 11 (1)
    • ►  Agustus (8)
      • ►  Agu 18 (1)
      • ►  Agu 11 (2)
      • ►  Agu 09 (2)
      • ►  Agu 02 (1)
      • ►  Agu 01 (2)
    • ►  Juli (16)
      • ►  Jul 31 (1)
      • ►  Jul 28 (1)
      • ►  Jul 25 (1)
      • ►  Jul 19 (3)
      • ►  Jul 18 (2)
      • ►  Jul 15 (2)
      • ►  Jul 13 (2)
      • ►  Jul 07 (3)
      • ►  Jul 05 (1)
    • ►  Juni (16)
      • ►  Jun 30 (2)
      • ►  Jun 29 (2)
      • ►  Jun 28 (2)
      • ►  Jun 25 (2)
      • ►  Jun 24 (2)
      • ►  Jun 11 (1)
      • ►  Jun 10 (1)
      • ►  Jun 09 (1)
      • ►  Jun 06 (1)
      • ►  Jun 04 (1)
      • ►  Jun 03 (1)
    • ►  Mei (5)
      • ►  Mei 14 (2)
      • ►  Mei 03 (2)
      • ►  Mei 01 (1)
    • ►  April (1)
      • ►  Apr 24 (1)
    • ►  Maret (1)
      • ►  Mar 21 (1)
    • ►  Februari (12)
      • ►  Feb 22 (1)
      • ►  Feb 21 (1)
      • ►  Feb 16 (2)
      • ►  Feb 11 (2)
      • ►  Feb 10 (1)
      • ►  Feb 09 (1)
      • ►  Feb 06 (1)
      • ►  Feb 04 (1)
      • ►  Feb 03 (2)
  • ►  2014 (2)
    • ►  Oktober (1)
      • ►  Okt 21 (1)
    • ►  September (1)
      • ►  Sep 11 (1)
  • ►  2012 (20)
    • ►  Desember (2)
      • ►  Des 29 (2)
    • ►  Oktober (1)
      • ►  Okt 27 (1)
    • ►  September (5)
      • ►  Sep 21 (1)
      • ►  Sep 20 (3)
      • ►  Sep 07 (1)
    • ►  Agustus (2)
      • ►  Agu 01 (2)
    • ►  Juli (1)
      • ►  Jul 29 (1)
    • ►  Juni (1)
      • ►  Jun 25 (1)
    • ►  Mei (2)
      • ►  Mei 18 (1)
      • ►  Mei 17 (1)
    • ►  Maret (4)
      • ►  Mar 19 (2)
      • ►  Mar 17 (1)
      • ►  Mar 01 (1)
    • ►  Februari (2)
      • ►  Feb 29 (1)
      • ►  Feb 14 (1)
  • ►  2011 (15)
    • ►  Oktober (2)
      • ►  Okt 13 (2)
    • ►  Agustus (2)
      • ►  Agu 04 (2)
    • ►  Juli (2)
      • ►  Jul 28 (1)
      • ►  Jul 09 (1)
    • ►  Mei (1)
      • ►  Mei 31 (1)
    • ►  April (5)
      • ►  Apr 10 (1)
      • ►  Apr 07 (2)
      • ►  Apr 05 (1)
      • ►  Apr 03 (1)
    • ►  Februari (2)
      • ►  Feb 16 (2)
    • ►  Januari (1)
      • ►  Jan 21 (1)
  • ►  2010 (6)
    • ►  November (3)
      • ►  Nov 29 (3)
    • ►  Maret (1)
      • ►  Mar 12 (1)
    • ►  Februari (1)
      • ►  Feb 26 (1)
    • ►  Januari (1)
      • ►  Jan 05 (1)
  • ►  2009 (4)
    • ►  Desember (3)
      • ►  Des 23 (2)
      • ►  Des 04 (1)
    • ►  November (1)
      • ►  Nov 16 (1)

Label

3 R adipura B3 BandungJuaraBebasSampah bank sampah barang bekas BebasSampahId biodigester biogas debat ilmuwan ecobrick energi Environmental Sustainability Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik industri kreatif Iriana Jokowi kantong plastik kantung plastik keresek KESEJAHTERAAN lifestyle MASA DEPAN CERAH pengepul pengomposan PERENCANAAN KEUANGAN pernak pernik photography pilah sampah ramah lingkungan regulasi reparasi Reverse Vending Machine Ridwan Kamil sampah anorganik sampah organik solusi limbah sosok styrofoam SUN LIFE zero waste

Translate

Laman

  • Halaman Muka
  • green planet
  • Kaisa Indonesia

FOLLOW US @ INSTAGRAM

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Copyright © 2016 Bandung Zero Waste. Designed by OddThemes & Blogger Templates