• Home
  • Download
    • Premium Version
    • Free Version
    • Downloadable
    • Link Url
      • Example Menu
      • Example Menu 1
  • Social
    • Facebook
    • Twitter
    • Googleplus
  • Features
    • Lifestyle
    • Sports Group
      • Category 1
      • Category 2
      • Category 3
      • Category 4
      • Category 5
    • Sub Menu 3
    • Sub Menu 4
  • Entertainment
  • Travel
  • Contact Us

About Me



Haloooo, saya Maria G Soemitro, seorang ambu (ibu = Bahasa Sunda) dengan 4 orang anak.
Blog ini didedikasikan khusus untuk berbagi perihal sampah. Mengenai saya selengkapnya ada disini Saya bisa dihubungi di ambu_langit@yahoo.com




Bandung Zero Waste

Gaya Hidup Nol Sampah untuk Wujudkan Indonesia Bebas Sampah


Maukah Anda Diet Kantung Plastik?
Maukah Anda Berdiet Kantung Plastik?
Hari Bebas Kantung Plastik Sedunia tahun ini akan dilaksanakan pada tanggal 3 Juli 2011. Tahun ketiga setelah di tahun perdananya 12 September 2009 diikuti lebih dari 100 kota di Inggris yang berpartisipasi. Kemudian pada tanggal 3 Juli 2010 dilaksanakan oleh hampir seluruh negara di dunia seperti Spanyol, Dubai, India, Filipina, Tanzania , Afrika Selatan dan tentu saja : Indonesia.

Kegiatan hari Bebas Kantung Plastik Sedunia umumnya diisi dengan kampanye bahaya kantung plastik dan menghindari produk plastik sekali pakai, termasuk di dalamnya kuis, berbagi pengetahuan seputar daur ulang, lomba menulis surat pada Gubernur bertopik seruan regulasi kantung plastik, booth foto kampanye menolak kantung plastik dan tips ber-zerowaste.

Apa sih alasan membuat hari kampanye bebas kantung plastik? “Kantong plastik terbuat dari turunan minyak bumi, oleh karena itu membuang-buang kantong plastik berarti membuang-buang sumber daya alam.. Selain masalah estetika dan kesehatan,limbah dari kantong plastik merugikan lingkungan, “kata Yuyun Ismawati dari BALIFOKUS.

“Penggunaan dan distribusi kantong plastik harus dilarang karena kantong plastik hanya digunakan selama 5-15 menit, tetapi membutuhkan waktu sekitar 500-1000 tahun untuk terurai. Plastik mencemari saluran air, sungai, pantai, merusak biota laut dan ekosistemnya. Membakar nyapun menimbulkan masalah tersendiri karena plastik (khususnya PVC) menghasilkan dioksin, suatu racun yang berpotensi menumpuk dalam tubuh manusia sehingga meningkatkan risiko kanker.”

Alex Ryan dari komunitas Say No to Plastic menambahkan : “Setiap hari retail membagikan kantung plastik gratis bagi konsumennya tetapi penanganannya menjadi beban kolektif publik karena mencemari lingkungan”.

Menilik begitu besarnya “dosa kantung plastik” , sejauh mana keberhasilan gerakan kampanye anti kantung plastik? Jawabnya : “Masih jauh panggang dari api!” alias masih jauh langit dari bumi ( walaaah …ini sih 100 % lebay ^_^ ).
Kok bisa ?

1. Tidak membumi. Masa? Silakan perhatikan seremonial lingkungan hidup. Hanya berisi pejabat, anggota dan pengurus Lembaga Swadaya Masyarakat(LSM) serta pemerhati lingkungan. Rakyatnya mana? Sebagai contoh peringatan Hari Lingkungan di Tahura Bandung. Rakyat yang diwakili para pemulung asyik memulung plastik bekas peserta tanpa mengerti sedang ada acara apa sih? Padahal acara seperti ini akan berhasil baik apabila bertujuan kampanye juga. Dampak positif pelestarian lingkungan hidup kan bukan untuk segelintir orang tapi untuk rakyat. Karena itu ajak dong pemulung yang bersliweran disekitar lokasi acara. Gengsi? Maka visi dan misi Anda gagal total bung!
13093641711498269296
Pemulung Kecil yang Bersliweran di hari Lingkungan Hidup (dok. Maria G. Soemitro)
2. Tidak tepat kultur. Nenek moyang kita memang tidak mengenal kantung plastik apalagi budaya menggunakan produk sekali pakai. Tetapi ini era dimana kecepatan, ketepatan dan kepraktisan sangat diperlukan terkadang harus menabrak rambu kesadaran pemahaman lingkungan terdalam. Sehingga solusinya adalah membawa tas reusable untuk persiapan belanja yang terkadang hanya dapat dilakukan di sela-sela waktu yang sempit(gambar). Tapi aduh mak harganya tidak menjangkau masyarakat bawah : Rp 60.000/pcs karena terbuat dari polyester. Ada sih tas reusable yang berharga lebih murah karena terbuat dari laken alias plastik juga, Rp 25.000/pcs tapi mudah mbrudul dan berbulu. Bandingkan dengan kantung plastik yang gratis dan langsung dibuang apabila jelek tanpa merasa bersalah , toh ngga beli!
Tas Reusable polyester (dok. GI)
Tas Reusable polyester (dok. GI)
3. Kastanisasi. Tanpa sadar kaum pencinta lingkungan hidup “tinggal di menara gading”. Tidak percaya? Tanyakan kepada pengguna jalan tempat dilaksanakannya acara sosialisasi lingkungan hidup. Mayoritas masyarakat akan menjawab tidak tahu acara apakah yang tengah berlangsung. Selain itu LSM lingkungan hidup biasanya mengambil jarak dengan pejabat publik dan perusahaan swasta khususnya dalam acara hari Bebas Kantung Sampah Sedunia, mereka akan menghindari perusahaan swasta yang berpotensi memproduksi sampah plastik. Karena itulah mereka seperti hidup dalam menara gading . berusaha menjaga kemurnian gerakan tapi melupakan bahwa perubahan lingkungan hidup adalah perubahan gaya hidup. Sehingga harus merangkul semua pihak.
4. Edukasi belum memadai. Merubah perilaku memang membutuhkan waktu yang lama. Tapi bagaimana mungkin perilaku menggunakan kantung plastik sekali pakai akan berakhir apabila seruan anti kantung plastik hanya di dengungkan setahun sekali. Kebiasaan  harus dirubah dengan pembiasaan. Peran pemerintah dalam membantu kampanye akan sangat berarti tetapi tanpa peran pemerintahpun edukasi lingkungan dapat dilaksanakan. Khususnya karena kurikulum pendidikan Jawa Barat memuat Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) 2 jam per minggu. Tapi sayangnya karena guru PLH umumnya ditunjuk tanpa pembekalan yang cukup maka pendidikan Lingkungan Hidup berjalan ditempat. Kampanye lingkungan hidup juga dapat dilaksanakan disetiap acara yang berkaitan dengan lingkungan hidup , bahkan setiap hari Minggu di acara Car Free Day. Pengenalan mudah memisah sampah juga dapat di lakukan dengan merubah  sebutan tempat sampah menjadi Tempat Sampah Mudah Membusuk dan Tempat Sampah Sulit Membusuk.  Sehingga tidak membingungkan dan memaksa  pembuang sampah harus berpikir  sebelum membuang sampah. Aktifitas mengelola sampah memang harus dikondisikan mudah dan menyenangkan.
Tulisan saya kali ini mungkin “pedas”! Tapi beberapa kali kunjungan ke pihak lain membuktikan bahwa justru ada banyak pelajaran yang didapat dari mereka. Sehingga introspeksi diri harus selalu dilakukan untuk melangkah lebih baik lagi.
Ibarat pertandingan sepak bola, pihak Chelsea pasti mempelajari taktik dan gaya permainan Manchester United (MU) sebelum bertanding. Demikian juga pelatih Persib, pasti mempelajari taktik serangan dan gaya bertahan Persija sebelum menurunkan pemainnya. Nah, mengapa LSM lingkungan hidup tidak mencari taktik yang tepat untuk mengedukasi masyarakat, merangkul pejabat publik dan bersahabat dengan perusahaan swasta tanpa merasa ternodai ^_^
Kantung Plastik  Penyebab Sampah Bertumpuk
Kantung Plastik Penyebab Sampah Bertumpuk
sumber gambar : disini dan disini




Tags: lingkungan hidup, sampah, kantung plastik, international plastic bag-free day

Wrote by Maria G Soemitro



dok.kophijawabarat.blogspot.com

Pernah melihat seorang ibu berbelanja di supermarket hingga bertroli-troli? Biasanya mereka belanja bulanan. Ada beberapa kantung plastik beras dan minyak goreng dalam kemasan plastik tebal. Sejumlah besar popok bayi berisi banyak dan berkemasan besar. Belum lagi persediaan dapur dan cemilan anak-anak. Semua belanjaan dimasukkan ke dalam kantung-kantung plastik berukuran XL, dibawa ke bagasi mobil, sesampainya di rumah belanjaan di bongkar. Selanjutnya si kantung plastik berumur pakai 2-3 jam tersebut langsung dibuang apabila kotor dan masuk gudang apabila masih bersih.

Seberapa kotor sih bagasi mobilnya sehingga semua belanjaan harus dibungkus kantung plastik lagi?Toleransi bisa kita terima untuk penggunaan semua produk berukuran kecil. Tapi mengapa beras , minyak goreng dan popok bayi berjumlah sekitar 10 kemasan besar itu harus diberi kantung plastik lagi? Seberapa banyak juga kantung plastik yang dibutuhkan konsumen untuk membuang sampahnya? Belum pernah ada yang meneliti. Biasanya angka pemakaian kantung plastik menggunakan estimasi produksi atau estimasi retail. Padahal sering terjadi sampah plastik dibuang begitu saja karena kotor. Tanpa berisi sampah. Judulnya saja “kantung plastik gratis”, pemiliknya pun akan membuang dengan seenaknya tanpa merasa bersalah. Apalagi memikirkan tindakannya berpotensi membludaknya sampah kota.

Untuk semua kemanjaan itu, berapa besar biaya yang dikeluarkan pengusaha retail untuk membeli kantung plastik? Seorang direktur korporasi retail menjawab bahwa perusahaannya menghabiskan ratusan juta rupiah per bulan karena itu sekarang dia menggunakan plastik yang lebih tipis. Besaran biaya pembelian kantung plastik tersebut tentunya melekat pada setiap harga barang.

Situasi menjadi lain ketika pemilik kios di pasarlah yang harus membeli kantung plastik. Ternyata tak kurang dari Rp 20.000,00 per hari dikeluarkan untuk membeli kantung plastik (keresek) dan plastik pembungkus sayurannya. Ukuran kios yang dipakai bukan skala besar tetapi kecil. Profit rata-rata pemilik kios kecil dipasar tersebut rata-rata sekitar Rp 60.000-100.000/hari, tetapi dia harus rela profit tersebut bekurang untuk membeli kantung plastik demi kepuasan konsumen.

Gambaran di atas menunjukkan bahwa permasalahan ada pada permintaan konsumen yang dipenuhi pihak retail. Sebetulnya ada supermarket yang tidak menyediakan kantung plastik bagi konsumennya, yaitu supermarket Ma***. Supermarket tersebut menjadi tidak populer bukan karena tidak memberikan kantung plastik pada konsumennya. Tetapi semata-mata karena konsumen harus membeli produk dalam jumlah besar, letaknyapun jauh dari perumahan.

Berbeda dengan gerakan agresif minimarket-minimarket yang dibangun di dalam/di dekat perumahan. Bahkan sering terjadi dalam satu area pertokoan ada 2-3 minimarket berbeda pemilik tapi sama isi produk dagangannya. Anehnya mereka hidup rukun!

Beberapa rekan yang merupakan pelanggan supermarket Ma*** berkisah bahwa apabila pergi belanja mereka selalu membawa kantung plastik sendiri. Beberapa produk seperti beras dan popok bayi tidak pernah mereka masukkan dalam kantung plastik. Toh selesai belanja, troli dibawa ke tempat parkir dan barang belanjaan langsung masuk mobil.

Bagaimana kisahnya ketika rekan tersebut berbelanja produk di supermarket lain? Ya ngga bawa kantung plastiklah. Buat apa? Kan udah disediain gratis!

Perilaku konsumen menengah ke atas dan konsumen menengah ke bawah terhadap kantung plastik sama saja. Hal tersebut terjadi karena mereka tidak tahu dan tidak peduli besarnya biaya lingkunganbagi kesehatan mereka sendiri. Jadi yuk kita lihat inti masalahnya :

  1. Regulasi. Undang-Undang no 18 tahun 2008 pasal 14 dan 15 menyatakan bahwa produsen berkewajiban terhadap pengurangan dan pengelolaan barang produksinya yang tidak dapat atau sulit terurai oleh proses alam. Sedangkan pasal 21 menyatakan bahwa pemerintah memberikan insentif pada setiap orang yang mengurangi sampahnya dan disinsentif pada setiap orang yang tidak melakukan pengurangan sampah. Sayangnya jangankan dilaksanakan, peraturan pemerintah pendukung undang-undang belum dibuat padahal seharusnya sudah disahkan tahun 2009 silam. 
  2. Edukasi. Edukasi adalah ujung tombak. Seorang kawan bercerita bahwa dia sering diingatkan anaknya untuk membawa kantung plastik supaya tidak menambah “stok” kantong plastik bekas di rumah. Si anak bisa bersikap peduli lingkungan karena mendapat pelajaran lingkungan hidup di sekolah dan senang membaca. Betapa hebatnya anak-anak kita, padahal guru Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) umumnya tidak diberi pembekalan yang cukup. Oh ya mulok  PLH hanya dilaksanakan di Jabar.
  3. Sosialisasi. Seorang rekan lain bercerita, seusai mengambil gelar doktor di Jerman, dia pulang ke Indonesia dengan membawa oleh-oleh banyak sekali tas pakai ulang (reusable bag) untuk dibagikan pada rekan-rekan satu almamaternya. Keren-keren bentuk dan warnanya. Setelah itu apa yang terjadi? Tak ada satupun yang ingat untuk membawanya ketika pergi berbelanja. Padahal tas pakai ulang tersebut begitu simple. Selesai pakai, lipat kecil kembali hingga sebesar amplop dan langsung masukkan ke tas bepergian. Jangan ditunda, karena berpotensi lupa! Tapi berhubung usaha sesederhana itupun dianggap lebih merepotkan daripada menerima kantung plastik gratis maka tetap tersimpan rapihlah si oleh-oleh. Rapih dan bersih.
Menyikapi beberapa permasalahan mendasar tersebut apa yang bisa diperjuangkan pemerhati dan pegiat lingkungan hidup? 
  1. Regulasi, Harus ada peraturan yang melarang pemberian kantung plastik gratis. Karena sesudah jadi sampah, pemerintah juga yang kerepotan mengelolanya. Untuk itu perlu masukan dari masyarakat, karena pejabat publik sering berpikir secara mikro. Tidak usah demo atau cape-cape menulis ke surat pembaca. Karena jejaring social media mengambil peran dengan luas dan murah. Kita bisa membuat grup facebook untuk mendesak pemerintah untuk segera merumuskan peraturan pendukung Undang-Undang nomor 18 tahun 2008 mengenai pengelolaan sampah. Atau ngetweet banyak-banyak kalau perlu hingga menjadi trendingtopic dan di blow-up media. Masa sih masalah sekompleks sampah yang diakibatkan borosnya pemakaian kantung plastik bisa kalah dengan masalah Prita, Bibit dan Chandra, bahkan Ayu Azhari yang ingin menjadi bupati!? 
  2. Edukasi. Guru-guru PLH perlu mendapat buku-buku tambahan untuk membuat pelajaran lingkungan hidup di sekolahnya menjadi menarik. Mengapa rekan-rekan LSM tidak membuatnya?  Himpunan Mahasiswa Tehnik Lingkungan (HMTL) ITB pernah menyusun, mencetak dan membagikannya, sayang tidak berkelanjutan. Untuk kasus provinsi di luar Jawa Barat, LSM bisa mendesak diterapkannya muatan lokal (Mulok) PLH, tentunya harus komit dan konsisten menemani guru PLH dalam penerapannya. Bahkan menurut pengalaman, walaupun kita bukan berasal dari LSM, tetapi “hanya” orang yang peduli pada PLH, maka guru PLH akan senang sekali menerima buku-buku PLH yang bisa menambah variasi/pengayaan kegiatan belajar mengajar.
  3.  Sosialisasi. Berharap kepada pemerintah jelas sulit, entah kapan realisasinya. Mengapa tidak membuat gerakan kampanye dari supermarket ke supermarket? Setiap supermarket/minimarket kurang lebih ½ - 1 jam, diisi pertunjukkan “Katakan tidak pada kantung plastik” (musik atau teatrikal) sambil membawa poster berisi tragedy yang bisa ditimbulkan karena ketidak arifan pemakaian kantung plastik. Pasar tradisionalpun harus disentuh dan jangan lupa menunjukkan/membawa tas belanja pakai ulang  sebagai solusi yang harus dibeli. Karena pemberian gratis hanya akan berakhir di gudang/tempat sampah. Gerakan aksi langsung ke konsumen ini pasti akan mendapat dukungan banyak pihak. Bukankah penghematan penggunaan kantong plastik akan sangat membantu pihak retail?  Walaupun sosialisi langsung ke retail/pasar  mungkin hanya akan didengar segelintir masyarakat yang kebetulan sedang berbelanja tetapi lebih efektif karena tepat sasaran. Kampanyepun bisa dilakukan di setiap waktu tidak hanya pada hari peringatan Bebas kantung Plastik Sedunia. 
  4. Gunakan Bahasa Indonesia untuk Kampanye Lingkungan Hidup. Jadi mengapa tidak merubahINTERNATIONAL PLASTIC BAGS - FREE DAY  menjadi hari “Katakan Tidak Pada Kantung Plastik”? Sekedar peringatan hari Anti Kantung Plastik Sedunia tidak akan begitu berpengaruh pada semangat orang Indonesia yang tidak tega menolak. Ajaklah  masyarakat untuk langsung bertindak dengan bahasa yang mudah dimengerti. Jadi, ajaklah masyarakat untuk mengatakan : TIDAK ! pada kantung plastik. Bagaimana?   
Tulisan ini penulis dedikasikan atas dasar kepedulian terhadap permasalahan sampah yang tak kunjung usai karena semua yang dilakukan pemerintah dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) hanya sebatas wacana dan seremonial. Bahkan tulisan Peringatan International Plastic Bag Free Day, NgaruhGa sih? Membuat panas beberapa penggiat lingkungan. Alih-alih mengikuti ajakan mengganti Gambar Profil, ini kok malah mengkritik?!

Kritik membangun diperlukan karena usai longsornya TPA Leuwigajah pada tanggal 21 Februari 2005 yang mengakibatkan 143 meninggal secara tragis, nyaris tak ada perubahan berarti. Padahal waktu 6 tahun bukan waktu yang pendek tetapi kita malah mempeributkan teknis pemusnahan sampah yaitu Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTS) Gede Bage. Kita memang memerlukan momentum, tetapi yang terpenting adalah bagaimana memaknai momentum.
Berapa kali sudah komunitas Lingkungan membagikan tas kain sebagai kampanye anti kantung plastik. Apa hasilnya? Nyaris tak ada. Karena kebiasaan terjadi karena pembiasaan, didukung peraturan pemerintah untuk penertibannya. Jadi? Kenalilah masyarakat yang akan kau ubah perilakunya. Atau gaungmu hanya akan hilang ditiup angin pagi.
Katakan Tidak Pada Kantung Plastik
Katakan Tidak Pada Kantung Plastik
sumber gambar : disini
Wrote by Maria G Soemitro
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

ABOUT AUTHOR



Haloooo, saya Maria G Soemitro, seorang ambu (ibu = Bahasa Sunda) dengan 4 orang anak.
Blog ini didedikasikan khusus untuk berbagi perihal sampah. Mengenai saya selengkapnya ada disini Saya bisa dihubungi di ambu_langit@yahoo.com




LATEST POSTS

  • Rumah Kompos Di Antapani
    Rumah Kompos Bina Usaha Sejahtera (dok Maria G. Soemitro) Tulisan ini merupakan sequel dari dari : “Sekali Tepuk Dua Tempat” ...
  • 5 Langkah Atasi Sampah Plastik untuk Bumi yang Berkelanjutan
           5 Langkah Atasi Sampah Plastik untuk Bumi yang Berkelanjutan “Say no to Plastics” Demikian bunyi  banner yang kerap bersliweran di ha...
  • Stop Tayangan OVJ, atau Ganti Property !
    Anak anak tertawa Ibu ibu tertawa Para bapak juga tertawa Gara gara aksi Sule, Azis, Nunung, Andre dan Parto Bercanda...
  • Belajar Dari Pak Herry, Newbie di Persampahan
      lapak pak Herry Manisnya   bisnis persampahan nampaknya menarik minat pak Herry 3 tahun silam. Sebagai newbie, dia tak segan-...
  • Yuk Bikin Bank Sampah di Lingkunganmu
    “Duh, ibu rajin sekali angkat-angkat sampah” Kalimat satire tersebut akrab didengar pengurus Bank Sampah. Maksudnya, ih ibu kok mau si...
  • International Plastic Bag Free Day, Emang Gue Pikirin........ ??
    Maukah Anda Berdiet Kantung Plastik? Hari Bebas Kantung Plastik Sedunia tahun ini akan dilaksanakan pada tanggal  3 Juli 2011 . Tah...
  • Jangan Tertipu Jargon Kantong Plastik Ramah Lingkungan
    Tas ramah lingkungan terbuat dari campuran singkong (dok. Maria G Soemitro) Yang dimaksud kantong plastik ramah lingkungan disini t...
  • Kawasan Bebas Sampah, Langkah Awal Menuju Zero Waste Cities
    source:abnamro.com Dalam 20 tahun terakhir, gerakan No Waste yang kemudian berubah menjadi Zero Waste, bergaung secara masif di A...
  • Kisah Absurd Kantong Plastik Ramah Lingkungan
    kantung plastik ramah lingkungan (dok. Maria Hardayanto) “Hai air, jangan banjir dulu ya………. Aku belum hancur nih. Waktu ur...
  • Kesejahteraan Pemulung Yang Terabaikan
    dok. Yayasan Kontak Indonesia Pemulung dinobatkan sebagai pahlawan lingkungan? Sudah sangat sering didengungkan. Khususnya karena...

Advertisement

Diberdayakan oleh Blogger.
Foto saya
Maria G Soemitro
Lihat profil lengkapku

Waspada, Gagal Paham Ecobrick!

   sumber: azocleantech.com   Waspada, Gagal Paham Ecobrick! Andai ada kasus: Masyarakat di suatu kawasan kelaparan. Namun alih-alih mengiri...

Powered By Blogger

Cari Blog Ini

Arsip Blog

  • ►  2023 (1)
    • ►  Februari (1)
      • ►  Feb 22 (1)
  • ►  2022 (1)
    • ►  November (1)
      • ►  Nov 28 (1)
  • ►  2019 (2)
    • ►  Maret (1)
      • ►  Mar 28 (1)
    • ►  Januari (1)
      • ►  Jan 10 (1)
  • ►  2018 (2)
    • ►  April (2)
      • ►  Apr 18 (1)
      • ►  Apr 09 (1)
  • ►  2017 (7)
    • ►  November (2)
      • ►  Nov 23 (1)
      • ►  Nov 17 (1)
    • ►  September (1)
      • ►  Sep 19 (1)
    • ►  Mei (3)
      • ►  Mei 20 (1)
      • ►  Mei 11 (2)
    • ►  Maret (1)
      • ►  Mar 21 (1)
  • ►  2016 (6)
    • ►  Oktober (4)
      • ►  Okt 09 (4)
    • ►  Januari (2)
      • ►  Jan 25 (2)
  • ►  2015 (61)
    • ►  Oktober (1)
      • ►  Okt 14 (1)
    • ►  September (1)
      • ►  Sep 11 (1)
    • ►  Agustus (8)
      • ►  Agu 18 (1)
      • ►  Agu 11 (2)
      • ►  Agu 09 (2)
      • ►  Agu 02 (1)
      • ►  Agu 01 (2)
    • ►  Juli (16)
      • ►  Jul 31 (1)
      • ►  Jul 28 (1)
      • ►  Jul 25 (1)
      • ►  Jul 19 (3)
      • ►  Jul 18 (2)
      • ►  Jul 15 (2)
      • ►  Jul 13 (2)
      • ►  Jul 07 (3)
      • ►  Jul 05 (1)
    • ►  Juni (16)
      • ►  Jun 30 (2)
      • ►  Jun 29 (2)
      • ►  Jun 28 (2)
      • ►  Jun 25 (2)
      • ►  Jun 24 (2)
      • ►  Jun 11 (1)
      • ►  Jun 10 (1)
      • ►  Jun 09 (1)
      • ►  Jun 06 (1)
      • ►  Jun 04 (1)
      • ►  Jun 03 (1)
    • ►  Mei (5)
      • ►  Mei 14 (2)
      • ►  Mei 03 (2)
      • ►  Mei 01 (1)
    • ►  April (1)
      • ►  Apr 24 (1)
    • ►  Maret (1)
      • ►  Mar 21 (1)
    • ►  Februari (12)
      • ►  Feb 22 (1)
      • ►  Feb 21 (1)
      • ►  Feb 16 (2)
      • ►  Feb 11 (2)
      • ►  Feb 10 (1)
      • ►  Feb 09 (1)
      • ►  Feb 06 (1)
      • ►  Feb 04 (1)
      • ►  Feb 03 (2)
  • ►  2014 (2)
    • ►  Oktober (1)
      • ►  Okt 21 (1)
    • ►  September (1)
      • ►  Sep 11 (1)
  • ►  2012 (20)
    • ►  Desember (2)
      • ►  Des 29 (2)
    • ►  Oktober (1)
      • ►  Okt 27 (1)
    • ►  September (5)
      • ►  Sep 21 (1)
      • ►  Sep 20 (3)
      • ►  Sep 07 (1)
    • ►  Agustus (2)
      • ►  Agu 01 (2)
    • ►  Juli (1)
      • ►  Jul 29 (1)
    • ►  Juni (1)
      • ►  Jun 25 (1)
    • ►  Mei (2)
      • ►  Mei 18 (1)
      • ►  Mei 17 (1)
    • ►  Maret (4)
      • ►  Mar 19 (2)
      • ►  Mar 17 (1)
      • ►  Mar 01 (1)
    • ►  Februari (2)
      • ►  Feb 29 (1)
      • ►  Feb 14 (1)
  • ▼  2011 (15)
    • ►  Oktober (2)
      • ►  Okt 13 (2)
    • ▼  Agustus (2)
      • ▼  Agu 04 (2)
        • International Plastic Bag Free Day, Emang Gue Piki...
        • Yuk, Katakan Tidak Pada Kantung Plastik
    • ►  Juli (2)
      • ►  Jul 28 (1)
      • ►  Jul 09 (1)
    • ►  Mei (1)
      • ►  Mei 31 (1)
    • ►  April (5)
      • ►  Apr 10 (1)
      • ►  Apr 07 (2)
      • ►  Apr 05 (1)
      • ►  Apr 03 (1)
    • ►  Februari (2)
      • ►  Feb 16 (2)
    • ►  Januari (1)
      • ►  Jan 21 (1)
  • ►  2010 (6)
    • ►  November (3)
      • ►  Nov 29 (3)
    • ►  Maret (1)
      • ►  Mar 12 (1)
    • ►  Februari (1)
      • ►  Feb 26 (1)
    • ►  Januari (1)
      • ►  Jan 05 (1)
  • ►  2009 (4)
    • ►  Desember (3)
      • ►  Des 23 (2)
      • ►  Des 04 (1)
    • ►  November (1)
      • ►  Nov 16 (1)

Label

3 R adipura B3 BandungJuaraBebasSampah bank sampah barang bekas BebasSampahId biodigester biogas debat ilmuwan ecobrick energi Environmental Sustainability Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik industri kreatif Iriana Jokowi kantong plastik kantung plastik keresek KESEJAHTERAAN lifestyle MASA DEPAN CERAH pengepul pengomposan PERENCANAAN KEUANGAN pernak pernik photography pilah sampah ramah lingkungan regulasi reparasi Reverse Vending Machine Ridwan Kamil sampah anorganik sampah organik solusi limbah sosok styrofoam SUN LIFE zero waste

Translate

Laman

  • Halaman Muka
  • green planet
  • Kaisa Indonesia

FOLLOW US @ INSTAGRAM

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Copyright © 2016 Bandung Zero Waste. Designed by OddThemes & Blogger Templates